Kamis, 11 Maret 2010

KEGAGALAN DIDALAM MEMBANGUN PROFESI

KEGAGALAN DIDALAM MEMBANGUN PROFESI


Tadi pagi tetangga aku datang ke rumah sebelum aku berangkat ke apotek. Apotek aku jaraknya 10km dari rumah dan aku sudah 13 tahun melakukan hal itu. Dan anak2 aku, aku sekolahkan dekat apotek.

Sebelum berangkat tetangga saya minta dibawakan obat kalau pulang untuk cucunya. Katanya; “ sudah saya belikan obat ke dokter kok tidak sembuh”. Sering kali kita juga mendengar kata2 dari masyarakat di apotek yang mengatakan; “ sudah saya suntikan ke dokter kok tidak sembuh”. Mungkin pemandangan begini sayangat sering ditemui oleh sejawat kita di apotek, yang mana dokter hanya dianggap tukang obat atau tukang suntik belaka. Mungkin masyarakat susah membedakan antara dokter dengan tukang obat di pasar-pasar. Toh kenyataannya mereka juga merasa sembuh saat membeli obat ke tukang obat yang tdak jelas latar belakang pendidikannya.

Dari hal diatas seakan-akan kita harus menyadari bila dokter masih diperbolehakn untuk menyediaakan obat didalam prakteknya. Padahal hal diatas adalah gambaran kegagalan kita tenaga kesehatan secara umum didalam membangun pendidikan kesehatan masyarakat. Kita mungkin tidak perlu terlalu saling menyalahakan, tetapi bagaiman kita bisa mengajari masyarakat agar kalau ke dokter untuk meminta informasi mengenai penyakitnya dan kita bisa memabantu masyarakat agar menyadari bila kedokter sebenarnya bukan untuk membeli obat atau sekedar untuk mendapatkan suntik belaka. Mencerdaskan masyarakat emang butuh perjuangan, tetapi kita tetap harus melakukan.

Hal yang saya lakukan di apotek adalah, bagaimana caranya agar masyarakat memahami bila ke apotek bukan tujuan akhir didalam proses pengobatan pada swamedikasi. Oleh karena itu saya sering kali mengiformasikan bila penyakit berlanjut untuk mendatangi dokter keluargannya. Tentu saja dokter yang saya jadikan rujukan adalah dokter yang baik dengan saya, dan saya bisa mengarahkan sebagian pasien saya ke dokter-dokter tertentu seperti yang saya minta. Disilah perlunya hubungan baik antara apoteker dan dokter.

Setiap hari selalu ada saja yang saya rujuk ke dokter. Ini semua demi membangun profesi kesehatan secara umum. Bukan hanya ego saya yang hanya ingin membangun profesi apoteker, tetapi kita harus mampu bekerja sama demi nilai-nilai kemanusiaan yang merupakan diadakannya tenaga kesehatan.

Saya sering kali mengatakan bila dokter dispensing adalah kegagalan dokter dalam membangun profesinya sehingga pada sebagian dokter sulit lepas dari pandangan dokter sebagai tukang obat atau tukang suntik. Sehingga keberadaan obat dan suntik menjadi daya tarik bagi praktek profesi dokter, bukan hanya kompetensi dokter sebagai ahli penyakit. Disini seharusnya semua tenaga kesehatan dapat melakukan kerja sama didalam membangun profesi kesehatan secara bersama-sama.

Mungkin kita juga harus belajar dari toko obat, yang merupakan sarana kesehatan yang diakui secara undang-undang, tetapi kegagalan TTK didalam mengawal toko obat. Sehingga saat ini dibeberapa daerah toko obat tidak berkembang dan nyaris hilang dari peredaran. Suatu hal yang seharusnya dilakukan oleh TTK dalam mempertahankan keberadaan toko obat.

Demikian dengan apotek, bila kita tidak mampu membangun profesi yang baik seperti yang seharusnya seorang profesional lakukan, jangan-jangan apotek akan hilang seperti toko obat. Sampai sekarang saya berpendapat bila keberadaan profesional harus mampu melakukan pekerjaan proesional.

Semoga ini bisa menjadi salah satu bahan renungan bagi siapa saja yang ingin membangun profesi kesehatan secara umum. Dan khususnya bagi kita apoteker didalam melangkah kedepan menuju profesi yang bermartabat dan manusiawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar