Jumat, 01 Juli 2011

PASIEN

PASIEN


Pemaknaan pasien bagi apoteker mungkin berbeda dengan tenaga kesehatan lain. Karena profesi apoteker adalah spesifik dan berbeda dengan tenaga kesehatan lain maka dalam hubungan pasien-apoteker tidak dapat dimaknai dengan hubungan pasien-dokter, atau hubungan paisien-perawat. Karena ada batasan-batasan perbedaan kompetensi dalam menjalankan praktek profesi masing-masing.

Pada hubungan pasien-apoteker, pasien dapat dimaknai sebagai anggota masyarakat yang memanfaatkan jasa apoteker untuk tujuan sehat, sesuai dengan kompetensi apoteker. Yang mana hubungan tersebut terkait kepuusan, tindakan dan pekerjaan profesi. Sehingga pada batasan ini seorang apoteker sangat tidak boleh memaknai hubungan pasien-apoteker dengan hubungan pasien-tenaga kesehatan lain. Bisa jadi akan sangat berbeda maknanya.

Dalam mengembangkan farmasi komunitas, seharusnya kita tidak “dalam bayang-bayang” tenaga kesehatan lain. Termasuk dalam memaknai pasien. Kita harus mampu memaknai pasien sesuai pelayanan profesional yang mampu kita lakukan. Bukannya kita menonjolkan ego profesi, tetapi kita menonjolkan kompetensi profesi yang telah kita kembangkan. Hal ini sebagai bentuk kepedulian apoteker terhadap kepentingan masyarakat luas.

Pengembangan profesi bukan untuk mengembangkan ego, tetapi untuk mengembangkan kepedulian profesi terhadap kepentingan masyarakat luas. Janganlah menjadikan materi sebagai barometer keberhasilan pengembangan ini, tetapi ketercukupan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kefarmasianlah yang seharusnya menjadi barometer.

Dengan demikian, pasien dimata apoteker adalah setiap orang sakit atau sehat yang membutuhkan layanan profesional kefarmasian untuk meningkatkan kualitas kesehatannya, baik dengan menggunakan tools (sediaan farmasi), atau hanya sebatas informasi untuk edukasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar