PENDEKATAN INDIVIDU PADA PEMBELAJARAN KEPADA CALON APOTEKER
PKP (Praktek Kerja Profesi) Apotek yang juga dikenal pada sebagian PT Farmasi sebaga BPP (Belajar Praktek Profesi) Apotek, merupakan bagian di dalam membentuk pengetahuan dan ketrampila profesi apoteker. Yang dibimbing oleh seorang apoteker pembimbing yang biasanya dikenal sebagai preceptor.
Apapun istilahnya, saya pribadi tidak menjadikan masalah, tetapi yang paling penting adalah bagaimana agar jalannya proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Meskipun waktunya cukup singkat, tetapi pada proses pembelajaran yang baik yang berbasiskan profesi akan mampu memberikan hasil yang optimal.
Pada proses BPP/PKP Apotek, hal yang saya usahakan adalah :
1. Memberikan linkungan yang nyaman dan proses yang nyaman, dengan linkungan yang nyaman diharapkan, mahasiswa peserta BPP akan mampu mengomptimalkan proses belajar tanpa ada banyak rasa tekanan.
2. Menyiapkan metode dan target, metode selalu menjadi hal yang penting menurut saya dalam mencapai target. Demikian juga pada proses BPP, metode harus disiapkan sesuai target yang diinginkan.
3. Menyiapkan evaluasi.
4. Mengajak mahasiswa BPP agar mau belajar secara aktif.
5. Menghargai, calon apoteker sudah haus diperkenalka tentang etika untuk saling menghargai profesi dan keputusan profesi. Pada proses BPP, calon apoteker selalu saya ajarkan untuk langsung belajar mengambil keputusan meskipun pada kasus sederhana, dan hasil keputusannya kita bahas dalam diskusi. Disini kita tidak hanya membahas masalah benar dan salah, tetapi juga mengenai baik dan terbaik.
6. dsb.
Pada prosesnya, saya selalu berusaha menggunakan pendekatan individual sesuai dengan potensi mahasiswa PKP. Seperti kita ketahui, setiap orang mempunyai karakter dan potensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu akan sangat penting bila kita melakukan pendekatan yang berbeda pada masing-masing mahasiswa. Dan saya selalu mengatakan kepada semua orang, bila untuk menjadi profesi yang professional buka dibutuhkan orang yang genius, tetapi dibutuhkan orang yang mau dan mampu.
Seorang genius, mungkin tidak pantas menjadi seoran professional bila kemauan tidak ada pada dirinya. Dan orang yang kecerdasannya pas-pasan saja mungkin akan menjadi lebih professional bila kemauan dan usaha untuk mengejar kemampuan minimal profesi dapat mereka lakukan. Sehingga target profesi yang kita inginkan dalam proses BPP menjadi lebih optimal. Tidak jarang mahasiswa yang cerdas hanya mengejar nilai akademik, dan mahasiswa yang kecerdasannya pas-pasan sering kali justru mengejar kemampuan profesi. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang dikembangkan oleh akademisi dan praktisi sering kali berbeda. Secara jujur, saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, tetapi akan sangat baik bila pada proses BPP, nilai akademik mengikuti nilai praktisi.
Berbeda dengan proses belajar pada tingkat sarjana, pada BPP lebih mengutamakan evidence based practice sebagai landasan di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu akan sangat rasional bila nilai akademis megikuti nilai yang dikembangkan oleh para praktisi. Dan selanjutnya produk BPP bisa menjadi lebih sesuai dengan praktek profesi.
Hal yang tidak kalah penting dalam proses BPP adalah kemampuan preceptor didalam memahami kemampuan individu sehingga mampu membentuk profesi yang handal. Dan penyeragaman antar preceptor menjadi sangat penting dan selajutnya penyeragaman antara preceptor dan akademisi.
Pendekatan individu bisa dilakukan dengan baik bila para preceptor mempunyai kemampuan yang seragam didalam membimbing mahasiswa BPP. Dan perbedaan individu yang sering terjadi pada mahasiswa BPP bisa terkait kedalamam pengetahuan kefarmasian (nilai akademik) dan terkait ketrampilan. Pada BPP para preceptor menurut saya tidak perlu dibebani untuk meningkatkan nilai akademik kecual yang terkait dengan BPP, tetapi yang paling penting adalah meningkatkan ketrampilan di dalam menggunakan, mengembangkan, dan mengombinasikan pengetahuan akademik di dalam praktek proesi.
Karena ada perbedaan pada setiap individu, maka pendekatan individual menjadi sangat penting. Semoga kedepan, banyak preceptor yang lebih memahami perbedaan individu, dan mampu menyikapi perbedaan individu dengan baik. Dan BPP berbeda dengan pendidikan tingkat sarjana yang pendidikannya dilakukan secara kolektif, dan pada BPP pendidikannya dilakukan secara privat. Semoga bermanfaat.
Senin, 24 Mei 2010
Kamis, 13 Mei 2010
PERKEMBANGAN APOTEKER KOMUNITAS
PERKEMBANGAN APOTEKER KOMUNITAS
Perkembangan apoteker komunitas kedepan harus menjadi perhatian yang lebih dari berbagai pihak, karena apoteker komunitas menjadi penentu akhir dari tujuan pengobatan. Bisa jadi diagnosa yang dilakukan dokter tepat, tetapi bila pada penyerahan obatnya tidak memenuhi standar layanan kefarmasian, bisa jadi hasil pengobatan kurang optimal.
Selain itu apoteker komunitas juga menjadi sumber data bagi perkembangan dunia farmasi. Dan tidak mungkin perguruan tinggi farmasi dapat berkembang tanpa melibatkan apoteker komunitas. Hubungan apoteker komunitas dengan perguruan tinggi farmasi menjadi sangat penting. Perguruan tinggi farmasi tidak hanya sekedar meluluskan apoteker semata, tetapi juga harus memonitor dan membantu untuk berkembang selanjutnya, karena perguruan tinggi farmasi bisa dianggap sebagai pusat penggalian IPTEK kefarmasian.
Bila pada tahun tahun yang lalu, perguruan tinggi farmasi bisa dikatakan cukup ego dengan menganggap dirinya adalah segalanya didalam mengembangkan IPTEK, pada masa mendatang hubungan saling ketergantungan akan semakin tercipta. Banyak hal yang selama ini dikembangkan oleh para praktisi dikomunitas yang belum tersentuh perguruan tinggi. Dan apa yang dikembangkan para praktisi ini tidak bisa hanya dipandang sebelah mata saja, karena hal-hal teknis sering kali tidak terdeteksi sebelum pekerjaan itu dijalani. Atau dengan kata lain ilmu terapan pada praktek apoteker komunitas tidak bisa hanya digambarkan atau diimajinasikan saja oleh para guru besar.
Sehingga hubungan timbal balik antara apoteker komunitas dan perguruan tinggi farmasi menjadi gerbang ilmu baru dalam perkembangan apoteker komunitas di negeri ini. Bila pada masa dulu apoteker komunitas hanya dipandang sebelah mata, tetapi pada masa mendatang apoteker komunitas justru menjadi dominan melebihi apoteker pada komunitas lain. Saat ini apoteker komunitas siap berkembang dan bersaing didalam perannya membangun kesehatan masyarakat. Bukannya apoteker komunitas akan mengambil alih peran dari tenaga kesehatan lain, tetapi apoteker komunitas akan siap melayani masyarakat dengan penuh dedikasi seperti tenaga kesehatan lain.
Untuk bisa membangun apoteker komunitas, sering kali para praktisi membuat dan melakukan sendiri standar-standar layanan demi persaingan di dalam layanan dan demi lebih memanjakan masyarakat sebagai klien. Agar standar-standar layanan ini kedepannya lebih terarah pada arah yang lebih baik, maka akan sangat penting bila para praktisi ini bergabung pada seminat dan diorganisasi dengan baik oleh IAI ( Ikatan Apoteker Indonesia ). Sehingga kesan berkembang secara sendiri-sendiri seperti saat yang lampau lebih dapat dikurangi. Dan bagaimanapun kebersamaan adalah kekuatan.
Bila kita membicarakan pada tataran yang lebih luas, perguruan tinggi farmasi tidak bisa lepas begitu saja didalam membangun profesi yang berkualitas, oleh karena itu APTFI tidak bisa begitu saja melepaskan IAI di dalam membangun perguruan tinggi yang berkualitas. Saya selalu mengatakan kepada semua pihak bila semua apoteker di depan IAI adalah sama, baik dari lulusan perguruan tinggi dengan akreditasi A maupun akreditasi B, tetapi permasalahan yang dihadapi IAI mungkin akan berbeda didalam pembinaan apoteker baru. Oleh karena itu IAI bagaimanapun juga mempunyai kepentingan terhadap kualitas lulusan.
Selanjutnya pada perkembangannya, APTFI tidak mungkin membangun pendidikan tinggi farmasi yang berkualitas tanpa melibatkan IAI dan perguruan tinggi farmasi yang berkualitas tidak mungkin meninggalkan para praktisi. bila idealisme ini terwujud dalam waktu dekat ini, maka perkembangan dunia farmasi, khususnya farmasi komunitas akan berjalan dengan sangat pesat. Dan kita sebagai praktisi harus pula bersiap-siap menghadapi yunior kita yang bisa jadi akan lebih baik.
Perkembangan apoteker komunitas kedepan harus menjadi perhatian yang lebih dari berbagai pihak, karena apoteker komunitas menjadi penentu akhir dari tujuan pengobatan. Bisa jadi diagnosa yang dilakukan dokter tepat, tetapi bila pada penyerahan obatnya tidak memenuhi standar layanan kefarmasian, bisa jadi hasil pengobatan kurang optimal.
Selain itu apoteker komunitas juga menjadi sumber data bagi perkembangan dunia farmasi. Dan tidak mungkin perguruan tinggi farmasi dapat berkembang tanpa melibatkan apoteker komunitas. Hubungan apoteker komunitas dengan perguruan tinggi farmasi menjadi sangat penting. Perguruan tinggi farmasi tidak hanya sekedar meluluskan apoteker semata, tetapi juga harus memonitor dan membantu untuk berkembang selanjutnya, karena perguruan tinggi farmasi bisa dianggap sebagai pusat penggalian IPTEK kefarmasian.
Bila pada tahun tahun yang lalu, perguruan tinggi farmasi bisa dikatakan cukup ego dengan menganggap dirinya adalah segalanya didalam mengembangkan IPTEK, pada masa mendatang hubungan saling ketergantungan akan semakin tercipta. Banyak hal yang selama ini dikembangkan oleh para praktisi dikomunitas yang belum tersentuh perguruan tinggi. Dan apa yang dikembangkan para praktisi ini tidak bisa hanya dipandang sebelah mata saja, karena hal-hal teknis sering kali tidak terdeteksi sebelum pekerjaan itu dijalani. Atau dengan kata lain ilmu terapan pada praktek apoteker komunitas tidak bisa hanya digambarkan atau diimajinasikan saja oleh para guru besar.
Sehingga hubungan timbal balik antara apoteker komunitas dan perguruan tinggi farmasi menjadi gerbang ilmu baru dalam perkembangan apoteker komunitas di negeri ini. Bila pada masa dulu apoteker komunitas hanya dipandang sebelah mata, tetapi pada masa mendatang apoteker komunitas justru menjadi dominan melebihi apoteker pada komunitas lain. Saat ini apoteker komunitas siap berkembang dan bersaing didalam perannya membangun kesehatan masyarakat. Bukannya apoteker komunitas akan mengambil alih peran dari tenaga kesehatan lain, tetapi apoteker komunitas akan siap melayani masyarakat dengan penuh dedikasi seperti tenaga kesehatan lain.
Untuk bisa membangun apoteker komunitas, sering kali para praktisi membuat dan melakukan sendiri standar-standar layanan demi persaingan di dalam layanan dan demi lebih memanjakan masyarakat sebagai klien. Agar standar-standar layanan ini kedepannya lebih terarah pada arah yang lebih baik, maka akan sangat penting bila para praktisi ini bergabung pada seminat dan diorganisasi dengan baik oleh IAI ( Ikatan Apoteker Indonesia ). Sehingga kesan berkembang secara sendiri-sendiri seperti saat yang lampau lebih dapat dikurangi. Dan bagaimanapun kebersamaan adalah kekuatan.
Bila kita membicarakan pada tataran yang lebih luas, perguruan tinggi farmasi tidak bisa lepas begitu saja didalam membangun profesi yang berkualitas, oleh karena itu APTFI tidak bisa begitu saja melepaskan IAI di dalam membangun perguruan tinggi yang berkualitas. Saya selalu mengatakan kepada semua pihak bila semua apoteker di depan IAI adalah sama, baik dari lulusan perguruan tinggi dengan akreditasi A maupun akreditasi B, tetapi permasalahan yang dihadapi IAI mungkin akan berbeda didalam pembinaan apoteker baru. Oleh karena itu IAI bagaimanapun juga mempunyai kepentingan terhadap kualitas lulusan.
Selanjutnya pada perkembangannya, APTFI tidak mungkin membangun pendidikan tinggi farmasi yang berkualitas tanpa melibatkan IAI dan perguruan tinggi farmasi yang berkualitas tidak mungkin meninggalkan para praktisi. bila idealisme ini terwujud dalam waktu dekat ini, maka perkembangan dunia farmasi, khususnya farmasi komunitas akan berjalan dengan sangat pesat. Dan kita sebagai praktisi harus pula bersiap-siap menghadapi yunior kita yang bisa jadi akan lebih baik.
Langganan:
Postingan (Atom)