Sabtu, 27 Maret 2010

MEMBANGUN SUATU PROFESI JUGA BERARTI MEBANGUN NILAI-NILAI

MEMBANGUN SUATU PROFESI JUGA BERARTI MEBANGUN NILAI-NILAI


Bila kita membangun suatu profesi, berti pula kita membangu nilai-nilai yang membentuk suatu profesi tu sendiri. Disinilah pentingnya kenapa pembangunan nilai-nilai didalam suatu profesi menjadi sangat penting. Dan niali-nilai itlah yang aka menjadi suat pondasi dalam pembangunan profesi, sehingga nilai-nilai harus didasarkan pada apa yang ada di lapangan dan nilai-nilai yang di yakini oleh bangsa Indonesia. Seperti kita ketahui, yang mana nilai-nilai yang di yakini oleh bangsa Indonesia antara lain adalah; nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan nilai-nilai beragama.

Jadi menjadi hal yang tidak mungki kita menjadi professional di negeri ini bila kita tidak mempunyai rasa kemanusiaan da hanya mengejar materi belaka. Dan juga tidak mungkin kita menghilangkan hak-hak seseorang atau sekelompok orang didalam membangun profesionalisme. Dengan demikian, yang dinamakan professional didalam profesi apoteker adalah profesionalisme yang tidak meninggalkan nilai-nilai yang diyakini oleh bangsa Indonesia.

Dapat juga kita mengatakan, bila nilai-nilai yang terkait kemanusiaan, keadilan dan agama menjadi nilai dasar didalam membangun suau profesi. Baru diikuti oleh nilai-nilai dari peraturan perundangan yang berlaku dan selanjutnya baru diikuti oleh nilai-nilai yang lain. Dari semua nilai-nilai diatas, nilai-nilai professional disusun. Segala kepentingan dalam membangun profesi harus tunduk pada nilai-nilai dasar.

Oleh karena itu sangat tidak masuk akal bila kita mebangun profesi yang tidak mendasarkan pada peraturan perundangan dan sangat tidak masuk akal bila peraturan perundanan disusun degan meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan social dan nilai-nilai agama yang berkembang di Negara kita. Karena ketiga nilai terseuta adalah bagian dari dasar Negara kita.

Oleh karena itu, nilai-nilai ekonomi didalam membangun suatu profesi harusnya tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar. Karena nilai ekonomi tidak boleh menjadi nilai ketamakan, maka nilai-nilai dasar tetap harus menjadi pertimbangan yang paling mendasar. Disilah beratnya didalam membangun suatu nilai ekonomi dalam suatu profesi. Dan ini semua seharusnya menjadi PR bagi IAI sebagai induk organisasi para apoteker.

Dan penyeragaman terhadap pemahaman nilai-nilai ini menjadi sangat penting. Dan akhir kata, “membangun nilai-nilai sangat penting bagi suatu profesi dan yang sangat penting dari padanya adalah tidak boleh terlepas dari nilai-nilai dasar, yaitu kemanusiaan, keadilan dan nilai2 agama.

Kamis, 11 Maret 2010

KEGAGALAN DIDALAM MEMBANGUN PROFESI

KEGAGALAN DIDALAM MEMBANGUN PROFESI


Tadi pagi tetangga aku datang ke rumah sebelum aku berangkat ke apotek. Apotek aku jaraknya 10km dari rumah dan aku sudah 13 tahun melakukan hal itu. Dan anak2 aku, aku sekolahkan dekat apotek.

Sebelum berangkat tetangga saya minta dibawakan obat kalau pulang untuk cucunya. Katanya; “ sudah saya belikan obat ke dokter kok tidak sembuh”. Sering kali kita juga mendengar kata2 dari masyarakat di apotek yang mengatakan; “ sudah saya suntikan ke dokter kok tidak sembuh”. Mungkin pemandangan begini sayangat sering ditemui oleh sejawat kita di apotek, yang mana dokter hanya dianggap tukang obat atau tukang suntik belaka. Mungkin masyarakat susah membedakan antara dokter dengan tukang obat di pasar-pasar. Toh kenyataannya mereka juga merasa sembuh saat membeli obat ke tukang obat yang tdak jelas latar belakang pendidikannya.

Dari hal diatas seakan-akan kita harus menyadari bila dokter masih diperbolehakn untuk menyediaakan obat didalam prakteknya. Padahal hal diatas adalah gambaran kegagalan kita tenaga kesehatan secara umum didalam membangun pendidikan kesehatan masyarakat. Kita mungkin tidak perlu terlalu saling menyalahakan, tetapi bagaiman kita bisa mengajari masyarakat agar kalau ke dokter untuk meminta informasi mengenai penyakitnya dan kita bisa memabantu masyarakat agar menyadari bila kedokter sebenarnya bukan untuk membeli obat atau sekedar untuk mendapatkan suntik belaka. Mencerdaskan masyarakat emang butuh perjuangan, tetapi kita tetap harus melakukan.

Hal yang saya lakukan di apotek adalah, bagaimana caranya agar masyarakat memahami bila ke apotek bukan tujuan akhir didalam proses pengobatan pada swamedikasi. Oleh karena itu saya sering kali mengiformasikan bila penyakit berlanjut untuk mendatangi dokter keluargannya. Tentu saja dokter yang saya jadikan rujukan adalah dokter yang baik dengan saya, dan saya bisa mengarahkan sebagian pasien saya ke dokter-dokter tertentu seperti yang saya minta. Disilah perlunya hubungan baik antara apoteker dan dokter.

Setiap hari selalu ada saja yang saya rujuk ke dokter. Ini semua demi membangun profesi kesehatan secara umum. Bukan hanya ego saya yang hanya ingin membangun profesi apoteker, tetapi kita harus mampu bekerja sama demi nilai-nilai kemanusiaan yang merupakan diadakannya tenaga kesehatan.

Saya sering kali mengatakan bila dokter dispensing adalah kegagalan dokter dalam membangun profesinya sehingga pada sebagian dokter sulit lepas dari pandangan dokter sebagai tukang obat atau tukang suntik. Sehingga keberadaan obat dan suntik menjadi daya tarik bagi praktek profesi dokter, bukan hanya kompetensi dokter sebagai ahli penyakit. Disini seharusnya semua tenaga kesehatan dapat melakukan kerja sama didalam membangun profesi kesehatan secara bersama-sama.

Mungkin kita juga harus belajar dari toko obat, yang merupakan sarana kesehatan yang diakui secara undang-undang, tetapi kegagalan TTK didalam mengawal toko obat. Sehingga saat ini dibeberapa daerah toko obat tidak berkembang dan nyaris hilang dari peredaran. Suatu hal yang seharusnya dilakukan oleh TTK dalam mempertahankan keberadaan toko obat.

Demikian dengan apotek, bila kita tidak mampu membangun profesi yang baik seperti yang seharusnya seorang profesional lakukan, jangan-jangan apotek akan hilang seperti toko obat. Sampai sekarang saya berpendapat bila keberadaan profesional harus mampu melakukan pekerjaan proesional.

Semoga ini bisa menjadi salah satu bahan renungan bagi siapa saja yang ingin membangun profesi kesehatan secara umum. Dan khususnya bagi kita apoteker didalam melangkah kedepan menuju profesi yang bermartabat dan manusiawi.

Senin, 01 Maret 2010

PENYERAGAMAN PERSEPSI TERHADAP NILAI-NILAI PRAKTIS KEFARMASIAN

PENYERAGAMAN PERSEPSI TERHADAP NILAI-NILAI PRAKTIS KEFARMASIAN



Salah satu hambatan didalam membangun suatu profesi apoteker adalah keseragaman persepsi terhadap nilai-nilai praktis profesi apoteker. Dan nilai-nilai praktis profesi apoteker yang merupakan kompetensi apoteker masih mempunyai makna yang bias sampai saat ini. Penyebab biasnya adalah karena perbedaan sudut pandang dari peran apoteker di masyarakat.

Sehingga tugas berat dari organisasi profesi (IAI) salah satunya adalah penyeragaman persepsi praktis antar praktisi juga antar seminat. Dan untuk menyelesaikan ini IAI sebagai organisasi profesi harus mempunyai langkah-langkah yang tepat,efektif dan strategis, yang dilakukan secara mendasar, kontinyu dan menyeluruh. Dengan melibatkan semua elemen dalam organisasi. Sehingga nilai-nilai yang dihasilkan nantinya bisa lebih dapat diterima dan mewakili pandangan dari semua elemen organisasi, tanpa meninggalkan kepentingan masyarakat.

Bukan tugas yang ringan dalam penyeragaman persepsi ini. Karena perkembangan profesi apoteker yang sudah terlanjur sangat pesat dan sangat diluar perkiraan kita semua pada awalnya. Sehingga penyeragaman ini akan lebih bisa memberikan harapan yang lebih baik dalam pengembangan profesi yang manusiawi dan menurunkan resiko profesi. Juga akan lebih bisa menurunkan gesekan antar profesi kesehatan karena adanya kepentingan profesi yang bersinggungan.

Langkah awal dalam penyeragaman persepsi adalah dengan merumuskan akar permasalahan dan merumuskan semua permasalahan yang berkembang pada tingkatan berikutnya di dalam praktek profesi. Karena dari perumusan akar permasalahan, jalan keluar baru bisa dipikirkan. Yang selanjutnya adalah pembinaan profesi secara berkesinambungan baik dengan pendidikan berkelanjutan ataupun dengan pelatihan-pelatihan.

Penyeragaman profesi ini bukan untuk menjadikan para apoteker agar mempunyai cara yang sama dalam berpikir dan bertindak, tetapi lebih menjadikan profesi agar lebih bisa berpikir dan bertindak sesuai nilai-nilai profesi. Karena penyeragaman hanya menyeragamkan profesi dalam mengambil keputusan dan tindakan atas dasar-dasar dari nilai-nilai profesi yang profesional. Kita tidak mungkin akan membelenggu profesi sehingga kehilangan profesionalismenya dan kita tidak mungkin membiarkan profesi agar bertindak semaunya sehingga hilanglah nilai-nilai profesional. Dengan demikian penyeragaman terhadap nilai-nilai menjadi sangat penting dan strategis.

Kreatifitas profesi tetap diperlukan dan dibutuhkan dalam membangunsuatu profesi, tetapi tetap harus berpegang pada nilai-nilai yang dapat dipertanggung jawabkan. Janganlah membangun kreatifitas yang meninggalkan nilai-nilai profesionalisme yang justru “mengubur” profesi itu sendiri.

Dengan demikian, nilai-nilai yang berkembang sangat liar seperti saat ini sudah saatnya untuk kita luruskan. Dan membangun nilai-nilai tersebut menjadi sangat penting karena akan menjadi langkah awal dalam penyeragaman persepsi profesi yang merupakan salah satu sarat dalam membangun profesi itu sendiri.

Banyak pendekatan yang dilakukan para sejawat kita dalam usaha membangun profesi apoteker, tetapi masih masih sedikit yang berusaha membangun profesi yang dilatar belakangi oleh praktisi. Yang mana praktisi yang memang hanya menggantungkan hidupnya dari menjalankan profesi. Padahal cukup banyak praktisi seperti itu, tetapi umumnya mereka merasa tidak mempunyai waktu dan tempat untuk membicarakan profesi karena berbagai sebab. Bukan karena tidak mampu, tetapi lebih disebabkan karena para praktisi sering kali justru menjadi sangat asing bagi sebagian sejawat lain.

Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama penyeragaman persepsi dapat terwujud dan apoteker mampu berkembang menjadi dirinya sendiri. Dan semoga masyarakat, bangsa dan negara lebih dapat merasakan peran apoteker yang lebih profesional, yang lebih memihak pada pelayanan yang lebih manusiawi.