Minggu, 04 April 2010

PENDEKATAN PROFESI DIDALAM MEMBANGUN ATURAN ORGANISASI IAI

PENDEKATAN PROFESI DIDALAM MEMBANGUN ATURAN ORGANISASI IAI

Secara garis besar manajemen adalah pengelolaan. Dan manajemen berbasis profesi adalah manajemen yang mana didalam pengelolaan diharapkan akan memberikan nilai lebih terhadap bidang yang ditekuni dan bisa berkembang sesuai seni pengelolaan agar dalam melakukan bidang pekerjaannya menjadi lebih nyaman dan aman, tanpa menghilangkan tujuan ekonomi. Dengan demikian manajemen berbasis profesi bisa lebih diharapkan menjadi seni pengelolaan yang dasar pengelolaannya diletakan pada dasar-dasar nilai pelayanan yang professional. Oleh karena itu manajemen berbasis profesi harus didukung oleh kemampuan professional yang kompeten. Tanpa kompetensi yang memadai, maka manajemen berbasis profesi adalah impian belaka.

Dengan demikian manajemen berbasis profesi adalah manajemen yang pengelolaannya mengikuti layanan yang professional yang mengikuti kaidah-kaidah layanan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, kode etik profesi, teknologi, peraturan perundangan yang berlaku dan nilai-nilai suatu bangsa. Dengan demikian manajemen yang berbasis profesi harus mampu mengembangkan profesinalisme dengan mengembangkan IPTEK terapan, nilai-nilai, hukum perundangan, dan manajemen itu sendiri. Dan usaha untuk mengembangkan itu harus dilakukan oleh para praktisi dengan kompeten, kontinu, konsisten dan konsekuen.

Pada manajemen berbasis profesi, nilai-nilai professional dikedepankan atau dengan kata lain manajemen berbasis profesi adalah menjual layanan. Dan masyarakat yang menjadi klien merupakan subyek yang menentukan kualitas layanan dengan menuntut kompetensi, dan bukannya yang dituntut untuk membayar mahal tanpa layanan yang memadai. Kompetensi yang dimiliki apoteker adalah tuntutan dari masyarakat, karena keterkaitan antara kebutuhan layanan dan keinginan untuk selalu memperbaiki kualitas layanan.

Masyarakat diharapkan akan menjadi penentu didalam berkembangnya manajemen berbasis profesi ini, karena masyarakat adalah pengguna jasa yang harus dilindungi akan hak-haknya. Di dalam mengembangkan manajemen yang berbasis profesi ini hubungan antara masyarakat dan professional adalah hubungan yang saling membutuhkan dan saling mengutungkan. Tidak boleh hilang salah satu diantara keduanya.

Bila kita runtut logika dasar pengembangan manajemen rang berbasis profesi adalah;
1. masyarakat membutuhkan layanan
2. sebagian anggota masyarakat menyediakan layanan, dan untuk menjaga agar layanan berjalan dengan professional, maka sebagian kelompok masyarakat tersebut yang selanjutnya menjadi masyarakat profesi membuat organisasi profesi dan membuat aturan standar dan pendidikan profesi yang mengacu kepada kepentingan masyarakat dan melindungi kepentingan masyarakat.
3. dibentukna pendidikan profesi yang didasarkan pada IPTEK pendukung profesi dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu secara tidak langsung pendidikan profesi berorientasi kepada layanan masyarakat dan profesi itu sendiri. Yang selanjutnya pengebangan profesi dilakukan secara bersama-sama antara masyarakat, masyarakat profesi dan akademisi.
4. untuk mencegah akan hal hal yang tidak diinginkan, pemerintah dengan pertimbangan layanan kepada masyrakata dan profesi, agar keduanya tetap bisa menjalin hubungan yang baik dan terhindar dari usaha-usaha pembodohan dan penipuan membentuk peraturan yang dinamakan peraturan perundangan.

Dari hubungan di atas, tidak bisa akademisi tiba-tiba mendesain profesi yang profesional bila sebelumnya tidak ada kebutuhan dari masyarakat dan tidak bisa pula akademisi mengembangkan suatu profesi yang professional bila tidak pernah memahami kebutuhan masyarakat dan layanan profesi. Demikian pula dengan pemerintah, tidak bisa membuat peraturan perundangan yang akomodatif bila pemeritah meninggalkan kepentingan masyarakat dan nilai-nilai profesionalisme. Disini semua unsur saling sangat tergantung dan tidak bisa dihilangkan salah satu darinya bila menginginkan berkembangnya kualitas layanan yang baik. Bila salah satu hilang, maka kerugian bagi semua pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah.

Dari uraian diatas, sangat tidak pantas bila organisasi profesi di dalam membuat peraturan organisasi hanya menggunakan pendekatan birokratis, tetapi harus menggunakan pendekatan profesi dengan mengoptimalkan manajemen yang berbasis profesi bagi praktek profesi oleh anggotanya. Dan kenyataan di waktu yang lalu, kurang berkembangkanya profesi apoteker salah satunya disebabkan karena didalam membangun peraturan organisasi profesi sebagian masih menggunakan pendekatan birokrasi dan bukannya pendekatan profesi. Dan kedepan manajemen berbasis profesi harus menjadi bagian didalam membangun peraturan organisasi, karena salah satu pendekatan profesi adalah manajemen berbasis profesi.

Hal tersebut sangat wajar, mengingat pengembangan profesi apoteker tempo dulu adalah lebih mengutamakan pemerataan kuantitas layanan dan belum berorentasi pada kualitas layanan. Dengan semakin banyaknya apoteker dan semakin berkembangnya tuntutan masyarakat akan layanan kefarmasian komunitas, maka kedepan tidak ada lagi alasan bagi organisasi profesi (IAI) untuk tidak mengembangkan manajemen yang berbasis profesi demi mewujudkan kepedulian IAI kepada masyarakat, pemerintah dan Negara..

Peraturan organisasi yang merupakan aturan yang mengikat anggotanya tidak mungkin lagi disusun tanpa mempertimbangkan keberadaan dari para praktisi. Karena secara umum, para praktisi di dalam praktek profesinya lebih dituntun oleh nilai-nilai dan nilai profesi. Nilai-nilai dan nilai profesi inilah yang seharusnya menjadi dasar dari pembangunan peraturan organisasi.

4 komentar:

  1. Dr Richard Husada4 April 2010 pukul 03.06

    Di mana dapat saya baca peraturan yang dimaksud di atas?

    Menurut saya manajemen di apotek sudah merupakan cikal bakal dari manajemen di pabrik, yang sudah saya geluti selama 33 tahun. Perkataan manajemen sudah memberikan pengertian yang mendalam mengenai beberapa hal, selain pengetahuan dan skills, yaitu keberadaan manajer di tempat. Di pabrik yang dikelola oleh manajer puncak yang tidak hadir secukupnya, kurang dapat dirasakan pulsa dari perusahaan. Rekan saya waktu itu yang harus mengikuti banyak acara di luar dan hanya sekitar 30% di kantornya, tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, terlihat dari angka2 yang ada.

    Untuk apotek, faktor ekonomi ditentukan oleh keuntungan yang diperkenankan untuk dapat beroperasi. Dengan harga yang rendah dari obat generik yang dibutuhkan oleh rakyat banyak dan persentase yang cukup besar bila harga cukup tinggi, maka otomatis keuntungan yang dapat diperoleh dari generik terlalu kecil untuk dapat memberikan sumbangan pada faktor ekonomis di atas. Margin yang digunakan sekarang tidak cocok untuk keperluan ini. Untuk menyediakan satu resep furosemid generik dibutuhkan tenaga dan keahlian yang sama dengan pelayanan terhadap Lasix. Bedanya di faktor ekonomis tadi. Hal ini tidak wajar dan dapat dilihat dari paling tidak di Jerman. Persentase untuk produk dengan harga rendah lebih tinggi dari persentase obat mahal.

    Saya setuju dengan paparan di atas, bahwa manajemen harus memiliki pengetahuan yang diperoleh dari universitas, serta juga memunyai jiwa kepemimpinan dan hadir secara penuh dengan margin yang cukup untuk obat paling murah di dunia seperti halnya generik.

    BalasHapus
  2. yang saya hormati Dr Richard Husada, terima kasih kata setuju anda, berarti ada pengakuan. satu hal yang mau saya tanyakan didalam 33tahun anda bekerja, apakah anda seperti katak dalam tempurung yang merasa hebat sehingga membicarakan apotek sebagai kompetensi anda?

    secara jujur saya tidak setuju dengan pernyataan anda mengenai apotek "faktor ekonomi ditentukan oleh keuntungan yang diperkenankan untuk dapat beroperasi. Dengan harga yang rendah dari obat generik yang dibutuhkan oleh rakyat banyak dan persentase yang cukup besar bila harga cukup tinggi, maka otomatis keuntungan yang dapat diperoleh dari generik terlalu kecil untuk dapat memberikan sumbangan pada faktor ekonomis ".

    pada apotek masih ada jasa profesi meskipun kecil dan masih ada diskon. secara jujur sebagian apoteker yang menjadi praktisi aktif di apotek bisa meningkatkan kebutuhan obat dengan menciptakan pasar sampai dengan lebih dari 30% kebutuhan obat dengan edukasi. cuman sayang jumlah mereka masih dibilang belum signifikan secara nasional.

    saya praktisi yang menjadi pelaku langsung lelama lebih dari 45.000 jam. saya lebih mengetahui dari apa yang anda ketahui tentang apotek. sebelumnya saya mohon maaf bila saya mengatakan anda tidak paham apa2 terhadap perkembangan praktek profesi komunitas sacara IPTEK terapan yang berkembang saat ini yang dengan kata lain ini bukan wilayah kompetensi anda. bila orang semacam anda ikut mengatur masalah komunitas tinggal tunggu saja kehancuran para praktisi komunitas.

    hal yang celaka didalam kita membangun organisasi bila orang seperti anda dengan reputasi pengalaman 33 tahun merasa menjadi orang hebat yang merasa mampu bicara masalah apotek. apotek bukan industri, dan sangat tidak manusiawi bila apotek di kelola dengan cara2 di industri.

    apoteker komunitas adalah pelayanan dari masyarakat didalam kesehatan yang harus mampu menguasai psikologi masyarakat secara langsung agar proses pelayanan dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan bangsa ini.

    BalasHapus
  3. oia soal manajemen,,,ini adl peer seorang Apoteker.mengingat dibeberapa apotek menejemen di pegang oleh PSA.Apoteker dianggap tak punya kompetensi dlm hal ini.
    inilah yg kemudian menempatkan apoteker tetap mjd seorang APA diapotek orang lain,,,karena ketidak pede-annya.
    Ternyata ilmu menejemen diperoleh dari pola kebiasan 'keseriusan' seorang apoteker dlm menghayati profesix meski tanpa guru.TATAP salah satux.

    BalasHapus
  4. @heny, pengalaman adalah guru yang baik. makasih apresiasinya.

    BalasHapus