Sabtu, 11 Mei 2013

INVESTASI



INVESTASI

Sebagai profesional, apoteker dalam menjalankan praktek tentunya tidak akan lepas dari istilah investasi. Yang pada kali ini saya menulis investasi kognitif sebagai investasi profesi yang sangat penting, dan menjadi salah satu pondasi dan pilar dalam memajukan profesi. Sebagai pondasi, investasi kognitif akan mendasari semua kegiatan profesi yang bertanggung jawab, sedangkan sebagai pilar adalah belajar seumur hidup dengan terus memperkokoh kemampuan kognitif yang aktual dan ideal guna mencapai tingkatan profesi yang sekamsimal yang dapat dicapai.

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ada sejawat kita yang mengawali membuka praktek mandiri yang melengkapi praktek dengan investasi kognitif dengan membeli buku yang nilainya menurut saya waktu itu adalah cukup fantastik (mahal dalam kacamata saya).  Beberapa tahun yang lalu saat saya mengunjungi apoteknya, saya meliha investasi kognitifnya (buku) sangat banyak, yang tentunya menjadi investasi yang sangat mahal. Mungkin bila dilihat dari kebanyakan praktisi yang berpraktek mandiri adalah “kegilaan” dalam investasi kognitif.

Sebenarnya investasi tersebutlah yang menjadi kelebihannya dan menjadi kunci perjalanan karirnya dalam menjalankan sekaligus membangun profesi. Dalam kacamata saya menjadi sangat wajar bila sejawat kita tersebut cukup sukses dalam banyak hal.

Dalam pendapat saya, investasi kognitif dalam membangun pratek profesi dapat dilakukan dengan setidaknya dua cara, yang pertama adalah berdasarkan kasus dan yang kedua berdasarkan minat. Yang keduanya saling melengkapi.

Investasi kognitif berdasarkan kasus saat menjalankan praktek profesi merupakan investasi kognitif yang didasarkan pada kebutuhan dasar profesi saat menjalankan praktek. Sebagai contohnya, yang tadi sebelum saya menulis ini, beliau baru saja telepon saya, menceritakan semisal ada pasien datang ke apotek dengan membawa data laboratorium dengan nilai diluar kewajaran, otomatis apoteker harus membuka buku atau mencari rujukan kemana saja untuk menjawab kasus tersebut. Sehingga, mau atau tidak apoteker harus belajar secara terus menerus mengikuti sejumlah kasus yang sering kali muncul dalam praktek profesi. Mulai dari kasus yang sederhana sampai pada kasus yang cukup rumit.

Dalam praktek memecahkan kasus yang jumlahnya bisa mencapai ratusan perhari yang berarti juga belajar karena didalam memecahkan kasus tersebut tetap dibutuhkan kemampuan kognitif yang actual dan ideal, investasi kognitif yang didasarkan pada kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang muncul menjadi juga penting.  Kita menyadari bahwa tidak mudah atau terkadang sangat sulit memecahkan kasus tanpa bantuan rujukan yang mempunyai relevansi. Mungkin cara pemecahan dapat kita sederhanakan, atau kita selesaikan dengan asal-asalan toh masyarakat belum tentu memahami bila tidak dibantu dengan maksimal, toh masyarakat terkadang juga tidak melek kesehatan, tetapi sebagai professional yang mempunyai tanggung jawab tentu kita akan berbuat yang sebaiknya yang bisa dilakukan, oleh karenanya investasi rujukan atau investasi kognitif sebagai alat bantu dalam memecahkan setiap kasus yang muncul sangat diperlukan.

Berikutnya adalah investasi kognitif yang berdasarkan minat. Pada investasi ini kita tidak mengaitkan dengan kasus secara spesifik. Kita cukup memikirkan apa yang menjadi minat kita termasuk dalam mengembangkan profesi. Yang secara langsung dengan profesi keterkaitannya bisa jadi tidak berhubungan sama sekali, tetapi dapat pula berhubungan sama sekali. Semisal terkait kognitif manajemen, perilaku, edukasi, sosial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, dan sebagainya.  Yang kesemuanya itu kalau kita turuti dapat menyita waktu yang cukup banyak dan juga menyita biaya yang tidak sedikit yang belum tentu sebagian dari kita para praktisi berani mengambil untuk mengembangkan profesi.

Saya pernah menulis, yang mana dalam menjalankan praktek profesi, setidaknya apoteker menyisakan waktu sekitar satu jam dalam satu hari untuk up date kemampuan, mengembangkan, dan mempertahankan kemampuan kognitif. Dan sangat bermimpi bila kita tidak pernah sama sekali menjaga kemampuan kognitif kita mengharapkan keberhasilan.