Minggu, 11 Mei 2008

PELAYANAN PRIMA BELUM MENJADI PILIHAN UTAMA

PELAYANAN PRIMA BELUM MENJADI PILIHAN UTAMA
Salah satu dari tantangan TATAP adalah belum sadarnya masyarakat/ konsumen akan pentingnya pelayanan prima dari suatu apotek. Yang mana salah satu syarat dikatakan pelayanan prima adalah keberadaan apoteker diapotek saat jam buka apotek. Bahkan untuk konsumen dari perusahaan besar sekelas PT ASKES. Kemarin pada saat perpanjangan perjanjian kerja sama diminta untuk mengisi blanko yang salah satunya jumlah tenaga diapotek, yang tidak menanyakan berapa jumlah apoteker di apotek sebagai salah satu indikator dari pelayanan prima.
Saat itu saya memberi masukan kepada karyawan PT ASKES yang menyodorkan blanko, kalau seharusnya ada juga pertanyaan yang berisi berapa jumlah apoteker pendamping. Beliau berkata kalau nanti akan disampaikan kepada kasi pelayanan. Disini kelihatan bila perusahaan sekelas PT ASKES pun belum menyadari akan pentingnya apa itu pelayanan kefarmasian yang prima, apalagi masyarakat luas yang jelas-jelas sebagian darinya tingkat pendidikannya ada dibawah rata-rata.
Mungkin dari anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kefarmasian dari sebuah apotek masih berpikir akan apa pentingnya pelayanan kefarmasian yang baik dan apa untungnya. Sangat sulit memang menjelaskan kepada mereka tanpa disertai oleh data data yang tidak dilabeli dengan istilah penelitian. Tetapi secara logika mungkin sebagian dari anggota masyarakat akan menyadari akan pentingnya pelayanan prima.
Menurut pengalaman saya dari sekian jumlah pasien yang berkonsultasi tentang pelayanan kefarmasian diapotek dari peserta ASKES baik yang mengambil obat dari apotek saya atau tidak, adalah pelayanan kefarmasian adalah sangat penting, baik buat pasien peserta ASKES maupun PT ASKES. Beberapa kali pasien peserta PT ASKES dari rawat jalan tingkat lanjutan datang ke apotek saya yang hanya melayani rawat jalan tingkat pertama hanya untuk bertanya tentang obat yang didapat dari apotek rujukan yang bukan dari apotek saya, karena dari apotek rujukan tersebut tak melayani PIO dengan baik, karena apoteker tak ada saat jam buka apotek.
Keuntungan pelayanan prima dari suatu apotek dalam melayani resep ASKES bagi pasien adalah meningkatkan rasionalisasi penggunaan obat sehingga pengobatan menjadi lebih optimal. Dan bagi PT ASKES adalah dengan pengobatan yang lebih optimal, maka secara langsung akan menurunkan biaya pengobatan dan selanjutnya akan menurunkan jumlah klaim dan akan meningkatkan laba perusahaan. Banyak contoh kasus pemborosan karena pengobatan tidak optimal dari PT ASKES yang disebabkan pelayanan yang tidak prima dari sebuah apotek.
Mungkin suatu saat PT ASKES dapat bekerjasama dengan ISFI atau HISFARMA untuk melakukan penelitian yang terkait pengaruh pelayanan prima terhadap penurunan jumlah dan nilai klaim. Satu contoh pemborosan akibat pelayanan yang kurang prima adalah pasien yang setiap bulan memeriksakan kesehatan dan selalu mendapatkan resep, tetapi obat tak diminum. selanjutnya karena dokter menganggap dosis kurang besar, maka dosis diperbesar dan kenyataannya oleh pasien obat tidak diminum lagi.
Semoga kedepan masyarakat (termasuk korporat) menjadi lebih sadar dan memilih layanan prima diapotek sebagai pilihan dan tidak hanya sekedar mendapatkan obat, karena akan membuat lebih hemat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar