Sabtu, 26 Juni 2010

DONGENG SEBELUM APOTEKER TIDUR

DONGENG SEBELUM APOTEKER TIDUR


Pada jaman dahulu kala ada Kerajaan Negeri Dongeng yang dipimpin oleh seorang Raja yang cerdas dan bijaksana. Yang mempunyai seorang Perdana Menteri (PM) yang cerdas pula. Rakyatnya selalu hidup dalam kemakmuran yang tiada kurang suatu apapun. Ada suatu kebiasaan Raja yang sangat baik, yang mana Raja sangat suka menyamar menjadi rakyat jelata, pedagang atau menjadi apapun juga untuk melihat keadaan kerajaan yang sebenarnya.

Pada suatu hari, dimusim panen yang mana kebanyakan dari para rakyatnya sedang sibuk merayakan pesta panen, Raja mengajak 2 orang pengawalnya untuk melakukan penyamaran. Dengan berpura-pura menjadi pedagang, Raja berharap dapat melihat keadaan ekonomi Kerajaan. Sehinga kondisi rakyat dapat diterjemahkan dalam rencana pembangunan ekonomi Kerajaan.

Dari desa ke desa, dari kota ke kota. Tanpa kenal lelah Sang Raja ditemani oleh dua orang pengawalnya. Yang satu menjadi tukang angkut barang dan yang satu menjadi bendahara. Raja sepertinya sangat menikmati perjalanannya, sampailah pada suatu hari Raja melihat seorang lelaki tua yang sedang duduk termenung didepan rumahnya dengan tatapan kosong. Guratan tua diwajahnya semakin menambah usia yang sebenarnya. Pakaian lusuh yang dikenakan menjadikan seperti orang yang tidak terawatt didalam hidupnya.

Dengan langkah yang perlahan Raja mendekati orang tua tersebut. Kemudian dengan sangat lembut Raja mengucapkan salam dan bertanya kepada pria tua tersebut.

“ selamat siang tuan, bisakah saya bertanya sesuatu?” kata Raja dengan penuh hormat. Sebagai orang asing, Raja tetap menghormati siapa saja yang ditemui di dalam penyamaran.

Pria tersebut tetap saja berdiam diri, tanpa menoleh sedikitpun seperti tidak ada siapa-siapa didekatnya. Pandangan kosong dan guratan-guratan tua wajahnya menampakkan tiada ekspresi sama sekali. Sekali-sekali mengambil nafas dalam-dalam, pria tersebut semakin kelihatan suatu duka yang mendalam. Kemudian Raja mengulang perkataannya lagi, “ Seamat siang tuan, bisakah anda menolong saya?” Kemudian pria tersebut menoleh tanpa menjawab, hanya memandangi wajah asing didekatnya.

Setelah beberapa saat Pria tua itu berkata, “anda siapa?” dengan wajah penuh tanda tanya. Dengan tetap memandangi wajah asing didekatnya, dengan hampir tanpa ekspresi.

Raja menjawab, “saya pedagang dari kota.” Berdiam sesaat kemudian Raja berkata lagi, “Saya sedang mencari dagangan, kira-kira siapa penduduk disini yang masih menyimpan hasil panen?” Raja melanjutkan, “Mungkin tuan sendiri mempunyai hasil panen yang belum terjual?”

Pria tua itu terdiam. Tanpa sepatah katapun di keluarkan sambil menatap wajah sang raja dalam-dalam. Kemudian Raja berkata lagi,”kalau tuan sudah tidak mempunyai hasil panen lagi, bisakah tuan menunjukan orang yang masih mempunyai hasil panen?”
Pria tua itu kemudian menjawab, “Tuan, saya sudah tidak mempunyai ladang dan sawah lagi. Semua sudah saya jual. Dan saya juga tidak tahu siapa yang masih mempunyai hasil panen. Karena sudah satu tahun ini saya tidak pernah bergaul dan hanya merawat istri saya yang sakit.”

Selanjutnya pembicaraan menjadi cerita pria tua itu dengan usaha mengobati penyakit istrinya. Dengan sekali-sekali menarik napas panjang pria itu menceritakan semua cobaan yang dihadapi dengan tanpa semangat. Semua keluh kesah keluar dari mulutnya. Raja mendengarkan dengan penuh empati.

Setelah cerita berakhir, dengan basa basi sedikit Raja kemudian memberi uang keping emas kepada pria tua itu sambil berkata, “ini ada sedikit keping emas laba dari penjualan beberapa hari kemarin, semoga bisa membantu istri tuan untuk berobat.” Pria tua itu menerimanya dengan sangat terharu, dan sambil menangis pria itu berkata, “Tuanku, semoga rejeki tuan semakin banyak dan jauh dari mara bahaya.” Kemudian Raja berpamitan dan meninggalkan desa itu.

Keesokan harinya setelah sampai di Istana, Raja memanggil PM dan mendiskusikan masalah kesehatan. Saran dari Perdana Menteri adalah memperbaiki sistem kesehatan Kerajaan dan memanggil semua tenaga kesehatan terkait untuk dimintai masukan. Raja menyetujui dan menitahkan kepada Perdana menteri untuk mengundang semua tenaga kesehatan yang ada di Kota Raja.

Beberapa hari kemudian, hamper semua tenaga kesehatan sudah berkumpul di istana Kerajaan, di ruang pertemuan. Dan semua bertanya-tanya terhadap undangan Raja yang tiba-tiba dan terkesan sangat mendesak. Satu sama lain saling melontarkan pertanyaan yang sama dan semua tidak ada yang memahami kenapa sampai terjadi undangan ini. Saat kegaduhan yang diakibatkan bisikan-bisakan itu, tiba-tiba dikejutkan oleh suara “Baginda Raja memasuki ruangan, semua hadirin harus hormat”.

Dengan penuh kewibawaan, Raja memasuki ruangan pertemuan. Setelah penghormatan kepada Raja selesai, Raja memerintahkan kepada PM untuk memulai pertemuan membahas masalah kesehatan di wilayah kerajaan.

PM: “ saudara-saudara yang terhormat, kalian semua diundang Kerajaan untuk membicarakan masalah kesehatan di wilayah Kerajaan. Raja menginginkan pembangunan kesehatan menjadi lebih baik dari yang sudah ada sekarang. Karena Negara yang kuat tidak mungkin bila tidak diisi oleh badan dan jiwa yang sehat.”

Kemudian PM melanjutkan dengan pertanyaannya kepada Dokter; “ Dokter, bagaimana kosep kamu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat?”

Dokter; ”Tuanku yang saya hormati, menurut hamba Kerajaan harus menggaji dokter lebih banyak dan mengirmkannya sampai pada pelosok. Karena tanpa gaji yang cukup saya rasa tidak mungkin Dokter akan mau dikirim sampai ke pelosok kerajaan.”

PM; “ Perawat, bagaimana menurut kamu?

Perawat; “Benar yang mulia, profesi kami siap membantu Dokter sampai ke pelosok, toh saat ini Perawat sudah sampai pada pelosok Kerajaan. Cuma saja kewenangan kami terbatas.

PM; “ Apoteker ada masukan?”

Apoteker; “ Tuanku, menurut hamba Kerajaan harus mempunyai arah yang tepat dalam membangun sistem kesehatan. Termasuk menempatkan Dokter dan Perawat sampai ke tingkat pelosok Kerajaan. Dan kami akan membantu mereka dengan obat dan penyuluhan kesehatan yang sudah biasa kami lakukan.”

PM; “Dokter dari mana kamu akan menghidupi diri kamu bila gaji yang diberikan kerajaan kecil dan tidak cukup?”

Dokter; “ Kami masih bisa menarik jasa kepada penduduk yang sakit, terutama yang kaya. Dengan sekeping perak atau emas. Baik pada pelayanan pengobatan atau pada layanan konsultasi.”

PM; “ Perawat, bagaimana dengan kalian?”

Perawat; “ Tuanku, menurut hamba sama dengan Dokter. Hanya saja kami hanya menarik sekeping perunggu.”

PM; “Apoteker?”

Apoteker; “Tuanku, kami selama ini hanya makan dari jasa yang sangat kecil dari apa yang kami lakukan. Malahan untuk konsultasi dan edukasi kami hanya bisa melakukan dengan cuma-cuma.”

PM melanjutkan pertanyaannya; “ terus bagaimana kamu menghidupi keluarga kamu bila jasa kamu sangat kecil?”

Apoeker; “ Jasa kami memang sangat kecil, tetapi yang menggunakan jasa kami jauh lebih banyak. Sehingga bila dikumpulkan akan cukup untuk menghidupi keluarga kami. Meskipun itu tidak menjadikan kami kaya”

PM; “ Dokter, apa yang bisa kamu kerjaka untuk kerajaan?”

Dokter; “ Tuanku, kami akan bekerja keras mengobati semua penduduk Kerajaan yang sakit demi nilai-nilai kemanusiaan.”

PM; “ Perawat, apa yang bisa kamu kejakan?”

Perawat; “Kami siap melakukan perawatan kepada semua penduduk yang membutuhkan.”

PM; “ Apoteker? “

Apoteker; “ Tuanku, saya rasa kami siap mendudkung mereka, dan kami akan pula melakukan penyuluhan kesehatan kepada penduduk kerajaan dengan cuma-cuma. “

PM; “ Dokter, apa yang kamu harapkan dari kerajaan terhadap peran kamu? “

Dokter; “ Kami hanya minta sedikt gaji yang lebih banyak tuan. “

PM; “ Perawat? “

Perawat; “ hamba rasa sama dengan dokter Tuan “

Apoteker; “ kami hanya mengharapkan kemudahan dan pembebasan dari pajak, karena apa yang kami kami lakukan akan meningkatkan ekonomi kerajaan meskipun dampaknya tidak langsung. Dan sewajarnya bila ada dampak pada peningkatan ekonomi kerajaan menjadikan kami dipermudah, karena kami tidak mengharapkan gaji dari Kerajaan. “

Kemudian PM menghentikan dialog dan membicara hasil dialog ini dengan Raja. Raja menyuruh PM untuk mengambil kesimpulan dengan mendiskusikan lagi dengan para ahli kesehatan se Kota Raja.

PM; “ Menurut saya, kesimpulannya adalah, mengirimkan Dokter dan perawat sampai tingkat pelosok dan Apoteker harus mendukung mereka dengan mendirikan apotek pada daerah-daerah yang dianggapstrategis. Bagaimana menurut kalian semua? “

Dokter; “Hamba siap melaksanakan tugas “

Perawat; Hamba siap melaksanakan tugas kerajaan”

Apoteker; “ Hamba siap melaksanakan tugas Kerajaan “

Setelah semua selesai mengemukakan pendapat, PM melaporkan kepada Raja bahwa kesimpulan telah selesai dibuat, dan menjadi kewenangan Raja untuk memutuskan. Kata PM kepada Raja; “ Tuanku Yang Mulia, sidang sudah disimpulkan, dan dipersilahkan kepada Yang Mulia untuk menyampaikan putusan / titah. “

Kemudian Raja berdiam sejenak sebelum mengeluarkan titahnya. Dengan penuh kewibawaan Raja mengucapkan titahnya, “ Pertama, peran dokter dan perawat tetap seperti semula dan Kerajaan akan mengirim sampai pelosok disesuaikan dengan kebutuhan.

Kedua, Apoteker akan dikirimkan sampai pelosok untuk mengawal penduduk didalam menjaga kesehatan. Dan Kerajaan akan memberikan kemudahan dalam mengurus ijin dan membebaskan dari segala jenis pajak kerajaan.”

“Mungkin kalian bertanya-tanya akan keputusan ini.” lanjut Raja. “Saya lebih memilih untuk mengirimkan apoteker samai kepelosok, karena pekerjaan Dokter dan Perawat adalah tindakan medis dan pekerjaan akan ada setelah ada kasus medis. Sedangkan Apoteker justru lebih bisa diarahkan pada prekuentif dan edukasi. Bisa kamu hitung berapa uang kerajaan yang seharusnya dikeluarkan kepada penyuluh kesehatan bila kerajaan harus mengirimkan penyuluh kesehatan sampai kepelosok, padahal pekerjaan itu dapat dirangkap oleh Apoteker. Pada tugas ini Apoteker tidak perlu digaji oleh Kerajaan. Sedangkan dampaknya pada nilai ekonomi Kerajaan sangat tinggi. “

Lanjut Raja, “ oleh karena itu, sebagai ganti atas peran apoteker yang sangat penting didalam membangun kesehatan dan ekonomi Kerajaan, maka Apoteker akan difasilitasi oleh Kerajaan didalam menjalankan prakteknya dan akan dibebaskan dari segala macam pajak kerajaan. “

“Demikian titah aku turunkan”, Raja menutup siding dan meninggalkan ruangan.

Senin, 21 Juni 2010

PROFESIKU UNTUKMU MASYARAKAT

PROFESIKU UNTUKMU MASYARAKAT


Apoteker sebagai pelayan masyarakat adalah sangat mulia. Dan mendedikasika hidup untuk masyarakat menjadi sangat indah. Dalam mendedikasikan diri kepada masyarakat, tidak hanya kita melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat, tetapi membantu sejawat belajar praktek profesi atau membimbing adik-adik calon apoteker juga berarti mendedikasikan diri kepada masyarakat.

Pada saat kita mendedikasikan diri kepada masyarakat yang sebagian dari kita merupakan hal mulia tidak harus mendapatkan pujian, sebagian dari kita justru mendapatkan cemoohan. Tentu saja yang mencemooh diantaranya adalah “orang-orang buta”. Yang mana orang yang buta terhadap pemahaman profesi tidak memahami arti pentingnya profesi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Menghadapi orang-orang buta semacam ini, kita terkadang terbakar hati. Tetapi tidak selamanya kita akan terbakar juga. Karena banyak hal yang bisa kita lakukan dan sikapi terhadapnya. Buat apa hati terluka, bila lebih banyak hati yang terobati. Mungkin seperti ungkapan dalam puisi dari pujangga besar Chairil anwar berikut

AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943


Aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang, adalah ungkapan yang tepat pada saat awal aku mendedikasika profesi, karena justru tidak mempunyai apresiasi dari banyak sejawat dan terkadang justru menjadi cemoohan. Meski dari dalam hati para pencemooh terkadang ada rasa iri dan dengki karena apresiasi dari masyarakat yang tidak pernah dimiliki oleh para pencemooh. Dan tidak bisa kita pungkiri, bila sebagian dari para penddikasi profesi telah “mati” sebelum menjadi binatang jalang karena tidak tahan menjadi kumpulan dari yang terbuang. Apatis adalah ungkapan yang katakanya kepada saya.

Sebagai bagian dari kumpulan yang terbuang, tentu saja menjadi orang yang dianggap sakit jiwa oleh kelompok orang yang lain. Yang mana anggapan ini tentu saja akan menjadi luka dan bisa seperti ungkapan Chairil Anwar. Dan yang aku lakukan adalah berlari dari anggapan itu dan menjadikan diri ini mengambil pikiran positif terhadap semua tindakan profesi yang kita ambil. Dan semua itu demi mendedikasikan diri ini kepada masyarakat. Masyarakatlah yang telah membesarkan jiwa profesi ini, bukan dari yang membuang kita.

Ilustrasinya mungkin cocok pada cerita berikut ini. Pada saat saya bekerja sama dengan perusahaan asuransi kesehatan, dari awal saya mengatakan kepada para pejabat perusahaan tersebut yang pada umumnya para pejabat perusahaan itu merasa sebagai dewa yang bisa menjebatani kebutuhan kesehatan masyarakat dan menjadi pahlawan buat profesi karena menjadi pemberi rejeki yang sangat-sangat besar, meskipun kenyataannya adalah belum tentu. “saya dedikasikan pelayanan saya kepada masyarakat, bukan pada perusahaan kamu”, demikianlah ungkapan yang aku banggakan.

Aku tidak pernah bangga karena bekerja sama dengan perusahaan itu, tetapi aku bangga karena bisa mendedikadikan profesi aku kepada masyarakat yang kebetulan adalah peserta asuransi. Secara umum, perusahaan asuransi seperti itu tidak pernah menghargai profesi aku meskipun dalam perusahaan semacam itu ada pula pejabat yang kebetulan juga merupakan apoteker yang juga menjadi teman sejawat aku. Hanya perbedaannya adalah aku dari kumpulan yang terbuang dan para pejabat itu adalah dari kumpulan para pahlawan yang sangat-sangat hebat yang merasa tidak harus bergaul dan mendengarkan pendapat dari para orang-orang dari kumpulan yang tebuang.

Demikian juga pada saat menjadi anggota organisasi profesi. Aku juga menjadi kulmpulan dari orang-orang yan terbuang. Pada saat aku mebicarakan dedikasi kepada masyarakat ditinggal pergi. Demikian sampai beberapa kali sampai aku ketemu orang-orang yang terbuang pula. Memang aku akhirnya menjadi kumpulan dari orang-orang yang terbuang. Tidak pernah rugi dan akan mengobati sakit hati bila apa yang kita lakukan dalam organisasi profesi tidak aku dedikasikan buat apoteker karena tidak semua apoteker membutuhkan dedikasi kita, tetapi semua itu aku dedikasikan buat nilai-nilai kemanusiaan.

Aku suka dengan ungkapan Chairil Anwar, “dan aku akan lebih tidak perduli” tetapi aku beda dengan Chairil Anwar disini, “aku tidak mau hidup 1000 tahun lagi”. Chairil Anwar, engkau memang pahlawan besar, tetapi aku tidak harus mempunyai pikiran yang sama denganmu. Tetapi dalam tujuan mendedikasikan hidup aku kepada bangsa mungkin kita harus sama.

Kamis, 17 Juni 2010

APOTEKER MAGANG DI APOTEK

APOTEKER MAGANG DI APOTEK



Dua kali ada apoteker industri yang meminta magang di apotek saya. Keduanya kontak saya awalnya dari FB. Alasan magang adalah keinginan memiliki apotek sendiri dan pada saat PKP Apotek merasa mendapatkan apotek yang salah. Yang mana apoteker tidak mampu membimbing langsung praktek profesi atau membimbing tetapi ketrampilan dan pengetahuan praktis yang seharusnnya didapatkan oleh calon apoteker kurang dan tidak lengkap.

Keduanya pada saat mendatangi saya dalam kondisi masih aktif sebagai karyawan pabrik farmasi. Keinginan magang dilakukan setelah pulang dari pabrik farmasi yang mungkin hanya bisa dilakukan sekitar 3 jam dalam satu hari. Dan saya tetap akan mensyaratkan magang 3 bulan dengan metode standar saya.

Pada magang di apotek saya, saya tidak harus mengajarkan ilmu farmasi sepenuhnya seperti pada saat kuliah profesi atau pada saat kuliah di tingkat sarjana, tetapi saya lebih mengarahakan pada hal-hal terkait terapan praktis yang dibutuhkan oleh seorang apoteker komunitas.

Mungkin sangat jarang apoteker yang sudah lulus sengaja minta magang di apotek. Tetapi kenyataannya permintaan itu ada. Yang atas kesadaran sendiri minta magang ditempat saya karena menginginkan membuka apotek sendiri setelah lulus. Dan kenyataannya pada apoteker yang seperti ini justru sangat bersemangat. Bisa anda bayangkan, ada apoteker baru yang minta magang di apotek saya padahal jarak rumah apoteker baru itu dengan apotek saya adalah sekitar 40Km dan dia lakukan PP yang berarti sekitar 80Km setiap hari dengan sepeda motor. Hal tersebut sangat berat menurut saya, padahal apoteker baru itu adalah perempuan.

Hal yang mungkin menjadi pertanyaan kita semua akan sangat banyak dengan melihat kasus diatas. Yang pertama adalah keterkaitan kualitas pendidikan profesi apoteker dalam hal ini adalah akreditasi, juga kualitas preceptor, lama PKP / BPP di apotek, standar PKP / BPP di apotek dsb. Tapi itu adalah kenyataan. Dan seharusnya IAI dan PT Farmasi memang harus bekerja sama didalam membangun profesi apoteker ke depan.

Saya menyadari bila diri saya bukan orang hebat, tetapi yang menjadi kelebihan saya adalah saya berani memulai melakukan pratek profesi secara mandiri semenjak lulus kuliah. Sehingga ketramplan dan pengetahuan saya tentang farmasi komunitas dapat berkembang lebih baik dari kebanyak apoteker.