MENGATASI DAYA BELI MASYARAKAT
Pada saat semua harga barang-barang menjadi lebih mahal yang disebabkan oleh tingginya harga energi dunia, kita sebagai apoteker juga dihadapkan terhadap permasalahan yang sama. Kita dihadapkan terhadap kenaikan harga sediaan farmasi yang umumnya ada korelasi langsung terhadap kenaikan harga energi.
Pada saat harga barang kebutuhan naik, otomatis daya beli akan turun. Dampak turunnya harga beli ini bisa jadi akan menurunkan omset dari apotek. Meskipun mungkin tidak terhadap semua jenis apotek. Pada saat semacam ini, kita apoteker akan dituntut untuk mempertahankan omset, tetapi daya beli turun.
Pada saat ini kita harus dapat berlaku lebih cerdas dalam mengatasi daya beli. Salah satu hal yang saya lakukan pada saat terjadi penurunan daya beli adalah menawarkan obat non promo kepada masyarakat. Karena obat non promo secara umum mempunyai harga yang lebih rendah karena tidak ada biaya promosi, atau biaya promosi digunakan untuk menekan harga.
Pada saat kita berpraktek profesi diapotek, permasalahan daya beli adalah hal biasa yang kita temui, apalagi didaerah yang pada umumnya daya belinya sudah rendah meskipun tak ada kenaikan harga energi. Dan yang menjadi PRnya adalah pada penyediaan obat non promo yang berkualitas.
Banyak obat non promo yang berkualitas, dan harganya relatif lebih murah. Dan yang menjadi pertimbangan dalam memilih produk non promo yang jumlanya sangat banyak didasarkan pada hal-hal yang antara lain sebagai berikut :
1. Kemasan
2. Harga
3. Pabrikan
4. dsb
Kemasan, meskipun obat berkualitas baik, tetapi bila kemasan jelek, tidak menarik dan tidak meyakinkan untuk ditawarkan jangan diambil. Karena obat dengan kemasan yang dibawah standar akan sulit kita tawarkan kemasyarakat. Meskipun kita tetap bisa memberikan pengertian tetapi kita akan boros waktu.
Harga, kemasan baik, tetapi harga tak terjangkau juga tidak ada gunanya. Pada saat seperti ini kita harus bisa mengukur berapa kira-kira kemampuan daya beli masarakat. Mengukur kemampuan adalah hal yang sangat sulit, dan dibutuhkan pengalaman tersendiri diluar ilmu kefarmasian. Semakin tepat kemampuan kia dalam memilihkan harga, maka akan semakin senang masyarakat dalam menggunakan jasa kita.
Pabrikan, lebih mudah menawarkan produk obat non promo dari pabrikan besar yang mempunyai nama dari pada pabrikan kecil. Cuman biasanya harga mereka juga sedikit lebih mahal meskipun belum tentu mempunyai kualitas lebih baik.
Dari semua hal diatas, kejujuran adalah hal yang paling penting. Karena kejujuran adalah cerminan dari profesi yang profesional.
Perubahan daya beli adalah salah satu hal yang harus diantisipasi oleh para apoteker diapotek agar apotek dapat bertahan. Daya beli bisa naik atau turun dan keduanya harus mampu diatasi oleh apoteker yang berpraktek profesi di apotek. Bila kita sebagai profesi mampu mengatasi perubahan daya beli maka masyarakat akan diuntungkan dengan kesehatan yang lebih terjaga karena obat terjankau dan tetap produktif, maskipun mengunakan obat non promo. Dan hasil akhirnya apotek menjadi lebih eksis karena masyarakat menjadi lebih puas dan tetap mengunakan jasa kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
betul saya setuju, lebih banyak masyarakat melihat kemasan dulu, walaupun harga obat murah meriah kalau kemasannya didesain semenarik mungkin ya... mereka lebih memilih yang murah dan menarik dibanding yang mahal...
BalasHapustapi tergantung kita juga sih.. bisa menjelaskan kepada pasien atau tidak...