Sabtu, 29 November 2025

Obat bebas terlalu bebas

 Ada pesanan untuk melakukan analisis sederhana terhadap narasi di bawah ini dengan asumsi hypermarket, supermarket dan minimarket tidak melibatkan apoteker atau setidaknya TTK trampil dalam pelayanan kesehatan menggunakan sediaan farmasi utamanya obat bebas dan bebas terbatas. Narasi akan dianalisa terhadap alur logika dan dampaknya terhadap berbagai kepentingan utamanya pelaku usaha dan masyarakat. 


Narasi yang dianalisa adalah sebagai berikut;

BAB IV PENUTUP

Petunjuk Teknis ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam menata tata kelola penyerahan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas di luar fasilitas pelayanan kefarmasian dalam hal ini ditujukan khusus untuk Hypermarket, Supermarket, dan Minimarket, sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang lebih mudah dijangkau tanpa mengabaikan prinsip perlindungan konsumen. Penerapan petunjuk teknis ini juga bertujuan untuk mendorong terciptanya keseimbangan antara kepentingan masyarakat dalam mendapatkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas dengan cepat dan mudah, serta kewajiban pelaku usaha dalam menjamin mutu dan keamanan produk yang disediakan. 

Dengan demikian, Hypermarket, Supermarket, dan Minimarket tidak hanya berperan sebagai sarana penyerahan, tetapi juga turut serta dalam mendukung upaya pemerintah mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Implementasi pedoman ini perlu disertai dengan mekanisme pembinaan, pengawasan, serta evaluasi secara berkala.. 


Analisa terhadap narasi

Narasi yang menurut kita, berpotensi menyesatkan adalah, "pelayanan yang lebih mudah dijangkau tanpa mengabaikan prinsip perlindungan konsumen. ". Mana mungkin hypermarket dan supermarket yang hanya tersebar si kota kota besar dianggap lebih mudah dijangkau bila dibandingkan dengan apotek yang mulai menyebar sampai pelosok desa? Logika selanjutnya yang menurut kita tidak tepat adalah " Tanpa mengabaikan prinsip perlindungan konsumen ", bagaimana pelayanan sediaan farmasi yang disediakan hypermarket dan supermarket dapat menjamin perlindungan konsumen bila pelayanan tidak melibatkan apoteker  atau setidaknya TTK terlatih? 

Dalam pandangan kita, meski swamedikasi, apoteker tetap harus menyelesaikan berbagai personal medication therapy problem (PMTP)sebelum memenuhi personal medication needs. Tanpa menyelesaikan berbagai PMTP, tidak masuk akal perlindungan konsumen terjadi. 

 

Narasi selanjutnya, " kepentingan masyarakat dalam mendapatkan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas dengan cepat dan mudah", bagaimana lebih cepat dan mudah bila ditinjau dari tempat parkir yang relatif jauh dari counter obat bila dibandingkan dengan apotek apotek kecil yang ada dipinggir jalan? Menurut kita ini adalah logika yang dipaksakan. 


Selanjutnya pada narasi, "kewajiban pelaku usaha dalam menjamin mutu dan keamanan produk ". Bagaimana kita dapat meyakini bahwa pelaku usaha yang bukan tenaga kesehatan atau tanpa mempekerjakan tenaga kesehatan mampu menjamin mutu dan keamanan produk farmasi? Sesuai aspek legal, ilmiah dan etik, logika pada narasi ini sungguh tidak berkorelasi. 


Pada narasi"Dengan demikian, Hypermarket, Supermarket, dan Minimarket tidak hanya berperan sebagai sarana penyerahan, tetapi juga turut serta dalam mendukung upaya pemerintah mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau". Bagaimana dapat dimaknai sebagai pelayanan kesehatan bila tidak ada satupun tenaga kesehatan yang dilibatkan? Bagaimana pelayanan kesehatan akan berjalan aman bila tidak dilakukan oleh profesional kesehatan atau setidaknya tenaga kesehatan trampil? Bagaimana logika mutu pelayanan kesehatan dapat dipertanggungjawabkan? 


Dampak

Dampak kebijakan pelayanan obat bebas dan bebas terbatas yang tidak melibatkan apoteker dan atau tenaga trampil farmasi


Kesalahan masyarakat dalam mengenali penyakit yang ditetapkan sendiri yang menjadikan pengobatan tidak rasional yang tidak tepat indikasi. 

Pada kasus ini tentunya akan berpotensi terjadi pengobatan berulang yang berarti kebutuhan obat menjadi lebih banyak yang dapat dimaknai sebagai bonus omset bagi industri farmasi. Semakin masyarakat tidak memahami indikasi setiap obat dan semakin masyarakat dibebaskan tanpa pengawalan profesional farmasi berarti semakin industri farmasi diuntungkan. 

Bagi hypermarket, supermarket dan minimarket juga akan memberikan dampak yang sama dengan industri farmasi yang berarti omset akan meningkatkan akibat pengobatan harus berulang. 

Bagi masyarakat, kesalahan mengenali penyakit sehingga salah memilih obat akan sangat merugikan. Merugikan pertama terjadi akibat harus melakukan pengobatan ulang, turunnya produktivitas akibat tidak kunjung sembuh dan resiko keterlambatan penanganan medis. Disinilah pentingnya pendampingan dari profesional farmasi untuk swamedikasi yang optimal. 


Potensi ESO dan ADR

Untuk swamedikasi dengan kasus penyakit yang tidak berbahaya, salah indikasi mungkin tidak berdampak banyak bagi tenaga kesehatan maupun asuransi kesehatan. Beda halnya bila timbul ESO atau ADR, ini akan berpotensi merugikan tenaga kesehatan dan asuransi kesehatan. 

Apaila terjadi ESO atau ADR, maka masyarakat akan membutuhkan obat lebih banyak lagi. Lebih banyak karena selain membutuhkan obat untuk sakit yang sedang dideritanya yang belum  kunjung sembuh juga harus menggunakan obat untuk mengatasi ESO atau ADR yang menjadi bonus karena keawaman masyarakat dalam menggunakan obat. Disini masyarakat akan semakin banyak dirugikan, selain secara ekonomi juga secara produktivitas. 

Timbulnya ESO dan ADR akibat penggunaan obat oleh masyarakat akibat tidak hati-hati dan atau tanpa pendampingan oleh profesional. Bagi industri farmasi adalah sangat menguntungkan karena berarti kebutuhan obat menjadi jauh lebih banyak. Semakin obat besar resiko  maka akan semakin besar potensi industri farmasi diuntungkan apabila terjadi resiko, oleh karena itu kebijaksanaan pendampingan pada penggunaan obat bebas terbatas sangat dibutuhkan untuk melindungi masyarakat. 

Bagi hypermarket, supermarket dan minimarket dapat berarti pembelian obat lebih. Lebih bisa diakibatkan akanada kebutuhan obat baru untuk mengatasi ESO. Meski tidak semua ESO obat dapat diatasi dengan obat bebas, namun beberapa ESO dapat diatasi menggunakan obat bebas. 

Bagi asuransi kesehatan seperti BPJS kesehatan, ESO dan ADR  sangat merugikan. Penyakit ringan yang seharusnya dapat diatasi menggunakan obat babas atau bebas terbatas menjadi butuh tindakan medis yang berarti klaim kesehatan menjadi naik. Klaim akan semakin besar bila dampak ESO dan ADR  semakin parah. Bagi industri asuransi kesehatan, pelayanan swamedikasi tidak selamanya menguntungkan tergantung rasionalisasi swamedikasi. 

Bagi tenaga kesehatan, adanya ESO dan ADR yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak menguntungkan atau merugikan tergantung pada kasus. 

Dampak keterlambatan penanganan medis

Keterlambatan penanganan medis akan berpotensi terjadi apabila swamedikasi dilepas begitu saja tanpa pendampingan dan potensi ini sering terjadi. Keterlambatan penanganan medis dapat beresiko menjadi fatal pada beberapa kasus. 

Bagi masyarakat, keterlambatan penanganan medis akan sangat merugikan. Disinilah pentingnya pendampingan oleh profesional farmasi dalam mengawal swamedikasi. Profesional farmasi sebagai profesi kesehatan dengan kompetensi mayor kimia medis dan minor biomedis akan lebih berhati-hati dan akan mempertimbangkan setiap potensi resiko dalam setiap keputusan dan tindakan profesi. 

Bagi industri farmasi, setiap potensi resiko swamedikasi berarti potensi meningkatnya omset yang berarti keuntungan. Disinilah pentingnya industri farmasi untuk berlaku bijak dengan turut serta mengamankan kepentingan masyarakat dan tidak hanya mengejar keuntungan semata. 

Bagi hypermarket, supermarket dan minimarket mungkin tidak mendapatkan keuntungan dari keterlambatan penanganan medis. Namun dari pelayanan swamedikasi oleh hypermarket, supermarket dan minimarket berpotensi menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan medis kecuali pada hypermarket, supermarket dan minimarket menyediakan tenaga profesional farmasi. 

Bagi industri asuransi kesehatan, keterlambatan penanganan medis berarti klaim yang lebih besar yang seharusnya tidak terjadi. 

Bagi tenaga kesehatan, resiko dari keterlambatan penanganan medis dapat beragam, namun dari sisi kemanusiaan, apapun kasusnya tetap ditangani secara manusiawi. Tenaga kesehatan hanya memberikan masukan bagaimana baiknya. Namun bila kebijaksanaan sengaja dibangun untuk menyengsarakan rakyat, tenaga kesehatan tidak dapat berbuat apa-apa kecuali untuk ikut mematuhi setiap aturan yang ada demi nilai kemanusiaan. 


Akhir kata, kita apoteker sebagai tenaga kesehatan dengan kompetensi mayor kimia medis dan minor biomedis hanya dapat mengikuti aturan yang berlaku, dan kita tetap akan menjalankan praktek profesi secara profesional demi nilai kemanusiaan. 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar