PENYERAGAMAN PERSEPSI TERHADAP NILAI-NILAI PRAKTIS KEFARMASIAN
Salah satu hambatan didalam membangun suatu profesi apoteker adalah keseragaman persepsi terhadap nilai-nilai praktis profesi apoteker. Dan nilai-nilai praktis profesi apoteker yang merupakan kompetensi apoteker masih mempunyai makna yang bias sampai saat ini. Penyebab biasnya adalah karena perbedaan sudut pandang dari peran apoteker di masyarakat.
Sehingga tugas berat dari organisasi profesi (IAI) salah satunya adalah penyeragaman persepsi praktis antar praktisi juga antar seminat. Dan untuk menyelesaikan ini IAI sebagai organisasi profesi harus mempunyai langkah-langkah yang tepat,efektif dan strategis, yang dilakukan secara mendasar, kontinyu dan menyeluruh. Dengan melibatkan semua elemen dalam organisasi. Sehingga nilai-nilai yang dihasilkan nantinya bisa lebih dapat diterima dan mewakili pandangan dari semua elemen organisasi, tanpa meninggalkan kepentingan masyarakat.
Bukan tugas yang ringan dalam penyeragaman persepsi ini. Karena perkembangan profesi apoteker yang sudah terlanjur sangat pesat dan sangat diluar perkiraan kita semua pada awalnya. Sehingga penyeragaman ini akan lebih bisa memberikan harapan yang lebih baik dalam pengembangan profesi yang manusiawi dan menurunkan resiko profesi. Juga akan lebih bisa menurunkan gesekan antar profesi kesehatan karena adanya kepentingan profesi yang bersinggungan.
Langkah awal dalam penyeragaman persepsi adalah dengan merumuskan akar permasalahan dan merumuskan semua permasalahan yang berkembang pada tingkatan berikutnya di dalam praktek profesi. Karena dari perumusan akar permasalahan, jalan keluar baru bisa dipikirkan. Yang selanjutnya adalah pembinaan profesi secara berkesinambungan baik dengan pendidikan berkelanjutan ataupun dengan pelatihan-pelatihan.
Penyeragaman profesi ini bukan untuk menjadikan para apoteker agar mempunyai cara yang sama dalam berpikir dan bertindak, tetapi lebih menjadikan profesi agar lebih bisa berpikir dan bertindak sesuai nilai-nilai profesi. Karena penyeragaman hanya menyeragamkan profesi dalam mengambil keputusan dan tindakan atas dasar-dasar dari nilai-nilai profesi yang profesional. Kita tidak mungkin akan membelenggu profesi sehingga kehilangan profesionalismenya dan kita tidak mungkin membiarkan profesi agar bertindak semaunya sehingga hilanglah nilai-nilai profesional. Dengan demikian penyeragaman terhadap nilai-nilai menjadi sangat penting dan strategis.
Kreatifitas profesi tetap diperlukan dan dibutuhkan dalam membangunsuatu profesi, tetapi tetap harus berpegang pada nilai-nilai yang dapat dipertanggung jawabkan. Janganlah membangun kreatifitas yang meninggalkan nilai-nilai profesionalisme yang justru “mengubur” profesi itu sendiri.
Dengan demikian, nilai-nilai yang berkembang sangat liar seperti saat ini sudah saatnya untuk kita luruskan. Dan membangun nilai-nilai tersebut menjadi sangat penting karena akan menjadi langkah awal dalam penyeragaman persepsi profesi yang merupakan salah satu sarat dalam membangun profesi itu sendiri.
Banyak pendekatan yang dilakukan para sejawat kita dalam usaha membangun profesi apoteker, tetapi masih masih sedikit yang berusaha membangun profesi yang dilatar belakangi oleh praktisi. Yang mana praktisi yang memang hanya menggantungkan hidupnya dari menjalankan profesi. Padahal cukup banyak praktisi seperti itu, tetapi umumnya mereka merasa tidak mempunyai waktu dan tempat untuk membicarakan profesi karena berbagai sebab. Bukan karena tidak mampu, tetapi lebih disebabkan karena para praktisi sering kali justru menjadi sangat asing bagi sebagian sejawat lain.
Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama penyeragaman persepsi dapat terwujud dan apoteker mampu berkembang menjadi dirinya sendiri. Dan semoga masyarakat, bangsa dan negara lebih dapat merasakan peran apoteker yang lebih profesional, yang lebih memihak pada pelayanan yang lebih manusiawi.
Senin, 01 Maret 2010
Rabu, 17 Februari 2010
PRAKTEK PROFESI APOTEKER DI APOTEK SANGAT DINAMIS
PRAKTEK PROFESI APOTEKER DI APOTEK SANGAT DINAMIS
Mungkin tidak semua praktisi diapotek merasakan kedinamisan praktek profesi apoteker di apotek. Hal ini sangat mungkin terjadi karena ada perbedaan manajemen pengelolaan antar apotek. Manajemen pengelolaan yang dilakukan oleh para praktisi.
Kedinamisan ini karena para pengunjung apotek bisa berasal dari segala lapisan dengan tingkat ekonomi dan pendidikan dalam jangkauan yang sangat luas. Dan sering kali pelayanan kefarmasian dianggap masyarakat sebagai pelayanan yang paripurna, meski kenyataannya kita hanya membantu masyarakat dengan pelayanan kefarmasian yang “terbatas”. Tetapi kenyataan ini sangat sulit dihindarkan sehingga sering kali para praktisi di komunitas harus banyak belajar sendiri tentang banyak hal terkait praktik profesinya untuk mengembangkan profesi itu sendiri.
Permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh para apoteker praktisi komunitas sering kali tidak hanya terkait obat dan penyakit, tetapi juga terkait banyak hal seperti ekonomi, budaya, psikologi dan lain-lain. Tidak jarang kita juga “terjebak” dalam hal-hal diluar kompetensi kita. Dan bila hal itu terjadi apoteker harus dapat berlaku bijak dan harus mampu menyikapi dan memberikan informasi dan rujukan yang tepat.
Seperti pada cerita berikut. Pada tahun awal-awal saya mendirikan apotek, ada pelanggan yang bertanya kepada saya tentang obat dan penyakit yang diderita oleh familinya. Karena familinya termasuk keluarga yang kurang mampu dan merasa keberatan bila harus kontrol secara terus menerus. Karena alasan itu, dia minta pertimbangan kepada saya sebagai apoteker yang dianggap serba tahu baik masalah obat dan penyakit. Meskipun secara umum saya selalu memdudukan diri dengan kompetensi saya sebagai apoteker.
Pada saat itu dia bercerita kalau familinya adalah remaja perempuan lulus SMU. Dan seingat saya sudah dibawa dua kali kepada dokter, dokter tersebut ada di luar daerah saya dan sangat terkenal sebagai dokter jiwa di daerah saya, dan persisnya saya kurang tahu dengan pasti. Dia bertanya kepada saya apakah saya punya obat, karena kasihan familinya tidak akan mampu melakukan kontrol ke dokter tersebut pada jangka yang panjang.
Kasus ini adalah kasus pertama saya dalam melakukan praktik profesi di apotek yang terkait masalah kesehatan jiwa, oleh karena itu saya ingat betul. Saat itu saya bertanya “kondisi si sakit bagai mana?”. Pelanggan saya secara umum menceritakan keadaan remaja tersebut hanya diam saja dan tidak pernah mau berkomunikasi dengan siapa saja. Sehingga keluarga merasakan kepanikan dan menganggap si remaja tersebut sakit kejiwaan.
Saat itu saya tidak memberikan obat apa-apa, dan hanya memberikan saran, “coba dulu didekati dengan pelan-pelan untuk diajak komunikasi dan tanya kenapa kok sampai diam saja. Dan usahakan cari orang yang paling dekat dengan remaja tersebut, bisa dari dalam keluarga atau teman si remaja”. Saat itu saya mencoba untuk membantu memberikan informasi terkait hal-hal yang mungkin terjadi secara psikologi. Karena bila hal tersebut terkait psikologi, mungkin obat bukan jalan terbaik.
Hampir satu bulan dari kasus itu, pelanggan saya melaporkan kepada saya bila si remaja ternyata hanya kecewa karena tidak bisa melanjutkan kuliah seperti teman-temannya. Padahal si remaja tersebut termasuk lebih bagus nilai akademisnya dibandingkan teman-temannya yang mampu melanjutkan ke bangku kuliah. Dan kenyataannya dalam hal ini obat tidak diperlukan.
Banyak kasus psikologi yang masuk ke apotek saya. Dan terkadang saya rujuk ke psikolog bila dari keluarga mampu dan berpendidikan. Seperti pada kasus beberapa hari yang lalu, pelanggan saya menceritakan anaknya tidak mau BAB dan terlihat seperti trauma bila akan melakukan BAB. Dan pelanggan saya menceritakan bila sebenarnya juga punya rencana ke psikolog dan ternyata juga sudah mempunyai pilihan untuk psikolognya.
Masalah yang sangat komplek yang terjadi di apotek saya terkadang menjadikan diri saya merasa bertambah bodoh menghadapi kenyataan praktek profesi di apotek. Karena apa yang saya dapat dibangku kuliah ternyata masih harus dikembangkan sesuai dengan tempat kita bekerja. Oleh karena itu terkadang saya bermimpi ada pelatihan-pelatihan yang mengakomodasi kasus-kasus yang berkembang di komunitas. Dan bukan hanya kasus-kasus yang berkembang di rumah sakit.
Permasalahan sosial ternyata juga sangat dominan yang tingkat kesulitannya mungkin tidak kalah dengan permasalahan ilmu kefarmasian itu sendiri. Kasus semacam ini mugkin juga dialami oleh sebagian sejawat kita yag ada di komunitas, oleh karena itu saya selalu berpendapat bila permasalahan di komunitas sangat spesifik. Karena spesifiknya ini, maka pengembangan dunia farmasi komunitas juga harus mendapatkan perhatian yang lebih.
Perhatian lebih inilah yang seharusnya juga dilakukan oleh pemerintah dan oraginsasi profesi (IAI). Bukannya kita para apoteker menginginkan penghargaan yang sebesar-besarnya, tetapi hanya kita menginginkan apresiasi atas peran kita didalam pembangunan kesehatan bangsa. Sehingga dalam pengembangan diri profesi bisa berjalan dengan maksimal. Selama ini untuk kasus-kasus yang tanpa menggunakan alat seperti diatas, kita tidak membebankan tarif kepada masyarakat. Tetapi dampak yang ditimbulkan dari peran para apoteker komunitas seperti diatas adalah sangat berarti bagi masyarakat. Baik bila dilihat dari sisi ekonomi, pendidikan kesehatan, dsb.
Semoga kedepan peran apoteker komunitas bisa lebih mendapatkan perhatian dan apresiasi. Sehingga kita para praktisi komunitas bisa bekerja lebih maksimal demi pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik.
Mungkin tidak semua praktisi diapotek merasakan kedinamisan praktek profesi apoteker di apotek. Hal ini sangat mungkin terjadi karena ada perbedaan manajemen pengelolaan antar apotek. Manajemen pengelolaan yang dilakukan oleh para praktisi.
Kedinamisan ini karena para pengunjung apotek bisa berasal dari segala lapisan dengan tingkat ekonomi dan pendidikan dalam jangkauan yang sangat luas. Dan sering kali pelayanan kefarmasian dianggap masyarakat sebagai pelayanan yang paripurna, meski kenyataannya kita hanya membantu masyarakat dengan pelayanan kefarmasian yang “terbatas”. Tetapi kenyataan ini sangat sulit dihindarkan sehingga sering kali para praktisi di komunitas harus banyak belajar sendiri tentang banyak hal terkait praktik profesinya untuk mengembangkan profesi itu sendiri.
Permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh para apoteker praktisi komunitas sering kali tidak hanya terkait obat dan penyakit, tetapi juga terkait banyak hal seperti ekonomi, budaya, psikologi dan lain-lain. Tidak jarang kita juga “terjebak” dalam hal-hal diluar kompetensi kita. Dan bila hal itu terjadi apoteker harus dapat berlaku bijak dan harus mampu menyikapi dan memberikan informasi dan rujukan yang tepat.
Seperti pada cerita berikut. Pada tahun awal-awal saya mendirikan apotek, ada pelanggan yang bertanya kepada saya tentang obat dan penyakit yang diderita oleh familinya. Karena familinya termasuk keluarga yang kurang mampu dan merasa keberatan bila harus kontrol secara terus menerus. Karena alasan itu, dia minta pertimbangan kepada saya sebagai apoteker yang dianggap serba tahu baik masalah obat dan penyakit. Meskipun secara umum saya selalu memdudukan diri dengan kompetensi saya sebagai apoteker.
Pada saat itu dia bercerita kalau familinya adalah remaja perempuan lulus SMU. Dan seingat saya sudah dibawa dua kali kepada dokter, dokter tersebut ada di luar daerah saya dan sangat terkenal sebagai dokter jiwa di daerah saya, dan persisnya saya kurang tahu dengan pasti. Dia bertanya kepada saya apakah saya punya obat, karena kasihan familinya tidak akan mampu melakukan kontrol ke dokter tersebut pada jangka yang panjang.
Kasus ini adalah kasus pertama saya dalam melakukan praktik profesi di apotek yang terkait masalah kesehatan jiwa, oleh karena itu saya ingat betul. Saat itu saya bertanya “kondisi si sakit bagai mana?”. Pelanggan saya secara umum menceritakan keadaan remaja tersebut hanya diam saja dan tidak pernah mau berkomunikasi dengan siapa saja. Sehingga keluarga merasakan kepanikan dan menganggap si remaja tersebut sakit kejiwaan.
Saat itu saya tidak memberikan obat apa-apa, dan hanya memberikan saran, “coba dulu didekati dengan pelan-pelan untuk diajak komunikasi dan tanya kenapa kok sampai diam saja. Dan usahakan cari orang yang paling dekat dengan remaja tersebut, bisa dari dalam keluarga atau teman si remaja”. Saat itu saya mencoba untuk membantu memberikan informasi terkait hal-hal yang mungkin terjadi secara psikologi. Karena bila hal tersebut terkait psikologi, mungkin obat bukan jalan terbaik.
Hampir satu bulan dari kasus itu, pelanggan saya melaporkan kepada saya bila si remaja ternyata hanya kecewa karena tidak bisa melanjutkan kuliah seperti teman-temannya. Padahal si remaja tersebut termasuk lebih bagus nilai akademisnya dibandingkan teman-temannya yang mampu melanjutkan ke bangku kuliah. Dan kenyataannya dalam hal ini obat tidak diperlukan.
Banyak kasus psikologi yang masuk ke apotek saya. Dan terkadang saya rujuk ke psikolog bila dari keluarga mampu dan berpendidikan. Seperti pada kasus beberapa hari yang lalu, pelanggan saya menceritakan anaknya tidak mau BAB dan terlihat seperti trauma bila akan melakukan BAB. Dan pelanggan saya menceritakan bila sebenarnya juga punya rencana ke psikolog dan ternyata juga sudah mempunyai pilihan untuk psikolognya.
Masalah yang sangat komplek yang terjadi di apotek saya terkadang menjadikan diri saya merasa bertambah bodoh menghadapi kenyataan praktek profesi di apotek. Karena apa yang saya dapat dibangku kuliah ternyata masih harus dikembangkan sesuai dengan tempat kita bekerja. Oleh karena itu terkadang saya bermimpi ada pelatihan-pelatihan yang mengakomodasi kasus-kasus yang berkembang di komunitas. Dan bukan hanya kasus-kasus yang berkembang di rumah sakit.
Permasalahan sosial ternyata juga sangat dominan yang tingkat kesulitannya mungkin tidak kalah dengan permasalahan ilmu kefarmasian itu sendiri. Kasus semacam ini mugkin juga dialami oleh sebagian sejawat kita yag ada di komunitas, oleh karena itu saya selalu berpendapat bila permasalahan di komunitas sangat spesifik. Karena spesifiknya ini, maka pengembangan dunia farmasi komunitas juga harus mendapatkan perhatian yang lebih.
Perhatian lebih inilah yang seharusnya juga dilakukan oleh pemerintah dan oraginsasi profesi (IAI). Bukannya kita para apoteker menginginkan penghargaan yang sebesar-besarnya, tetapi hanya kita menginginkan apresiasi atas peran kita didalam pembangunan kesehatan bangsa. Sehingga dalam pengembangan diri profesi bisa berjalan dengan maksimal. Selama ini untuk kasus-kasus yang tanpa menggunakan alat seperti diatas, kita tidak membebankan tarif kepada masyarakat. Tetapi dampak yang ditimbulkan dari peran para apoteker komunitas seperti diatas adalah sangat berarti bagi masyarakat. Baik bila dilihat dari sisi ekonomi, pendidikan kesehatan, dsb.
Semoga kedepan peran apoteker komunitas bisa lebih mendapatkan perhatian dan apresiasi. Sehingga kita para praktisi komunitas bisa bekerja lebih maksimal demi pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik.
Sabtu, 13 Februari 2010
INDUSTRI FARMASI HARUS MENYIAPKAN DIRI
INDUSTRI FARMASI HARUS MENYIAPKAN DIRI
Penerapan TATAP yang benar adalah sangat menguntungkan semua pihak, terutama masyarakat dan pemerintah. Dan penerapan TATAP tentu saja juga akan menyulitkan terutama kepada para pelaku, yang mana itu adalah para apoteker. Karena praktik kefarmasian yang didalamnya termasuk pekerjaan kefarmasian menjadi tanggung jawab apoteker secara langsung. Sehingga apoeker juga harus melakukan persiapan untuk pemberlakuan TATAP.
Bila sebelum pemberlakuan TATAP, bisa dikatakan hampir semua resiko layanan diterimakan kepada tenaga teknis kefarmasian. Dan pada penerapan TATAP resiko layanan sebagian besar akan pindah kepada apoteker, secara resiko tenaga teknis akan sangat diuntungkan dengan pemberlakuan TATAP. Persiapan yang dilakukan oleh apoteker dengan pemberlakuan TATAP adalah menghitung ulang nilai-nilai praktik kefarmasian dengan menyusun SPO (standar prosedur operasional).
Karena dengan SPO semua resiko layanan menjadi lebih bisa diminimalkan baik bagi pelaku layanan atau penerima jasa layanan. Selanjutnya SPO akan semakin bisa memberikan dampak yang baik bagi semua pihak karena kebutuhan layanan menjadi lebih mudah untuk dihitung atau diperhitungkan. Termasuk kepada industri obat, baik PMDN ataupun PMA. Termasuk produknya, baik obat paten, bermerek ataupun generik.
Untuk itu semua industri obat sebaiknya juga mengadaptasikan mulai sekarang dan ikut membantu pelaksanaan program TATAP. Yang pertama agar dampaknya pada penjualan mulai dari distribusi sampai pada penggunaan produknya akan menjadi lebih baik. Kedua hal positif ini justru bisa memaksimalkan laba perusahaan karena lebih terukur, sehingga persiapan juga harus dilakukan sedini mungkin agar usaha efisiensi menjadi lebih mudah. Persiapan oleh industri obat bisa jadi akan melibatkan para praktisi yang terhimpun dalam HISFARMA (sekarang menjadi HAPKI, Himpunan Apoteker Praktisi Komunitas Indonesia). Bukan karena anggota HAPKI ingin menggurui, tetapi angota HAPKI bisa menjadi salah satu sumber data bagi perkembangan industri farmasi termasuk industri obat. Dengan demikian anggota HAPKI bisa membantu dengan memberikan data bila ada industri yang menginginkan data dari anggota HAPKI.
Bila saat ini penjualan obat umumnya hanya dibagi menjadi 3, yaitu: bebas (38%), resep (22%) dan dispensing (40%). Kedepannya obat bisa dibagi menjadi beberapa al :
1. berdasarkan rekomendasi penggunaannya, swamedikasi dan atas dasar rekomendasi tenaga kesehatan.
2. berdasarkan golongannya, bebas, bebas terbatas dan obat keras.
3. berdasarkan segmentasi harganya, segmen bawah, menengah dan atas
4. berdasarkan kelompoknya, generik, bermerek dan paten.
5. berdasarkan kelas terapinya.
6. berdasarkan bentuk sediaannya
7. dsb.
Dengan pengelompokan diatas, maka industri juga harus menyiapkan strategi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dan mempersiapkan sedini mungkin agar tidak terjadi banyak “kejutan” dan akan lebih mampu mempersiapkan diri untuk mengopimalkan laba karena target market menjadi lebih terukur.
Salah satu hal yang patut menjadi perhatian utama sebagai dampak dari penerap TATAP adalah penggunaan obat yang menjadi lebih rasional. Baik rasional dalam penggunaan, harga, komposisi, dosis, dsb. Dengan penggunaan obat yang cenderung menjadi lebih rasional tentu dampak terhadap penjualan obat bisa tejadi. Hal yang terjadi bisa jadi tidak hanya penggunaan obat yang biasanya lebih sering digunakan tidak rasional menjadi tidak laku, tetapi lebih dari itu. Bisa jadi dampaknya menjadi suatu geseran akibat penggunaan obat, atau bisa jadi terjadi peningkatan penggunaan obat semisal obat degeneratif karena tingkat pendidikan masyarakat yang meningkat. Oleh karena itu industri yang lebih menyiapkan diri akan menjadi lebih berhasil.
Seperti kita tahu, dampak yang komplek ini akan menjadi PR bagi kita bersama, kita apoteker praktisi komunitas dan kita industri farmasi juga kita pemerintah dan juga kita semua yang terkait dalam praktik kefarmasian. Semisal kasus akan adanya pergeseran penggunaan obat, yang mana bila penyakit seperti hipertensi yang ditangani dengan baik, maka dampaknya bisa menjadikan kasus resiko terkena stroke akan turun. Disini bukan berarti industri permintaan obat akan turun, tetapi bisa jadi akan naik karena kepatuhan pasien dalam menggunakan obat dengan benar akan naik dan harapan hidup juga akan naik. Bila harapan hidup naik, maka jumlah pemakaian obat juga akan naik.
Bila kita benar-benar mempersiapkan ini, maka akan ada saling ketergantungan antara industri farmasi dan apoteker praktisi komunitas dalam menyiapkan semua akibat dampak penerapan TATAP. Kita harus mempersiapkan ini semua dan kerja sama adalah solusi yang paling tepat. Sebenarnya bukan hanya dampak dari penerapan TATAP ini saja yang mengharuskan industi obat dan apoteker bekerja sama, tetapi pada banyak hal termasuk dampak penerapan asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan yang diberlakukan kepada seluruh rakyat secara nasional.
Seperti juga pada penerapan jaminan kesehatan ini, bila industri obat tidak bisa melakukan antisipasi secara tepat dan cermat bisa jadi akan mengalami kesulian kedepannya. Banyak model yang mungkin kita cermati akibat dampak dari jaminan kesehatan dan semua itu seharusnya dihitung dengan banyak pihak termasuk dengan apoteker praktisi komunitas. Karena pada para praktisi komunitas banyak data yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Semoga industri farmasi bisa menyiapkan diri dengan baik yang dikarenakan perkembangan dunia kesehatan yang dinamis, dan semoga industri farmasi juga menyadari betapa pentingnya arti dari suatu kehidupan.
Penerapan TATAP yang benar adalah sangat menguntungkan semua pihak, terutama masyarakat dan pemerintah. Dan penerapan TATAP tentu saja juga akan menyulitkan terutama kepada para pelaku, yang mana itu adalah para apoteker. Karena praktik kefarmasian yang didalamnya termasuk pekerjaan kefarmasian menjadi tanggung jawab apoteker secara langsung. Sehingga apoeker juga harus melakukan persiapan untuk pemberlakuan TATAP.
Bila sebelum pemberlakuan TATAP, bisa dikatakan hampir semua resiko layanan diterimakan kepada tenaga teknis kefarmasian. Dan pada penerapan TATAP resiko layanan sebagian besar akan pindah kepada apoteker, secara resiko tenaga teknis akan sangat diuntungkan dengan pemberlakuan TATAP. Persiapan yang dilakukan oleh apoteker dengan pemberlakuan TATAP adalah menghitung ulang nilai-nilai praktik kefarmasian dengan menyusun SPO (standar prosedur operasional).
Karena dengan SPO semua resiko layanan menjadi lebih bisa diminimalkan baik bagi pelaku layanan atau penerima jasa layanan. Selanjutnya SPO akan semakin bisa memberikan dampak yang baik bagi semua pihak karena kebutuhan layanan menjadi lebih mudah untuk dihitung atau diperhitungkan. Termasuk kepada industri obat, baik PMDN ataupun PMA. Termasuk produknya, baik obat paten, bermerek ataupun generik.
Untuk itu semua industri obat sebaiknya juga mengadaptasikan mulai sekarang dan ikut membantu pelaksanaan program TATAP. Yang pertama agar dampaknya pada penjualan mulai dari distribusi sampai pada penggunaan produknya akan menjadi lebih baik. Kedua hal positif ini justru bisa memaksimalkan laba perusahaan karena lebih terukur, sehingga persiapan juga harus dilakukan sedini mungkin agar usaha efisiensi menjadi lebih mudah. Persiapan oleh industri obat bisa jadi akan melibatkan para praktisi yang terhimpun dalam HISFARMA (sekarang menjadi HAPKI, Himpunan Apoteker Praktisi Komunitas Indonesia). Bukan karena anggota HAPKI ingin menggurui, tetapi angota HAPKI bisa menjadi salah satu sumber data bagi perkembangan industri farmasi termasuk industri obat. Dengan demikian anggota HAPKI bisa membantu dengan memberikan data bila ada industri yang menginginkan data dari anggota HAPKI.
Bila saat ini penjualan obat umumnya hanya dibagi menjadi 3, yaitu: bebas (38%), resep (22%) dan dispensing (40%). Kedepannya obat bisa dibagi menjadi beberapa al :
1. berdasarkan rekomendasi penggunaannya, swamedikasi dan atas dasar rekomendasi tenaga kesehatan.
2. berdasarkan golongannya, bebas, bebas terbatas dan obat keras.
3. berdasarkan segmentasi harganya, segmen bawah, menengah dan atas
4. berdasarkan kelompoknya, generik, bermerek dan paten.
5. berdasarkan kelas terapinya.
6. berdasarkan bentuk sediaannya
7. dsb.
Dengan pengelompokan diatas, maka industri juga harus menyiapkan strategi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dan mempersiapkan sedini mungkin agar tidak terjadi banyak “kejutan” dan akan lebih mampu mempersiapkan diri untuk mengopimalkan laba karena target market menjadi lebih terukur.
Salah satu hal yang patut menjadi perhatian utama sebagai dampak dari penerap TATAP adalah penggunaan obat yang menjadi lebih rasional. Baik rasional dalam penggunaan, harga, komposisi, dosis, dsb. Dengan penggunaan obat yang cenderung menjadi lebih rasional tentu dampak terhadap penjualan obat bisa tejadi. Hal yang terjadi bisa jadi tidak hanya penggunaan obat yang biasanya lebih sering digunakan tidak rasional menjadi tidak laku, tetapi lebih dari itu. Bisa jadi dampaknya menjadi suatu geseran akibat penggunaan obat, atau bisa jadi terjadi peningkatan penggunaan obat semisal obat degeneratif karena tingkat pendidikan masyarakat yang meningkat. Oleh karena itu industri yang lebih menyiapkan diri akan menjadi lebih berhasil.
Seperti kita tahu, dampak yang komplek ini akan menjadi PR bagi kita bersama, kita apoteker praktisi komunitas dan kita industri farmasi juga kita pemerintah dan juga kita semua yang terkait dalam praktik kefarmasian. Semisal kasus akan adanya pergeseran penggunaan obat, yang mana bila penyakit seperti hipertensi yang ditangani dengan baik, maka dampaknya bisa menjadikan kasus resiko terkena stroke akan turun. Disini bukan berarti industri permintaan obat akan turun, tetapi bisa jadi akan naik karena kepatuhan pasien dalam menggunakan obat dengan benar akan naik dan harapan hidup juga akan naik. Bila harapan hidup naik, maka jumlah pemakaian obat juga akan naik.
Bila kita benar-benar mempersiapkan ini, maka akan ada saling ketergantungan antara industri farmasi dan apoteker praktisi komunitas dalam menyiapkan semua akibat dampak penerapan TATAP. Kita harus mempersiapkan ini semua dan kerja sama adalah solusi yang paling tepat. Sebenarnya bukan hanya dampak dari penerapan TATAP ini saja yang mengharuskan industi obat dan apoteker bekerja sama, tetapi pada banyak hal termasuk dampak penerapan asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan yang diberlakukan kepada seluruh rakyat secara nasional.
Seperti juga pada penerapan jaminan kesehatan ini, bila industri obat tidak bisa melakukan antisipasi secara tepat dan cermat bisa jadi akan mengalami kesulian kedepannya. Banyak model yang mungkin kita cermati akibat dampak dari jaminan kesehatan dan semua itu seharusnya dihitung dengan banyak pihak termasuk dengan apoteker praktisi komunitas. Karena pada para praktisi komunitas banyak data yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Semoga industri farmasi bisa menyiapkan diri dengan baik yang dikarenakan perkembangan dunia kesehatan yang dinamis, dan semoga industri farmasi juga menyadari betapa pentingnya arti dari suatu kehidupan.
Kamis, 11 Februari 2010
PENGALAMAN PERTAMA NAIK PESAWAT TERBANG
PENGALAMAN PERTAMA NAIK PESAWAT TERBANG
Waktu mendapatkan undangan pelantikan Pengurus Pusat dan Majelis Pembina Etik Apoteke Pusat Ikatan Apoteer Indonesia, sebenarnya saya inginnya berangkat naik kereta api. Tetapi sejawat bangkalan bilang kalau lebih enakan naik pesawat, padahal menurut pendapat saya lebih enakan berangkat naik kerata. Karena pertimbangan lebih menghemat waktu saya akhinya putuskan naik pesawat dan beli tiket PP didepan rumah.
Doa saya yang pertama adalah bertemu teman saat naik pesawat, dan doa saya terkabul. Maklum orang udik yang hampir tidak pernah kemana-mana, tiba-tiba harus naik pesawat bisa jadi menjadi masalah tersendiri buat saya. Kebetulan saya betemu Prof Siswandono dan Pak Totok yang baru saja cek in. girang hati saya, wow dalam hati, melonjak riang didalam hati seperti anak kecil. Kita ngobrol sebentar trus Pak Totok bilang kesaya, “dik minta tempat duduk jejer kita saja”. Hal yang sebelumnya tidak saya pikirkan sebelumnya dan ternyata banyak kemudahan didalam keberangkatan saya ke Jakarta.
Ada beberapa hal yang saya obrolkan dengan prof Sis, yang pertama adalah cara berpikir analitik yang saya gunakan didalam blog saya. Yang mana cara ini terinspirasi dari tugas yang diberikan oleh Pak Noor Ifansyah saat mata kuliah fitofarmaka. Saya ingat benar bila aku adalah salah satu yang jawabannya diapresiasi baik. Saat itu kita diberi tugas mengapresiasi berita dari media tentang ditemukannya aflatoksin dalam jamu. Saat itu saya senang sekali karena jawaban saya diterima, saya lebih bangga bila jawaban saya dianggap benar dari pada nilai yang diberikan, dan sepanjang hidup saya bisa dikataan saya sekolah bukan untuk mencari atau mementingkan nilai, tetapi saya lebih suka mencari atau mementingkan nilai-nilai dari suatu ilmu pengetahuan.
Pak Noor Ifansyah bisa dikatakan adalah yang mengnspirasi cara berpikr saya dalam menulis blog ini, karena telah memberikan tugas waktu itu. Dan yang menjadi penting disini adalah cara berpikir yang beliau ajarkan dalam berpikir analitik dan sering saya gunakan dalam mengahdapi banyak permasalahan. Pak Noor Ifansyah juga menjadi dosen penguji saat ujian pendadaran apoteker bersama Prof Syamsiah (waktu menguji saya belum profesor) dan penguji saya yang ketiga adalah Prof Sis (waktu itu menjadi dosen penguji yang termuda dan belum profesor. Saya sangat patut sekali bersukur dan berterima kasih kepada Pak Noor Ifansyah yang telah mengajari cara berpikir mengunakan nilai-nilai yang sampai sekarang saya gunakan, terutama dalam menulis blog ini.
Dari ketiga dosen penguji pendadaran waktu itu, yang paling saya takuti adalah Prof Sis, bukan karena yang paling jago atau yang paling pintar, tetapi karena yang paling muda dan belum doktor waktu itu. Setiap kali ada ujian diskusi sangat jarang saya gagal bukan karena pintar, tetapi karena saya lebih bisa membaca psikologi dosennya sehingga saya menjadi lebih mudah didalam mengatasi diskusi secara psikologi. Menghadapi dosen senior dalam pendadaran tidak sulit, karena dosen senior biasanya lebih mengutamakan cara berpikir rasional dan profesional ketimbang cara berpikir yang menghafal. Sehingga pertanyaannyapun biasanya lebih mudah buat saya karena mengalir dan mengajak berpikir. Dan ketakutan saya terbukti, karena dosen yang masih muda lebih sering menanyakan hal yang sifatnya lebih menhapal, belum mengarah pada ilmu sebagi filsafat atau semacam itu.
Pertanyaan yang mengajak berpikir biasanya kita tidak diberi pertanyaan yang harus dijawab 100% benar, tetapi bagaiman kita bisa mengabil keputusan untuk menjawab secara rasional dan analitik. Dan sekarang saya bisa mengingat jasa orang-orang yang telah membentuk saya, dan banyak orang yang membetuk saya dan semuanya berjasa kepada saya.
Kembali kepada obrolan dengan Prof Sis yang sekarang jauh berbeda dengan saat menguji saya waktu pendadaran. Sekarang prof Sis lebih bisa menjadi seorang inspirator bagi saya bahkan mungkin melebihi dari senior-seniornya. Obrolan akhirnya masuk pada ranah keahlian Prof Sis, yang mana terkait kimia medisinal. Hal yang sangat menarik saya adalah saat ini uji aktifitas obat tardisional bisa dilakukan hanya dengan perhitungan kimia medisinal asal rumus strukturnya diketahui. Hal yang baru buat saya, karena saat kuliah dulu ini setahu saya belum pernah diajarkan.
Bagaimanapun saya sangat terkesan dengan pengalaman saya naik pesawat terbang pertama saya. Banyak ilmu yang bisa saya dapatkan dan inspirasi yang sangat hebat bagi hidup saya. Hal yang luar biasa bila bahan obat bisa dihitung mulai dari penyerapan sampai aktifitasnya, asal rumus strukturnya diketahui. Mungkin saja kedepan uji aktiftas tanaman obat in vitro dan in vivo akan semakin berkurang, karena sebagian akan digantikan dengan perhitungan kimia medisinal. Bila dulu yang dijadiakan alasan penelitian obat tradisional adalah penggunaan empiris, kedepan mungkin bisa saja gugus-gugus tertentu dalam molekul menjadi pertimbangan awal dari suatu penelitian obat tradisional.
Karena kaitan gugus-gugus tertentu itulah yang berperan didalam kaitannya dengan reseptor. Suatu keberuntungan bertemu seorang pakar. Dunia menjadi lebih terbuka. Hidup menjadi lebih indah. Nilai-nilai adalah suatu kebutuhan. Sedemikian jauh perkembangan ilmu kefarmasian. Sepertinya kedepan kita tidak mungkin meninggalkan nilai-nilai yang semakin rasional, yang semakin murah karena lebih mudah dan lebih bisa diperhitungkan sebelum dilakukan uji yang sebenarnya. Bisa dibayangkan betapa sangat mahal harga penelitian obat sebelum ditemukannya kimia medisinal. Kimia medisinal menurut saya bisa menjadi salah satu inspirasi kemajuan sains kefarmasian kedepan.
Dan inspirasi yang lebih aku rasakan dari prof Sis pribadi adalah nilai-nilai kehidupan. Kimia medisinal sangat menginspirasi, tetapi nilai-nilai dari Prof Sis juga sangat memberi aku inspirasi. Nilai-nilai terkait pekerjaan, belajar, mendidik anak, berjuang dsb. Inspirasi ini bisa lebih memberikan warna dan corak dan semakin memberi nilai-nilai.
Kedepan, pengembangan obat tradisional bisa jadi tidak akan lepas dari kimia medisinal. Dan kemungkinan-kemungkinan lain adalah sangat dimungkinkan penemuan obat baru dari Indonesia bila ada banyak profesor-profesor seperti Prof Sis. Karena kita mempunyai banyak bahan kimia alam yang sangat mungkin untuk dikembangkan menjadi bahan obat. Suatu hal yang luar biasa dari kimia medisinal. Mungkin penentuan pelarut dalam ekstraksi tanaman obat bisa ditentukan secara kimia medisinal. Mugkin juga empiris obat tradisional kedepan akan banyak yang dipatahkan oleh kimia medisinal. Isolasi tanaman obat mungkin juga tidak lepas dari teori-teori kimia medisinal. Obat tradisional kedepannya bisa jadi tidak akan tradisional lagi bila mendapat sentuhan kimia medisinal.
Mungkin pemerintah dalam mengembangkan obat tradisional atau perusahaan jamu dalam mengembangkan obat tradisional membutuhkan teori-teori itu kedepannya. Bila menginginkan hasil yang masimal dan harga lebih murah. Dunia molekuler semakin terbuka. Semoga sukses buat Prof Sis, terima kasih ilmu yang telah dibagikan dalam pesawat pertama dalam hidup aku. Semoga jalan hidup aku juga semakin pesat seperti laju pesawat pertamaku.
Inspirasi menuju bangsa yang lebih maju, lebih efisien. Dan semoga bangsa kita memiliki banyak ahli seperti Prof Sis. Yang siap bekerja demi kemajuan kemanusiaan.
Waktu mendapatkan undangan pelantikan Pengurus Pusat dan Majelis Pembina Etik Apoteke Pusat Ikatan Apoteer Indonesia, sebenarnya saya inginnya berangkat naik kereta api. Tetapi sejawat bangkalan bilang kalau lebih enakan naik pesawat, padahal menurut pendapat saya lebih enakan berangkat naik kerata. Karena pertimbangan lebih menghemat waktu saya akhinya putuskan naik pesawat dan beli tiket PP didepan rumah.
Doa saya yang pertama adalah bertemu teman saat naik pesawat, dan doa saya terkabul. Maklum orang udik yang hampir tidak pernah kemana-mana, tiba-tiba harus naik pesawat bisa jadi menjadi masalah tersendiri buat saya. Kebetulan saya betemu Prof Siswandono dan Pak Totok yang baru saja cek in. girang hati saya, wow dalam hati, melonjak riang didalam hati seperti anak kecil. Kita ngobrol sebentar trus Pak Totok bilang kesaya, “dik minta tempat duduk jejer kita saja”. Hal yang sebelumnya tidak saya pikirkan sebelumnya dan ternyata banyak kemudahan didalam keberangkatan saya ke Jakarta.
Ada beberapa hal yang saya obrolkan dengan prof Sis, yang pertama adalah cara berpikir analitik yang saya gunakan didalam blog saya. Yang mana cara ini terinspirasi dari tugas yang diberikan oleh Pak Noor Ifansyah saat mata kuliah fitofarmaka. Saya ingat benar bila aku adalah salah satu yang jawabannya diapresiasi baik. Saat itu kita diberi tugas mengapresiasi berita dari media tentang ditemukannya aflatoksin dalam jamu. Saat itu saya senang sekali karena jawaban saya diterima, saya lebih bangga bila jawaban saya dianggap benar dari pada nilai yang diberikan, dan sepanjang hidup saya bisa dikataan saya sekolah bukan untuk mencari atau mementingkan nilai, tetapi saya lebih suka mencari atau mementingkan nilai-nilai dari suatu ilmu pengetahuan.
Pak Noor Ifansyah bisa dikatakan adalah yang mengnspirasi cara berpikr saya dalam menulis blog ini, karena telah memberikan tugas waktu itu. Dan yang menjadi penting disini adalah cara berpikir yang beliau ajarkan dalam berpikir analitik dan sering saya gunakan dalam mengahdapi banyak permasalahan. Pak Noor Ifansyah juga menjadi dosen penguji saat ujian pendadaran apoteker bersama Prof Syamsiah (waktu menguji saya belum profesor) dan penguji saya yang ketiga adalah Prof Sis (waktu itu menjadi dosen penguji yang termuda dan belum profesor. Saya sangat patut sekali bersukur dan berterima kasih kepada Pak Noor Ifansyah yang telah mengajari cara berpikir mengunakan nilai-nilai yang sampai sekarang saya gunakan, terutama dalam menulis blog ini.
Dari ketiga dosen penguji pendadaran waktu itu, yang paling saya takuti adalah Prof Sis, bukan karena yang paling jago atau yang paling pintar, tetapi karena yang paling muda dan belum doktor waktu itu. Setiap kali ada ujian diskusi sangat jarang saya gagal bukan karena pintar, tetapi karena saya lebih bisa membaca psikologi dosennya sehingga saya menjadi lebih mudah didalam mengatasi diskusi secara psikologi. Menghadapi dosen senior dalam pendadaran tidak sulit, karena dosen senior biasanya lebih mengutamakan cara berpikir rasional dan profesional ketimbang cara berpikir yang menghafal. Sehingga pertanyaannyapun biasanya lebih mudah buat saya karena mengalir dan mengajak berpikir. Dan ketakutan saya terbukti, karena dosen yang masih muda lebih sering menanyakan hal yang sifatnya lebih menhapal, belum mengarah pada ilmu sebagi filsafat atau semacam itu.
Pertanyaan yang mengajak berpikir biasanya kita tidak diberi pertanyaan yang harus dijawab 100% benar, tetapi bagaiman kita bisa mengabil keputusan untuk menjawab secara rasional dan analitik. Dan sekarang saya bisa mengingat jasa orang-orang yang telah membentuk saya, dan banyak orang yang membetuk saya dan semuanya berjasa kepada saya.
Kembali kepada obrolan dengan Prof Sis yang sekarang jauh berbeda dengan saat menguji saya waktu pendadaran. Sekarang prof Sis lebih bisa menjadi seorang inspirator bagi saya bahkan mungkin melebihi dari senior-seniornya. Obrolan akhirnya masuk pada ranah keahlian Prof Sis, yang mana terkait kimia medisinal. Hal yang sangat menarik saya adalah saat ini uji aktifitas obat tardisional bisa dilakukan hanya dengan perhitungan kimia medisinal asal rumus strukturnya diketahui. Hal yang baru buat saya, karena saat kuliah dulu ini setahu saya belum pernah diajarkan.
Bagaimanapun saya sangat terkesan dengan pengalaman saya naik pesawat terbang pertama saya. Banyak ilmu yang bisa saya dapatkan dan inspirasi yang sangat hebat bagi hidup saya. Hal yang luar biasa bila bahan obat bisa dihitung mulai dari penyerapan sampai aktifitasnya, asal rumus strukturnya diketahui. Mungkin saja kedepan uji aktiftas tanaman obat in vitro dan in vivo akan semakin berkurang, karena sebagian akan digantikan dengan perhitungan kimia medisinal. Bila dulu yang dijadiakan alasan penelitian obat tradisional adalah penggunaan empiris, kedepan mungkin bisa saja gugus-gugus tertentu dalam molekul menjadi pertimbangan awal dari suatu penelitian obat tradisional.
Karena kaitan gugus-gugus tertentu itulah yang berperan didalam kaitannya dengan reseptor. Suatu keberuntungan bertemu seorang pakar. Dunia menjadi lebih terbuka. Hidup menjadi lebih indah. Nilai-nilai adalah suatu kebutuhan. Sedemikian jauh perkembangan ilmu kefarmasian. Sepertinya kedepan kita tidak mungkin meninggalkan nilai-nilai yang semakin rasional, yang semakin murah karena lebih mudah dan lebih bisa diperhitungkan sebelum dilakukan uji yang sebenarnya. Bisa dibayangkan betapa sangat mahal harga penelitian obat sebelum ditemukannya kimia medisinal. Kimia medisinal menurut saya bisa menjadi salah satu inspirasi kemajuan sains kefarmasian kedepan.
Dan inspirasi yang lebih aku rasakan dari prof Sis pribadi adalah nilai-nilai kehidupan. Kimia medisinal sangat menginspirasi, tetapi nilai-nilai dari Prof Sis juga sangat memberi aku inspirasi. Nilai-nilai terkait pekerjaan, belajar, mendidik anak, berjuang dsb. Inspirasi ini bisa lebih memberikan warna dan corak dan semakin memberi nilai-nilai.
Kedepan, pengembangan obat tradisional bisa jadi tidak akan lepas dari kimia medisinal. Dan kemungkinan-kemungkinan lain adalah sangat dimungkinkan penemuan obat baru dari Indonesia bila ada banyak profesor-profesor seperti Prof Sis. Karena kita mempunyai banyak bahan kimia alam yang sangat mungkin untuk dikembangkan menjadi bahan obat. Suatu hal yang luar biasa dari kimia medisinal. Mungkin penentuan pelarut dalam ekstraksi tanaman obat bisa ditentukan secara kimia medisinal. Mugkin juga empiris obat tradisional kedepan akan banyak yang dipatahkan oleh kimia medisinal. Isolasi tanaman obat mungkin juga tidak lepas dari teori-teori kimia medisinal. Obat tradisional kedepannya bisa jadi tidak akan tradisional lagi bila mendapat sentuhan kimia medisinal.
Mungkin pemerintah dalam mengembangkan obat tradisional atau perusahaan jamu dalam mengembangkan obat tradisional membutuhkan teori-teori itu kedepannya. Bila menginginkan hasil yang masimal dan harga lebih murah. Dunia molekuler semakin terbuka. Semoga sukses buat Prof Sis, terima kasih ilmu yang telah dibagikan dalam pesawat pertama dalam hidup aku. Semoga jalan hidup aku juga semakin pesat seperti laju pesawat pertamaku.
Inspirasi menuju bangsa yang lebih maju, lebih efisien. Dan semoga bangsa kita memiliki banyak ahli seperti Prof Sis. Yang siap bekerja demi kemajuan kemanusiaan.
Sabtu, 30 Januari 2010
SURVEI YLKI BANYAK DOKTER TAK TAWARKAN OBAT GENERIK
SURVEI YLKI BANYAK DOKTER TAK TAWARKAN OBAT GENERIK
Obat generik seharusnya menjadi obat pilihan utama, oleh masyarakat, karena obat generik adalah obat berkualitas dan berharga murah karena tidak ada promosi. Tetapi kenyataan dilapangan sampai saat ini belum menjadi hal yang disarankan bila kita merujuk pada situs ini
http://news.okezone.com/read/2010/01/29/337/298834/337/survei-ylki-banyak-dokter-tak-tawarkan-generik
http://news.okezone.com/read/2010/01/29/337/298864/337/pakai-obat-non-generik-dokter-tak-bisa-ditindak
pada saat awal diluncurkan obat generik adalah untuk meningkatkan kualitas obat yang beredar di Indonesia dengan penerapan CPOB di industri obat generik. Dan selanjutnya penerapan CPOB diikuti oleh banyak industri obat. Tetapi sampai sekarang obat generik bukan menjadi pilihan utama dalam pelayanan kesehatan karena obat generik tidak bisa bisa memberikan dampak pada jasa profesi. Dan bahkan pada beberapa kelompok masyarakat obat generik justru dianggap terlalu murah dan dianggap tidak memberikan sugesti yang baik.
Ada dual hal yang harus dicermati dan dibuat kebijakan yang mendukun, pertama generik belum bisa memberikan jasa akibat pemakaian obat yang memadai. Yang kedua generik belum bisa memberikan sugesti yang baik pada sekelompok orang. Bila pemerintah mampu menyelesaikan pada kedua hal ini, saya rasa generik akan semakin dihati dan akan semakin memberikan sugesti yang baik. Toh kita tidak menggunakan merk atau bungkus didalam menjalankan profesi, tetapi kita menggunakan obat sebagai alat didalam menjalankan profesi.
Seperti kita ketahui, apoteker dan dokter adalah tenaga kesehatan yang paling dominan dalam menggunaka obat sebagai alat dalam menjalankan profesi. Apoteker bukan penjual obat dan dokter juga bukan penjual obat, tetapi dala menjalankan praktek profesinya, keduanya selalu mengikutkan jasa dari pemakaian obat itu yang umumnya dihitung dari prosentasi harga. Semisal obat generik harga Rp1.000;- dengan jasa 20% akan ketemu Rp200;- doang jasa sertaan dari obat. Bila konsultasi bejalan 30menit saja bisa dibayangkan berapa kerugian yang harus ditanggung. Beda denag bila kita menggunakan obat paten yang harganya sampai Rp30.000;- kita ambil jasa sertaan dari obat 10% saja bisa mendapatkan Rp3.000;-. Oleh karena itu semakin mahal harga obat semakin besar jasa sertaan dari obat ini.
Mungkin sudah waktunya kita menerapkan jasa yang besarnya dihitung dari tingkat pelayanan dan bukannya dari prosentase harga obat. Sehingga obat dengan haga berapapun juga besarnya jasa adalah sama. Bila hal ini dilakukan mungkin pengunaan obat akan semakin rasional dan obat generik akan semakin menjadi raja dinegeri ini.
Yang mungkin menjadi pertanyaan dari kita semua adalah mungkinkah? Dan bagaimana hal ini akan diberlakukan? Semua serba mungkin bila kita benar-benar menghitung dengan seksama. Dan kita bisa mengaplikasikan dilapangan dengan tepat. Tetapi apakah pemerintah siap? Bila pemerintah siap dengan kebijakan kebijakan yang benar membela rakyat yang bukan hanya hiasan bibir saja, saya yakin semua ini akan bisa berjalan dengan baik, dan masyarakat sebagai penguna jasa akan sangat diuntungkan.
Penghitungan jasa yang didasarkan pada tingkat layanan akan menjadi solusi terbaik didalam mengatasi mahalnya harga obat. Saat ini banyak pelayanan yang kurang mendidik dan hanya menanamkan sugesti untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya dari masyarakat. Dan kebodohan masyarakat justru menjadi “tambang emas” bagi sebagian penyedia layanan kesehatan. Semakin bodoh masyarakat dan semakin bisa dibodohi, maka semakin gampang penyedia jasa layanan menjadikan masyarakat sebagai “tambang emas”.
Untuk mengatasi sugesti masyarakat, hal yang bisa saya sarankan adalah meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat. Dan menjadikan semua sarana kesehatan termasuk apotek sebagai tempat praktek profesi apoteker dan dokter praktek menjadi sarana yang berfungsi meningkatkan tingkat pendidikan kesehatan.
Semoga bangsa kita kedepan menjadi bangsa yang cerdas
Obat generik seharusnya menjadi obat pilihan utama, oleh masyarakat, karena obat generik adalah obat berkualitas dan berharga murah karena tidak ada promosi. Tetapi kenyataan dilapangan sampai saat ini belum menjadi hal yang disarankan bila kita merujuk pada situs ini
http://news.okezone.com/read/2010/01/29/337/298834/337/survei-ylki-banyak-dokter-tak-tawarkan-generik
http://news.okezone.com/read/2010/01/29/337/298864/337/pakai-obat-non-generik-dokter-tak-bisa-ditindak
pada saat awal diluncurkan obat generik adalah untuk meningkatkan kualitas obat yang beredar di Indonesia dengan penerapan CPOB di industri obat generik. Dan selanjutnya penerapan CPOB diikuti oleh banyak industri obat. Tetapi sampai sekarang obat generik bukan menjadi pilihan utama dalam pelayanan kesehatan karena obat generik tidak bisa bisa memberikan dampak pada jasa profesi. Dan bahkan pada beberapa kelompok masyarakat obat generik justru dianggap terlalu murah dan dianggap tidak memberikan sugesti yang baik.
Ada dual hal yang harus dicermati dan dibuat kebijakan yang mendukun, pertama generik belum bisa memberikan jasa akibat pemakaian obat yang memadai. Yang kedua generik belum bisa memberikan sugesti yang baik pada sekelompok orang. Bila pemerintah mampu menyelesaikan pada kedua hal ini, saya rasa generik akan semakin dihati dan akan semakin memberikan sugesti yang baik. Toh kita tidak menggunakan merk atau bungkus didalam menjalankan profesi, tetapi kita menggunakan obat sebagai alat didalam menjalankan profesi.
Seperti kita ketahui, apoteker dan dokter adalah tenaga kesehatan yang paling dominan dalam menggunaka obat sebagai alat dalam menjalankan profesi. Apoteker bukan penjual obat dan dokter juga bukan penjual obat, tetapi dala menjalankan praktek profesinya, keduanya selalu mengikutkan jasa dari pemakaian obat itu yang umumnya dihitung dari prosentasi harga. Semisal obat generik harga Rp1.000;- dengan jasa 20% akan ketemu Rp200;- doang jasa sertaan dari obat. Bila konsultasi bejalan 30menit saja bisa dibayangkan berapa kerugian yang harus ditanggung. Beda denag bila kita menggunakan obat paten yang harganya sampai Rp30.000;- kita ambil jasa sertaan dari obat 10% saja bisa mendapatkan Rp3.000;-. Oleh karena itu semakin mahal harga obat semakin besar jasa sertaan dari obat ini.
Mungkin sudah waktunya kita menerapkan jasa yang besarnya dihitung dari tingkat pelayanan dan bukannya dari prosentase harga obat. Sehingga obat dengan haga berapapun juga besarnya jasa adalah sama. Bila hal ini dilakukan mungkin pengunaan obat akan semakin rasional dan obat generik akan semakin menjadi raja dinegeri ini.
Yang mungkin menjadi pertanyaan dari kita semua adalah mungkinkah? Dan bagaimana hal ini akan diberlakukan? Semua serba mungkin bila kita benar-benar menghitung dengan seksama. Dan kita bisa mengaplikasikan dilapangan dengan tepat. Tetapi apakah pemerintah siap? Bila pemerintah siap dengan kebijakan kebijakan yang benar membela rakyat yang bukan hanya hiasan bibir saja, saya yakin semua ini akan bisa berjalan dengan baik, dan masyarakat sebagai penguna jasa akan sangat diuntungkan.
Penghitungan jasa yang didasarkan pada tingkat layanan akan menjadi solusi terbaik didalam mengatasi mahalnya harga obat. Saat ini banyak pelayanan yang kurang mendidik dan hanya menanamkan sugesti untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya dari masyarakat. Dan kebodohan masyarakat justru menjadi “tambang emas” bagi sebagian penyedia layanan kesehatan. Semakin bodoh masyarakat dan semakin bisa dibodohi, maka semakin gampang penyedia jasa layanan menjadikan masyarakat sebagai “tambang emas”.
Untuk mengatasi sugesti masyarakat, hal yang bisa saya sarankan adalah meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat. Dan menjadikan semua sarana kesehatan termasuk apotek sebagai tempat praktek profesi apoteker dan dokter praktek menjadi sarana yang berfungsi meningkatkan tingkat pendidikan kesehatan.
Semoga bangsa kita kedepan menjadi bangsa yang cerdas
Jumat, 22 Januari 2010
PERAN HISFARMA KEDEPAN
PERAN HISFARMA KEDEPAN
Peran HISFARMA saat ini sudah mulai terlihat dengan mulainya diakuinya HISFARMA oleh salah satu PTF di Indonesia didalam usaha membentuk apoteker yang berkualitas. Dengan segala keterbatasannya HISFARMA mulai menjalankan amanah membimbing apoteker muda untuk menjadi apoteker yang profesional di apotek dan disarana yang terkait kemasyarakatan. Dengan tekat ingin mengembangkan profesionalisme apoteker yang lebih sesuai dengan kebutuhan, hambatan hambatan yang ada justru menjadi data dan justru memperkuat usaha tersebut.
HISFARMA adalah komunitas apoteker yang mengabdikan diri pada layanan masyarakat yang mana layanan dilakukan secara langsung oleh apoteker. Sehingga apa yang menjadi resiko dari dasil layanan ini harus diketahui oleh apoteker. Layanan yang dilakukan langsung oleh apoteker bisa diapotek, puskesmas atau layanan masyarakat yang lain yang membutuhkan peran apoteker. Dari sinilah HISFARMA ada dan mulai menghitung kemungkinan-kemungkinan yang akan dialami oleh anggota yang melakukan layanan secara aktif. Dan bagaimanapun juga tenaga kesehatan adalah tenaga layanan yang harus siap membantu siapa saja anggota masyarakat yang membutuhkan layanan.
Ada beberapa hal yang harus diagendakan oleh HISFARMA didalam membangun sebuah profesi. Hal pertama adalah membantu PTF dalam keikut sertaan membimbing apoteker muda menjadi apoteker yang profesioal. Kedua, mengadakan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang berbasiskan profesi kepada sejawat apoteker. Ketiga mengembangkan SPO-SPO yang berbasiskan layanan. Selanjutnya mengembangkan semua itu sesuai dengan perkemangan sains kefarmasian dan kemasyarakatan.
Agar peran apoteker ini menjadi lebih baik dan lebih dapat dipertangung jawabkan, maka perlulah apoteker lewat HISFARMA mendesain profesi yang lebih sesuai dengan kebutuhan layanan. Yang melibatkan seluruh anggota HISFARMA didalam penyusunan tersebut. Oleh karena itu saat ini HISFARMA membutuhkan segala buah pikiran dari anggota dan HISFARMA harus melakukan konsolidasi anggota.
Konsolidasi anggota menjadi sangat peting sampai kapanpun selama himpunan seminat ini masih eksis. Dan konsolidasi anggota merupakan salah satu dari usaha didalam memajukan profesi secara bersama sama. Yang mana dengan melibatkan semua anggota akan didapatkan hasil yang lebih baik. Dan konsolidasi anggota merupakan suatu kebutuhan bersama antara anggota itu sendiri, dan himpunan seminat hanyalah merupakan wadah dan memfasilitasi saja. Segala keputusan ada pada anggota.
Demikian pentingnya arti anggota bagi HISFARMA, maka konsolidasi anggota dilakukan dengan :
1. Menggali kepentingan HISFARMA bagi anggota, yang mana kepentingan itu al:
- Perkembangan sains terkait praktek profesi berkembang sangat pesat.
- Perkembangan manajemen pengelolaan apotek juga selalu berkembang.
- Selanjutnya paradigma pratik apoteker juga berkembang
Oleh karena itu, HISFARMA harus mampu menjawab semua permasalahan profesi dan mengembangkan profesi. Disinilah daya tarik buat anggotanya, yang mana bila kita tidak ingin ketinggalan didalam menjalankan profesi kita harus masuk menjadi anggota HISFARMA. Selain HISFARMA harus menjadi tempat informasi bagi angotanya juga menjadi tempat kajian profesi apoteker. Sebagai tempat kajian HISFARMA bisa diharapkan akan mampu membawa profesi apoteker berkembang pesat, dan HISFARMA akan menjadi kebutuhan bagi semua apoteker anggota IAI yang aktif dalam menjalankan pratik profesi dimasyarakat.
2. Menentukan keanggotaan HISFARMA, siapa saja yang akan menjadi anggota HISFARMA harus ditentukan agar arah dari HISFARMA menjadi jelas. Perjuangan HISFARMA juga menjadi lebih tepat. Dari banyak masukan, angota HISFARMA adalah semua apoteker yang didalam menjalankan praktik profesi berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai klien. dan dari definisi itu HISFARMA bisa saja terdiri dari : apoteker praktik di apotek, apoteker praktik di PKM dan bisa juga ditempat lain.
3. Persaratan menjadi anggota HISFARMA juga harus ditentukan yang antara lain :
- anggota IAI
- praktisi aktif
- mengikuti workshop
- mau mengikuti pelatihan pelatihan SPO dan mengikuti standar pelayanan yang ditentukan HISFARMA
- memenuhi persaratan administratif
4. Hak dan Kwajibab Anggota HISFARMA
Hak anggota HISFARMA
- Mendapatkan informasi terkait praktik profesi
- Mengkuti pelatihan yang diselenggarakan HISFARMA
- Kartu anggota
- Mendapatkan perlindungan dalam praktik profesi
- Bantuan didalam mendirikan apotek sendiri
Kwajiban anggota HISFARMA
- Memberikan konstribusi kepada HISFARMA
- Mengikuti dan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan HISFARMA yang sesuai dengan praktik profesi apoteker dimana bekerja
- Mengikuti perkembangan IPTEK terkait kefarmasian
- Bertangung jawab terhadap profesi dan perkembangan profesi
- Menjalankan kode etik
- Mematuhi peraturan perundangan yang berlaku
- Mendukung pemerintah didalam membangun kesehatan, baik kuratif dan prekuentif
- Mau dijadikan sumber data penelitian baik yang diselenggarakan oleh HISFARMA, PTF dan Pemerintah
- Mengembangkan profesi secara mandiri
- Berperan secara aktif didalam meningkatkan derajat pendidikan kesehatan masyarakat.
5. Lepasnya keanggotaan HISFARMA karena al:
- kesadaran sendiri
- dikeluarkan, karena al:
• melangar berat kode etik
• melangar perundangan dan peratuan pemerintah
• tidak lagi menjadi praktisi aktif
• tidak pernah mengikuti pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan HISFARMA dalam waktu dua tahun berturut-turut
• dikeluarkan dari IAI
Sebagai ajang komunikasi dan pengembangan profesi, HISFARMA kedepan tentu saja akan diharapkan untuk lebih mampu menggali semua potensi yang berkembang didalam tubuh profesi itu sendiri. Bagaimanapun juga HISFARMA juga tidak bisa lepas dari kebijakan pemerintah didalam dunia kesehatan, oleh karena itu sudah sewajarnya bila pemerintah mendukung peran aktif HISFARMA didalam pembangunan kesehatan bangsa. Toh semua ini juga demi kita semua.
Semoga masukan ini bisa menjadi salah satu pertimbangan bagi HISFARMA untuk mengembangkan diri kedepan dengan mengedepankan profesionalisme didalam menjalankan praktik profesi. Karena dengan mengedepankan profesionalisme berarti mengedepankan kepentingan masyarakat, profesi dan pemerintah. Dan menurut hitungan saya tidak ada yang dirugikan dengan mengedepankan profesionalisme tetapi justru akan menguntungkan semua pihak yang terlibat didalam dunia farmasi. Semoga hipotesa saya ini benar dan kedepan HISFARMA benar-benar mampu menjawab semua permasalahan profesi.
( www.hisfarma.blogspot.com tulisan ini sebagai masukan dalam rapat konsolidasi anggota HISFARMA )
Peran HISFARMA saat ini sudah mulai terlihat dengan mulainya diakuinya HISFARMA oleh salah satu PTF di Indonesia didalam usaha membentuk apoteker yang berkualitas. Dengan segala keterbatasannya HISFARMA mulai menjalankan amanah membimbing apoteker muda untuk menjadi apoteker yang profesional di apotek dan disarana yang terkait kemasyarakatan. Dengan tekat ingin mengembangkan profesionalisme apoteker yang lebih sesuai dengan kebutuhan, hambatan hambatan yang ada justru menjadi data dan justru memperkuat usaha tersebut.
HISFARMA adalah komunitas apoteker yang mengabdikan diri pada layanan masyarakat yang mana layanan dilakukan secara langsung oleh apoteker. Sehingga apa yang menjadi resiko dari dasil layanan ini harus diketahui oleh apoteker. Layanan yang dilakukan langsung oleh apoteker bisa diapotek, puskesmas atau layanan masyarakat yang lain yang membutuhkan peran apoteker. Dari sinilah HISFARMA ada dan mulai menghitung kemungkinan-kemungkinan yang akan dialami oleh anggota yang melakukan layanan secara aktif. Dan bagaimanapun juga tenaga kesehatan adalah tenaga layanan yang harus siap membantu siapa saja anggota masyarakat yang membutuhkan layanan.
Ada beberapa hal yang harus diagendakan oleh HISFARMA didalam membangun sebuah profesi. Hal pertama adalah membantu PTF dalam keikut sertaan membimbing apoteker muda menjadi apoteker yang profesioal. Kedua, mengadakan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang berbasiskan profesi kepada sejawat apoteker. Ketiga mengembangkan SPO-SPO yang berbasiskan layanan. Selanjutnya mengembangkan semua itu sesuai dengan perkemangan sains kefarmasian dan kemasyarakatan.
Agar peran apoteker ini menjadi lebih baik dan lebih dapat dipertangung jawabkan, maka perlulah apoteker lewat HISFARMA mendesain profesi yang lebih sesuai dengan kebutuhan layanan. Yang melibatkan seluruh anggota HISFARMA didalam penyusunan tersebut. Oleh karena itu saat ini HISFARMA membutuhkan segala buah pikiran dari anggota dan HISFARMA harus melakukan konsolidasi anggota.
Konsolidasi anggota menjadi sangat peting sampai kapanpun selama himpunan seminat ini masih eksis. Dan konsolidasi anggota merupakan salah satu dari usaha didalam memajukan profesi secara bersama sama. Yang mana dengan melibatkan semua anggota akan didapatkan hasil yang lebih baik. Dan konsolidasi anggota merupakan suatu kebutuhan bersama antara anggota itu sendiri, dan himpunan seminat hanyalah merupakan wadah dan memfasilitasi saja. Segala keputusan ada pada anggota.
Demikian pentingnya arti anggota bagi HISFARMA, maka konsolidasi anggota dilakukan dengan :
1. Menggali kepentingan HISFARMA bagi anggota, yang mana kepentingan itu al:
- Perkembangan sains terkait praktek profesi berkembang sangat pesat.
- Perkembangan manajemen pengelolaan apotek juga selalu berkembang.
- Selanjutnya paradigma pratik apoteker juga berkembang
Oleh karena itu, HISFARMA harus mampu menjawab semua permasalahan profesi dan mengembangkan profesi. Disinilah daya tarik buat anggotanya, yang mana bila kita tidak ingin ketinggalan didalam menjalankan profesi kita harus masuk menjadi anggota HISFARMA. Selain HISFARMA harus menjadi tempat informasi bagi angotanya juga menjadi tempat kajian profesi apoteker. Sebagai tempat kajian HISFARMA bisa diharapkan akan mampu membawa profesi apoteker berkembang pesat, dan HISFARMA akan menjadi kebutuhan bagi semua apoteker anggota IAI yang aktif dalam menjalankan pratik profesi dimasyarakat.
2. Menentukan keanggotaan HISFARMA, siapa saja yang akan menjadi anggota HISFARMA harus ditentukan agar arah dari HISFARMA menjadi jelas. Perjuangan HISFARMA juga menjadi lebih tepat. Dari banyak masukan, angota HISFARMA adalah semua apoteker yang didalam menjalankan praktik profesi berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai klien. dan dari definisi itu HISFARMA bisa saja terdiri dari : apoteker praktik di apotek, apoteker praktik di PKM dan bisa juga ditempat lain.
3. Persaratan menjadi anggota HISFARMA juga harus ditentukan yang antara lain :
- anggota IAI
- praktisi aktif
- mengikuti workshop
- mau mengikuti pelatihan pelatihan SPO dan mengikuti standar pelayanan yang ditentukan HISFARMA
- memenuhi persaratan administratif
4. Hak dan Kwajibab Anggota HISFARMA
Hak anggota HISFARMA
- Mendapatkan informasi terkait praktik profesi
- Mengkuti pelatihan yang diselenggarakan HISFARMA
- Kartu anggota
- Mendapatkan perlindungan dalam praktik profesi
- Bantuan didalam mendirikan apotek sendiri
Kwajiban anggota HISFARMA
- Memberikan konstribusi kepada HISFARMA
- Mengikuti dan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan HISFARMA yang sesuai dengan praktik profesi apoteker dimana bekerja
- Mengikuti perkembangan IPTEK terkait kefarmasian
- Bertangung jawab terhadap profesi dan perkembangan profesi
- Menjalankan kode etik
- Mematuhi peraturan perundangan yang berlaku
- Mendukung pemerintah didalam membangun kesehatan, baik kuratif dan prekuentif
- Mau dijadikan sumber data penelitian baik yang diselenggarakan oleh HISFARMA, PTF dan Pemerintah
- Mengembangkan profesi secara mandiri
- Berperan secara aktif didalam meningkatkan derajat pendidikan kesehatan masyarakat.
5. Lepasnya keanggotaan HISFARMA karena al:
- kesadaran sendiri
- dikeluarkan, karena al:
• melangar berat kode etik
• melangar perundangan dan peratuan pemerintah
• tidak lagi menjadi praktisi aktif
• tidak pernah mengikuti pelatihan dan pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan HISFARMA dalam waktu dua tahun berturut-turut
• dikeluarkan dari IAI
Sebagai ajang komunikasi dan pengembangan profesi, HISFARMA kedepan tentu saja akan diharapkan untuk lebih mampu menggali semua potensi yang berkembang didalam tubuh profesi itu sendiri. Bagaimanapun juga HISFARMA juga tidak bisa lepas dari kebijakan pemerintah didalam dunia kesehatan, oleh karena itu sudah sewajarnya bila pemerintah mendukung peran aktif HISFARMA didalam pembangunan kesehatan bangsa. Toh semua ini juga demi kita semua.
Semoga masukan ini bisa menjadi salah satu pertimbangan bagi HISFARMA untuk mengembangkan diri kedepan dengan mengedepankan profesionalisme didalam menjalankan praktik profesi. Karena dengan mengedepankan profesionalisme berarti mengedepankan kepentingan masyarakat, profesi dan pemerintah. Dan menurut hitungan saya tidak ada yang dirugikan dengan mengedepankan profesionalisme tetapi justru akan menguntungkan semua pihak yang terlibat didalam dunia farmasi. Semoga hipotesa saya ini benar dan kedepan HISFARMA benar-benar mampu menjawab semua permasalahan profesi.
( www.hisfarma.blogspot.com tulisan ini sebagai masukan dalam rapat konsolidasi anggota HISFARMA )
Label:
APOTEK,
APOTEKER,
HISFARMA,
IKATAN APOTEKER INDONESIA,
ISFI
Jumat, 01 Januari 2010
UJI KOMPETENSI APOTEKER TERKAIT SWAMEDIKASI
UJI KOMPETENSI APOTEKER TERKAIT SWAMEDIKASI
Secara umum uji kompetensi dari suatu profesi adalah untuk melindungi masyarakat pengguna jasa profesi, dengan melakukan standarisasi layanan, juga melindungi profesi itu sendiri dan juga untuk memudahkan didalam pembinaan dan pengawasan.
Swamedikasi adalah salah satu bentuk layanan kefarmasian diapotek. Yang mana swamedikasi diapotek adalah usaha dari masyarakat yang ingin mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan bantuan apoteker, baik menggunakan sediaan farmasi atau hanya sekedar informasi dan edukasi tanpa sediaan farmasi.
Karena kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia yang paling dasar, maka layanan kesehatan harus memenuhi kaidah kaidah kemanusiaan dan kaidah kaidah layanan. Pemenuhan ini juga termasuk pada layanan swamedikasi di apotek. Oleh karena itu layanan swamedikasi diapotek harus mampu mengamankan masyarakat dari bahaya penggunaan sediaan farmasi dan mengamankan masyarakat dari bahaya penyakit.
Agar kaidah kaidah kemanusiaan dan layanan dapat terpenuhi, maka uji kompetensi harus diberlakukan kepada apoteker. Dan uji kompetensi terkait swamedikasi bisa meliputi hal hal yang antara lain :
- Pemahaman apoteker tehadap obat obat yang digunakan dalam swamedikasi
- Pemahaman apoteker terhadap penyakit penyakit dasar
- Pemahaman apoteker terhadap bahaya dan resiko bila terlambat merujuk.
- Pemahaman apoteker terhadap ilmu manajemen berbasis profesi
- Pemahaman terhadap dasar dasar ilmu edukasi, yang didalamnya termasuk komunikasi psikologi
- Pemahaman apoteker terhadap perkembangan IPTEK kefarmasian
Selanjutnya tujuan dari uji kompetensi terkait swamedikasi bagi apoteker adalah :
1. Apoteker mampu melakukan edukasi masyarakat dan mampu ikut dalam usaha usaha meningkatkan tingkat pendidikan kesehatan masyarakat.
2. Apoteker mampu berperan secara aktif mengamankan masyarakat dari bahaya akibat penggunaan sediaan farmasi dan penyakit.
3. Sehingga apoteker mampu merujuk pada saat yang tepat.
4. Apoteker mampu mengelola apotek secara profesional, karena memahami ilmu manajemen terapan yang berbasis profesi.
5. Apoteker mampu berperan secara aktif dalam pembangunan kesehatan.
Penyusunan materi uji kompetensi, penyusunan materi uji kompetensi terkait swamedikasi harus melibatkan masukan dari para praktisi aktif. Sehingga materi uji kompetensi dapat menggambarkan kenyataan praktek yang harus dikuasai dan tidak mengada ada. Karena materi uji kompetensi adalah kenyataan prakter apoteker setiap hari, maka uji kompetensi tentu tidak akan memberatkan apoteker, tetapi justru mampu menambah wawasan apoteker. Mampu menambah wawasan, karena dalam uji kompetensi juga terkait perkembangan IPTEK kefarmasian terbaru.
Pelatihan dan pendidikan berkelanjutan tetap harus diadakan guna penyegaran dan menambah wawasan. Dan harus berbasiskan praktek layanan kefarmasian sehari hari apoteker. Jangan sampai pelatihan dan pendidikan berkelanjutan ini hanya terkesan formalitas belaka dalam mengejar SKP, tetapi benar benar merupakan ilmu terapan. Sehingga bisa digunakan sebagai landasan didalam menjalankan praktek layanan sehari hari apoteker.
Secara umum uji kompetensi dari suatu profesi adalah untuk melindungi masyarakat pengguna jasa profesi, dengan melakukan standarisasi layanan, juga melindungi profesi itu sendiri dan juga untuk memudahkan didalam pembinaan dan pengawasan.
Swamedikasi adalah salah satu bentuk layanan kefarmasian diapotek. Yang mana swamedikasi diapotek adalah usaha dari masyarakat yang ingin mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan bantuan apoteker, baik menggunakan sediaan farmasi atau hanya sekedar informasi dan edukasi tanpa sediaan farmasi.
Karena kesehatan adalah salah satu hak asasi manusia yang paling dasar, maka layanan kesehatan harus memenuhi kaidah kaidah kemanusiaan dan kaidah kaidah layanan. Pemenuhan ini juga termasuk pada layanan swamedikasi di apotek. Oleh karena itu layanan swamedikasi diapotek harus mampu mengamankan masyarakat dari bahaya penggunaan sediaan farmasi dan mengamankan masyarakat dari bahaya penyakit.
Agar kaidah kaidah kemanusiaan dan layanan dapat terpenuhi, maka uji kompetensi harus diberlakukan kepada apoteker. Dan uji kompetensi terkait swamedikasi bisa meliputi hal hal yang antara lain :
- Pemahaman apoteker tehadap obat obat yang digunakan dalam swamedikasi
- Pemahaman apoteker terhadap penyakit penyakit dasar
- Pemahaman apoteker terhadap bahaya dan resiko bila terlambat merujuk.
- Pemahaman apoteker terhadap ilmu manajemen berbasis profesi
- Pemahaman terhadap dasar dasar ilmu edukasi, yang didalamnya termasuk komunikasi psikologi
- Pemahaman apoteker terhadap perkembangan IPTEK kefarmasian
Selanjutnya tujuan dari uji kompetensi terkait swamedikasi bagi apoteker adalah :
1. Apoteker mampu melakukan edukasi masyarakat dan mampu ikut dalam usaha usaha meningkatkan tingkat pendidikan kesehatan masyarakat.
2. Apoteker mampu berperan secara aktif mengamankan masyarakat dari bahaya akibat penggunaan sediaan farmasi dan penyakit.
3. Sehingga apoteker mampu merujuk pada saat yang tepat.
4. Apoteker mampu mengelola apotek secara profesional, karena memahami ilmu manajemen terapan yang berbasis profesi.
5. Apoteker mampu berperan secara aktif dalam pembangunan kesehatan.
Penyusunan materi uji kompetensi, penyusunan materi uji kompetensi terkait swamedikasi harus melibatkan masukan dari para praktisi aktif. Sehingga materi uji kompetensi dapat menggambarkan kenyataan praktek yang harus dikuasai dan tidak mengada ada. Karena materi uji kompetensi adalah kenyataan prakter apoteker setiap hari, maka uji kompetensi tentu tidak akan memberatkan apoteker, tetapi justru mampu menambah wawasan apoteker. Mampu menambah wawasan, karena dalam uji kompetensi juga terkait perkembangan IPTEK kefarmasian terbaru.
Pelatihan dan pendidikan berkelanjutan tetap harus diadakan guna penyegaran dan menambah wawasan. Dan harus berbasiskan praktek layanan kefarmasian sehari hari apoteker. Jangan sampai pelatihan dan pendidikan berkelanjutan ini hanya terkesan formalitas belaka dalam mengejar SKP, tetapi benar benar merupakan ilmu terapan. Sehingga bisa digunakan sebagai landasan didalam menjalankan praktek layanan sehari hari apoteker.
Langganan:
Postingan (Atom)