Selasa, 17 Februari 2009

ANAK AJAIB

ANAK AJAIB

Banarkah Ponari adalah anak ajaib? Ponari yang bisa mendatangkan pasien sampai lima belas ribu perhari adalah anak ajaib. Bisa anda bayangkan betapa besarnya jumlah pasien tersebut. Jumlah tersebut bisa jadi setara dengan pasien dokter yang mempunyai pasien 10 orang per hari selama lima tahun. Bagaimanapun juga ponari adalah anak ajaib, karena setahu saya belum pernah ada seorang pengobatpun di negara kita yang sampai diantri sampai lebih dari 50 ribu orang, hanya karena praktek pengobatan tutup selama 4 hari. Seharusnya diusulkan untuk untuk dicatat di MURI.

Sungguh suatu hal yang sulit kita bayangkan bila kita harus mengantri dengan antrian sampai puluhan ribu orang. Bahkan untuk mendapatkan kupon antrian bisa jadi lebih dari 24 jam. Berdesak desakan menjadi pemandangan sehari-hari yang mungkin akan sangat menggangu sebagian warga yang akan keluar masuk rumah sendiri. Tetapi dibalik semua kesibukan dan keruwetan yang disebabkan praktek dari si anak ajaib ini adalah munculnya roda ekonomi yang sangat besar bagi ukuran sebuah desa. Bisa anda hitung berapa isi kotak amal ponari yang umumnya hanya diisi 2000 rupiah saja, Biaya konsumsi selama menunggu, biaya menginap meskipun hanya diemperan rumah dan masih ada banyak lagi roda ekonomi yang muncul akibat praktek anak ajaib yang baru berumur 9 tahun ini.

Bisa anda bayangkan bila harus menginap diemperan rumah orang selama satu malam, dimusim hujan. Mungkin yang akan menjadi pertanyaan banyak orang adalah kok mau-maunya? Dampak yang luar biasa ini juga mungkin akan berdampak sampai pada jumlah pasien yang berkunjung ke dokter praktek ataupun ke apotek. Sebagian teman kita yang ada di Jombang dan sekitarnya beranggapan bahwa sepinya kunjungan dokter dan apotek pada bulan ini disebabkan oleh Ponari si anak ajaib.

Meskipun pengobatan Ponari akhirnya ditutup paksa, tetapi pengantri Ponari tetap berharap praktek Ponari tetap dibuka. Kenapa harus ditutup? Alasan mengganggu ketertiban menjadi salah satu alasan selain keamanan pengunjung. Dari alasan alasan tersebut, saya lebih setuju seandainya alasan penutupannya adalah demi masa depan Ponari sendiri, bukan karena alasan lain. Ponari yang akhirnya "di tuakan" atau dengan kata lain dianggap ajaib tentu akan mempunyai beban moral dan psikologi yang sangat besar bila keajaibannya hilang. Apalagi bila justru dieksploitasi demi untuk mendapatkan keuntungan oleh pihak-pihak tertentu. Seharusnya Komnas perlindungan anak harus bisa memastikan akan keselamatan Ponari sendiri dan melakukan perbaikan terhadap praktek Ponari tanpa menghilangkan hak-hak Ponari sebagai anak.

Karena kekuatan ajaib semacam ini umumnya tidak berlangsung lama, seharusnya juga dicarikan solusi terhadap Ponari akan masa depan Ponari agar menjadi lebih baik bila sewaktu-waktu Ponari ditinggalkan keajaibanya.

Salahkah Ponari? mungkin akan ada yang menyalahkan Ponari si anak ajaib dengan meninggalnya beberapa pasiennya karena kelelahan. Menurut saya kita tidak bisa menyalahkan sianak yang belum dewasa, dan kesalahan ini adalah kesalahan kita semua. Baik sebagai masyarakat maupun sebagai unsur dari pemerintah.

Bila kita melihat siaranan TV yang mana salah satu pasien saat diwawancarai, Mengatakan yang intinya kurang lebih karena ketidak percayaan terhadap sistem kesehatan kita. Sebagai anggota masyarakat dan tenaga kesehatan seharusnya kita juga memikirkan kenapa sistem kesehatan kita tidak dipercaya oleh sebagian masyarakat? Apakah karena sistem kesehatan kita hanya mempunyai satu pilar ilmu kedokteran saja? Menurut saya, salah satu penyebab keajaiban Ponari menjadi lebih lebih ajaib lagi karena kita sebagai tenaga kesehatan dan pemeritah kurang mengembangkan sistem kesehatan yang lebih baik yang lebih memperhatikan kualitas pelayanan. Jumlah dokter, perawat, bidan, apoteker dan tenaga kesehatan lain diproduksi dengan sangat-sangat besar, tetapi kualitasnya mungkin harus kita pertanyakan. Kenapa? Karena pilar dalam sistem kesehatan kita hanya satu yaitu pilar kedokteran, tenaga kesehatan lain dianggap tidak penting atau mungkin diangap tidak perlu ada dan mungkin juga dianggap tidak perlu dikembangkan. Sehingga terjadi kesenjangan, yang salah satu contoh kesenjangannya adalah hanya ada Undang-undang praktek kedokteran dinegara kita dan tidak ada undang-undang praktek untuk tenaga kesehatan lain.

Bila kita mengacu pada pembangunan kesehatan yang terintegrasi, maka seharusnya negara kita membuat pula undang-undang praktek kesehatan yang lain satu persatu. Dan yang lebih sederhana adalah mengganti undang-undang praktek kedokteran dengan undang-undang praktek tenaga kesehatan, yang didalamnya mengatur segala macam praktek yang dilakukan oleh semua tenaga kesehatan yang diakui oleh pemerintah kita mulai dokter, apoteker, dokter gigi, perawat dan selanjutnya. Semua ini demi pembangunan kesehatan dan demi memberikan perlindungan kepada masyarakat.

Dalam pembangunan kesehatan yang terintegrasi maka keberadaan semua tenaga kesehatan harus diakui keberadaannya dan dibangun secara bersama-sama agar saling mengisi dan saling memberikan sinergi yang selanjutnya akan terintegrasi menjadi pondasi yang sangat kokoh. Tidak seperti sekarang, yang mana pembangunan kesehatan dan pembangunan tenaga kesehatan hanya mengarah kepada satu pilar saja.

Mungkin dokter ingin menjadi satu-satunya tenaga kesehatan, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada tenaga kesehatan lain untuk berperan didalam kesehatan. Sehingga terjadilah ketimpangan dalam masalah kesehatan yang selanjutnya timbul ketidak percayaan masyarakat akan sistem kesehatan kita yang selanjutnya terjadilah keajaiban keajaiban seperti ponari. Keajaiban yang muncul karena ketidak percayaan masyarakat kepada kita semua sebagai tenaga kesehatan.

Sudah sewaktunya kita berpikir lebih rasional dalam mengembangkan profesi kesehatan yang saling berintegrasi. Yang mana semua ilmu kesehatan dari masing-masing profesi harus berkembang maksimal dan tidak bisa diintervensi oleh profesi yang lain.

1 komentar:

  1. faktornya memang banyak, tapi benar juga karena pengobatan kita plus pelayanan cenderung mahal dan tidak terjangkau. :)

    BalasHapus