Senin, 21 Juni 2010

PROFESIKU UNTUKMU MASYARAKAT

PROFESIKU UNTUKMU MASYARAKAT


Apoteker sebagai pelayan masyarakat adalah sangat mulia. Dan mendedikasika hidup untuk masyarakat menjadi sangat indah. Dalam mendedikasikan diri kepada masyarakat, tidak hanya kita melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat, tetapi membantu sejawat belajar praktek profesi atau membimbing adik-adik calon apoteker juga berarti mendedikasikan diri kepada masyarakat.

Pada saat kita mendedikasikan diri kepada masyarakat yang sebagian dari kita merupakan hal mulia tidak harus mendapatkan pujian, sebagian dari kita justru mendapatkan cemoohan. Tentu saja yang mencemooh diantaranya adalah “orang-orang buta”. Yang mana orang yang buta terhadap pemahaman profesi tidak memahami arti pentingnya profesi dan nilai-nilai kemanusiaan.

Menghadapi orang-orang buta semacam ini, kita terkadang terbakar hati. Tetapi tidak selamanya kita akan terbakar juga. Karena banyak hal yang bisa kita lakukan dan sikapi terhadapnya. Buat apa hati terluka, bila lebih banyak hati yang terobati. Mungkin seperti ungkapan dalam puisi dari pujangga besar Chairil anwar berikut

AKU

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943


Aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang, adalah ungkapan yang tepat pada saat awal aku mendedikasika profesi, karena justru tidak mempunyai apresiasi dari banyak sejawat dan terkadang justru menjadi cemoohan. Meski dari dalam hati para pencemooh terkadang ada rasa iri dan dengki karena apresiasi dari masyarakat yang tidak pernah dimiliki oleh para pencemooh. Dan tidak bisa kita pungkiri, bila sebagian dari para penddikasi profesi telah “mati” sebelum menjadi binatang jalang karena tidak tahan menjadi kumpulan dari yang terbuang. Apatis adalah ungkapan yang katakanya kepada saya.

Sebagai bagian dari kumpulan yang terbuang, tentu saja menjadi orang yang dianggap sakit jiwa oleh kelompok orang yang lain. Yang mana anggapan ini tentu saja akan menjadi luka dan bisa seperti ungkapan Chairil Anwar. Dan yang aku lakukan adalah berlari dari anggapan itu dan menjadikan diri ini mengambil pikiran positif terhadap semua tindakan profesi yang kita ambil. Dan semua itu demi mendedikasikan diri ini kepada masyarakat. Masyarakatlah yang telah membesarkan jiwa profesi ini, bukan dari yang membuang kita.

Ilustrasinya mungkin cocok pada cerita berikut ini. Pada saat saya bekerja sama dengan perusahaan asuransi kesehatan, dari awal saya mengatakan kepada para pejabat perusahaan tersebut yang pada umumnya para pejabat perusahaan itu merasa sebagai dewa yang bisa menjebatani kebutuhan kesehatan masyarakat dan menjadi pahlawan buat profesi karena menjadi pemberi rejeki yang sangat-sangat besar, meskipun kenyataannya adalah belum tentu. “saya dedikasikan pelayanan saya kepada masyarakat, bukan pada perusahaan kamu”, demikianlah ungkapan yang aku banggakan.

Aku tidak pernah bangga karena bekerja sama dengan perusahaan itu, tetapi aku bangga karena bisa mendedikadikan profesi aku kepada masyarakat yang kebetulan adalah peserta asuransi. Secara umum, perusahaan asuransi seperti itu tidak pernah menghargai profesi aku meskipun dalam perusahaan semacam itu ada pula pejabat yang kebetulan juga merupakan apoteker yang juga menjadi teman sejawat aku. Hanya perbedaannya adalah aku dari kumpulan yang terbuang dan para pejabat itu adalah dari kumpulan para pahlawan yang sangat-sangat hebat yang merasa tidak harus bergaul dan mendengarkan pendapat dari para orang-orang dari kumpulan yang tebuang.

Demikian juga pada saat menjadi anggota organisasi profesi. Aku juga menjadi kulmpulan dari orang-orang yan terbuang. Pada saat aku mebicarakan dedikasi kepada masyarakat ditinggal pergi. Demikian sampai beberapa kali sampai aku ketemu orang-orang yang terbuang pula. Memang aku akhirnya menjadi kumpulan dari orang-orang yang terbuang. Tidak pernah rugi dan akan mengobati sakit hati bila apa yang kita lakukan dalam organisasi profesi tidak aku dedikasikan buat apoteker karena tidak semua apoteker membutuhkan dedikasi kita, tetapi semua itu aku dedikasikan buat nilai-nilai kemanusiaan.

Aku suka dengan ungkapan Chairil Anwar, “dan aku akan lebih tidak perduli” tetapi aku beda dengan Chairil Anwar disini, “aku tidak mau hidup 1000 tahun lagi”. Chairil Anwar, engkau memang pahlawan besar, tetapi aku tidak harus mempunyai pikiran yang sama denganmu. Tetapi dalam tujuan mendedikasikan hidup aku kepada bangsa mungkin kita harus sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar