Senin, 19 Juli 2010

MENIKMATI MUSIK SAAT JAMUAN

MENIKMATI MUSIK SAAT JAMUAN



“Hai tuan Apoteker!”, tiba-tiba Apoteker dikejutkan lagi oleh pria yang tidak dikenal sebelumnya. Apoteker terdiam sesaat, mengingat-ingat. “Sepertinya saya tidak kenal”, dalam hati apoteker. Tanpa menunggu jawaban dari Apoteker pria tersebut melanjutkan pembicaraan, “kenalkan, saya Menteri Agama dan Budaya (MAB)”.

“PM, yang meberitahu keberadaan anda disini, beliau masih sibuk”, lanjut MAB. “Maaf tuan MAB, karena saya kurang mengenal lingkungan Istana”, sahut Apoteker. “Adakah yang tuan inginkan dari hamba?”, lanjut Apoteker. didalam hati apoteker sangat malu, lingkungan Istana menjadi lingkugan yang baru buat dirinya. Hampir-hampir tidak ada yang dikenalinya.

“Tidak ada”, jawab MAB. “hanya saya ingin mengetahui dari anda beberapa hal mengenai praktek profesi apoteker saja, karena menurut hasil arahan dari PM tadi malam tim penyusun konsep penugasan Apoteker diketuai oleh saya dan anda juga masuk didalam tim itu. Agar dalam pertemuan-pertemuan berikutnya nanti saya tidak buta akan profesi Apoteker, saya usahakan menemui anda dahulu. Meskipun ketetapan Raja belum turun, karena masih menunggu nanti, tetapi kita yang ada kemungkinan ditugaskan harus menyiapkan diri.”, lanjut MAB.

“Bila pada pertemuan hari ini Raja benar memilih saya sebagai ketua tim, maka saya berharap, dua hari lagi saya sudah bisa mendapatkan konsep tertulisnya dari anda. Dan minggu depan sudah dapat dimulai rapat-rapat penyusunan konsep. Dan sebelum minggu depan saya sudah harus mendapatkan gambaran praktek profesi Apoteker untuk dipelajari dan saya kaitkan dengan nilai-nilai budaya kerajaan”, lanjut MAB lagi.

Apoteker, “Hamba siap melaksanakan tugas tuan”.

MAB, “o iya, tadi anda terlihat terkejut karena sangat menikmati musik? Apa anda suka dengan musik?”

Jawab Apoteker, “Benar tuan, tebakan tuan tidak salah”. Dalam hati apoteker, “saya tidak mungkin akan menceritakan kecemburua sosial saya terhadap Koki Kepala”, “toh saya kan lebih memilih nilai-nilai kemanusiaan yang tidak hanya sekedar urusan perut, he3x”. dalam hati Apoteker untuk menghibur dirinya sendiri. Dalam hatinya lagi, “saya kan profesional yang siap melayani peduduk kerajaan, dan hidup saya akan saya dedikasikan buat Kerajaan dan kemakmuran Kerajaan”.

“saya suka musik, tetapi saya tidak bisa bermain musik” lanjut Apoteker. “musiknya sangat enak didengar, dan saya sangat menikmati”, lanjut apoteker lagi.

MAB, “Pendengaran anda cukup bagus, pemain musik itu memang hebat, sehari-hari kerjanya hanya berlatih bermain musik saja”. “mereka professional dan melakukan pekerjaannya demi menyenangkan orang lain secara profesional, bekerja keras dalam belajar dan berlatih menjadi motonya”, lanjut MAB.

Apoteker, “benar Tuan, mereka hebat. Alunan musiknya kadang sperti gemericik air, kadang seperti deru angina, yg terdengar sangat sangat enak ditelinga”.

“tetapi sehebat-hebatnya pemain musik tidak bisa menghibur orang tuli”, sambung MAB sambil tersenyum.

Tidak menyangka apoteker terhadap pernyataan MAB, kemudian apoteker menjawab, “iya ya…..,”, dengan spontan Apoteker melanjutkan perkataannya dengan sekenanya, “ berarti masih hebat apoteker, karena tetap bisa melayani orang yang tuli, ha3x”. kemudian di ikuti gelak tawa mereka berdua.

MAB melanjutkan lagi, “Anda lihat disudut itu, banyak lukisan, sehebat-hebatnya lukisan juga tidak bisa dinikmati oleh orang buta”.

Jawab Apoteker, “Benar tuan, semua lukisan itu tidak dapat dinikmati orang yang buta, beruntunglah kita tidak buta”.

Lanjut MAB, “Semoga kita tidak sedang dalam hati yang buta dan tuli, sehingga lebih bisa menikmati indahnya dunia”. Kemudian MAB berpamitan dan meninggalkan Apoteker yang masih menikmati hidangan tanpa menghiraukan kiri kanannya yang belum dikenal. Bukan karena sombong, tetapi karena memang tidak mempunyai ide untuk dibicarakan dan karena rasa percaya diri yang masih perlu dipupuk sedikit lagi.

Setelah selesai menikmati jamuan, para undangan kebanyakan menikmati lukisan yang dipamerkan di sudut-sudut ruang jamuan. Para penjaga pameran yang umumnya pelukisnya sendiri dengan ramah menyambut para undangan. Dengan ramah para penjaga lukisan juga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar