Senin, 02 Februari 2009

RESISTENSI ANTIBIOTIKA

RESISTENSI ANTIBIOTIKA


Seperti kita ketahui resistensi antibiotik bisa menyebabkan pengobatan menjadi sangat mahal dan bahaya lainnya yang lebih berbahaya adalah bisa mengancam jiwa. Sedangkan resistensi antibiotik sampai beberapa tahun kedepan mungkin tetap akan menjadi salah satu permasalahan kesehatan bangsa, yang mana bahaya dari resistensi antibiotika ini mungkin akan semakin berbahaya sebahaya penyakit menular lain seperti flu burung suatu misal bila tidak ditangani dengan tepat. Sebenarnya kita tahu apa penyebab resistensi antibiotika ini, tetapi apa yang dilakukan oleh pemerintah belumlah sampai pengatasan yang sistematis.

Belum sitematisnya ini, karena resistensi antibiotika masih belum dianggap barbahaya dan mungkin juga sebagaian dari tenaga kesehatan kita masih berpikir " toh selalu ada penelitian antibiotika baru". Apalagi bila dikaitkan dengan "komisi hasil KS dengan pabrik obat", resistensi mungkin justru menjadi sumber uang. Karena dengan resistensi akan terjadi pembenaran terhadap pemakaian antibiotika generasi lanjut untuk mengatasi infeksi sederhana. Dan ujung-ujungnya masyarakat lagi yang dirugikan.

Saya sangat menghargai usaha dari pemerintah yang berusaha menurunkan harga obat, dan pengendalian harga obat adalah sangat sangat penting. Tetapi bila pengendalian pemakaian obat yang rasional tidak ditingkatkan apa gunanya harga obat murah? Karena bila resistensi berlanjut karena penggunaan tidak tepat dan obat mahal, bisa jadi pilihannya adalah obat murah tetapi tidak manjur karena resistensi atau tak terbeli dan tidak ada resistensi, toh hasilnya pada masyarakat miskin mungkin sama saja, yaitu infeksi tak terobati. Dan yang sangat berbahaya adalah justru antibiotik terbeli dan tidak ada satupun yang efektif karena resistensi.

Pemakaian obat yang tidak terkendali akan sangat membahayakan masyarakat dan mungkin juga menyebabkan pengobatan menjadi lebih mahal, bahkan mahalnya bisa berlipat-lipat. Berlipat-lipatnya bisa disebabkan karena pengulangan biaya perawatan, pengulangan penggunaan obat, pengulangan penggunaan alat kesehatan, pengobatan lebih lama dan lain sebagainya. Oleh karena itu resistensi antibiotika seharusnya menjadi perhatian nasional.

Pada umumnya penyebab resistensi antibiotika adalah akibat pelepasan antibiotika yang tidak disertai edukasi yang benar. Yang selanjutnya terjadi pemakaian antibiotika yang sangat tidak terkendali.

Ketidak terkendalian pemakaian antibiotika bisa terjadi pada :
1. Peresepan dokter yang kurang rasional
2. Peresepan rumah sakit yang kurang rasional
3. Peresepan puskesmas yang kurang rasional
4. Pelepasan antibiotika yang tidak disertai edukasi yang benar oleh apotek
5. Pengulangan resep antibotika yang sebenarnya sudah tidak diperlukan lagi.
6. Mengikuti saran dari yang tidak berkompeten untuk mengonsumsi antibiotika.
7. Pemakaian antibiotika pada hewan ternak dan perikanan
8 dan mungkin masih banyak lagi

Menurut hemat saya, untuk menekan terjadinya resistensi antibiotika atau kalau mungkin menurunkannya, adalah :
1. Apoteker diberdayakan untuk datang keapotek setiap jam buka apotek. Dan diwajibkan bagi para apoteker untuk melakukan edukasi yang benar setiap kali melepas antibiotika..
2. Mempekerjakan apoteker di tiap puskesmas di Indonesia.
3. Menambah tenaga penyuluh kesehatan apoteker di tiap dinas kesehatan.
4. Meningkatkan jumlah apotek sampai tingkat desa.
5. Menekan pemalsuan obat dengan membatasi sarana kesehatan yang boleh melakukan dispensing obat terutama antibiotika.

Mungkin masih banyak lagi hal-hal yang dapat diprioritaskan dalam mengatasi resistensi antibiotika. Seperti misal antibiotika di apotek harus dilepaskan oleh apoteker secara langsung dan tidak boleh diwakilkan untuk menjamin kenyamanan pemakaian obat, kemanan pemakaian obat, ketepatan pemakaian obat dan lain sebagainya. Bila sistem kesehatan terutama dalam bidang kefarmasian masih seperti sekarang, saya tidak yakin masalah resistensi antibiotika dapat terselesaikan dengan baik. Bagaimanapun juga masalah resistensi ini memerlukan uluran tangan apoteker, uluran tangan untuk melakukan tugas-tugas kefarmasian diapotek dan menjadi pendamping masyarakat dalam swamedikasi agar masyarakat dapat teramankan dari bahaya obat.

Semoga kedepan pelayanan kesehatan dibidang kefarmasian lebih menjadi perhatian pemerintah. Demi pembangunan kesehatan seutuhnya dan tidak ada lagi terjadi pengkotak-kotakan tenaga kesehatan karena semua tenaga kesehatan dibutuhkan untuk saling bersinergi dan saling terkait. Yang kesemuanya ini adalah untuk membangun bangsa.

Ibarat permainan sepak bola yang bagus dan profesional, maka kita akan membutuhkan pemain yang bagus, tidak bisa sebelas pemain adalah penyerang semua tanpa kiper. Permainan tidak akan bagus bila tidak ada play maker yang mendistribusikan bola. Demikian juga dengan peran manajer dan pelatih adalah sangat penting pula. Bila dalam menyelesaikan masalah kesehatan tidak bersinergi maka masyarakat yang akan dirugikan. Besar harapan masyarakat kita akan kesehatan yang berkualitas yang seharusnya disuguhkan oleh tim kesehatan kita.

"MARILAH WASPADA TERHADAP PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA DAN SELALULAH BERKONSULTASI DENGAN APOTEKER ANDA DI APOTEK"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar