INVESTASI
Sebagai profesional, apoteker dalam menjalankan praktek
tentunya tidak akan lepas dari istilah investasi. Yang pada kali ini saya
menulis investasi kognitif sebagai investasi profesi yang sangat penting, dan
menjadi salah satu pondasi dan pilar dalam memajukan profesi. Sebagai pondasi,
investasi kognitif akan mendasari semua kegiatan profesi yang bertanggung
jawab, sedangkan sebagai pilar adalah belajar seumur hidup dengan terus
memperkokoh kemampuan kognitif yang aktual dan ideal guna mencapai tingkatan
profesi yang sekamsimal yang dapat dicapai.
Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ada sejawat kita yang
mengawali membuka praktek mandiri yang melengkapi praktek dengan investasi
kognitif dengan membeli buku yang nilainya menurut saya waktu itu adalah cukup fantastik
(mahal dalam kacamata saya). Beberapa tahun
yang lalu saat saya mengunjungi apoteknya, saya meliha investasi kognitifnya
(buku) sangat banyak, yang tentunya menjadi investasi yang sangat mahal.
Mungkin bila dilihat dari kebanyakan praktisi yang berpraktek mandiri adalah
“kegilaan” dalam investasi kognitif.
Sebenarnya investasi tersebutlah yang menjadi kelebihannya
dan menjadi kunci perjalanan karirnya dalam menjalankan sekaligus membangun
profesi. Dalam kacamata saya menjadi sangat wajar bila sejawat kita tersebut cukup
sukses dalam banyak hal.
Dalam pendapat saya, investasi kognitif dalam membangun
pratek profesi dapat dilakukan dengan setidaknya dua cara, yang pertama adalah
berdasarkan kasus dan yang kedua berdasarkan minat. Yang keduanya saling
melengkapi.
Investasi kognitif berdasarkan kasus saat menjalankan
praktek profesi merupakan investasi kognitif yang didasarkan pada kebutuhan
dasar profesi saat menjalankan praktek. Sebagai contohnya, yang tadi sebelum
saya menulis ini, beliau baru saja telepon saya, menceritakan semisal ada
pasien datang ke apotek dengan membawa data laboratorium dengan nilai diluar
kewajaran, otomatis apoteker harus membuka buku atau mencari rujukan kemana
saja untuk menjawab kasus tersebut. Sehingga, mau atau tidak apoteker harus
belajar secara terus menerus mengikuti sejumlah kasus yang sering kali muncul
dalam praktek profesi. Mulai dari kasus yang sederhana sampai pada kasus yang
cukup rumit.
Dalam praktek memecahkan kasus yang jumlahnya bisa mencapai
ratusan perhari yang berarti juga belajar karena didalam memecahkan kasus
tersebut tetap dibutuhkan kemampuan kognitif yang actual dan ideal, investasi
kognitif yang didasarkan pada kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang muncul
menjadi juga penting. Kita menyadari
bahwa tidak mudah atau terkadang sangat sulit memecahkan kasus tanpa bantuan
rujukan yang mempunyai relevansi. Mungkin cara pemecahan dapat kita
sederhanakan, atau kita selesaikan dengan asal-asalan toh masyarakat belum
tentu memahami bila tidak dibantu dengan maksimal, toh masyarakat terkadang
juga tidak melek kesehatan, tetapi sebagai professional yang mempunyai tanggung
jawab tentu kita akan berbuat yang sebaiknya yang bisa dilakukan, oleh
karenanya investasi rujukan atau investasi kognitif sebagai alat bantu dalam
memecahkan setiap kasus yang muncul sangat diperlukan.
Berikutnya adalah investasi kognitif yang berdasarkan minat.
Pada investasi ini kita tidak mengaitkan dengan kasus secara spesifik. Kita
cukup memikirkan apa yang menjadi minat kita termasuk dalam mengembangkan
profesi. Yang secara langsung dengan profesi keterkaitannya bisa jadi tidak
berhubungan sama sekali, tetapi dapat pula berhubungan sama sekali. Semisal
terkait kognitif manajemen, perilaku, edukasi, sosial-ekonomi, budaya, agama,
bahasa, dan sebagainya. Yang kesemuanya
itu kalau kita turuti dapat menyita waktu yang cukup banyak dan juga menyita
biaya yang tidak sedikit yang belum tentu sebagian dari kita para praktisi
berani mengambil untuk mengembangkan profesi.
Saya pernah menulis, yang mana dalam menjalankan praktek
profesi, setidaknya apoteker menyisakan waktu sekitar satu jam dalam satu hari
untuk up date kemampuan, mengembangkan, dan mempertahankan kemampuan kognitif.
Dan sangat bermimpi bila kita tidak pernah sama sekali menjaga kemampuan
kognitif kita mengharapkan keberhasilan.