Kamis, 10 April 2008

JUAL OBAT MURAH

JUAL OBAT MURAH

Banyak alasan mengapa masyarakat menginginkan harga obat murah, dan banyak alasan mengapa sebagian apotek ikut berlomba-lomba untuk menjual obat dengan harga murah. Meski harga murah bukan satu-satunya solusi untuk mengelola kesehatan dengan harga murah.
Banyak factor yang mempengaruhi harga dari suatu kesehatan. Satu hal yan seharusnya kita cermati sebagai anggota profesi atau sebagai anggota masyarakat dengan harga kesehatan yang murah antara lain ; 1. pengelolaan kesehatan yang baik, 2. pencegahan penyakit dan 3. ketepatan informasi obat.

  1. Pengelolaan kesehatan yang baik adalah pola hidup sehat yang seharusnya kita lakukan sehari-hari sebagai bagian dari penyakit. Juga pengetahuan kita tentang dasar-dasar penyakit dan cara penanganannya. Pengelolaan kesehatan yang baik adalah sangat erat dengan pengetahuan kita sebagai anggota masyarakat tentang dasar-dasar penyakit dan pola hidup sehat termasuk pengetahuan kita terhadap hal-hal yang antara lain: lingkungan, makanan dan bahaya obat.
  2. Pencegahan penyakit adalah lebih mengarah pada kasus-perkasus penyakit. Misal bagaimana agar DB tak menyebar dilingkungan kita, dan lain sebagainya. Kalau pada pengelolaan kesehatan adalah masalah umum maka pada pencegahan adalah masalah yang lebih khusus yang bisa jadi hanya disesuaikan dengan daerah tertentu.
  3. yang selanjutnya adalah masalah-masalah yang lebih spesifik yang menjadi penyerta yang antara lain adalah ketepatan informasi obat. Bila kasus penyakit sudah terjadi maka pada pengobatan, informasi obat adalah suatu hal yang sangat penting yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan selanjutnya akan mempengaruhi biaya kesehatan itu sendiri.

    Bagaimana dengan harga obat yang murah?
    Harga obat yang murah belum tentu memberikan dampak biaya pengobatan yang murah pula, hal ini dikarenaka adanya banyak hal yan mempengaruhi biaya kesehatan. Pada apotek yang menerapkan harga murah umumnya hanya berperan sebagai penjual obat yang tidak mementingkan edukasi.
    Pada pelayanan apotek yang berbasis profesi dan pelayanan masyarakat, edukasi merupakan salah satu hal yang sangat penting guna menekan biaya pengobatan. Yang mana dampaknya sering kali tidak terasa sesaat, tetapi pada jangka panjang akan membantu masyarakat memahami permasalahan kesehatannya sendiri. Dengan memahami kesehatannya sendiri diharapkan masyarakat akan mampu mengambil keputusan terbaik yang terkait kesehatannya.
    Sebagai contoh adalah ada apotek yang hanya mengejar target penjualan dengan mengambil margin 7,5% atau setelah harga jual hanya sekitar 7%. Apakah apotek akan mendapat laba besar karena dikunjungi oleh banyak pasien? Jawabannya tentu saja belum tentu, karena hal ini tergantung pada banyak hal.
    Menurut saya mengambil margin 7% untuk sebuah apotek akan ada untung ruginya. Untungnya pasien akan mendapat harga murah dan apotek akan mendapat banyak kunjungan. Akan banyak kunjungan bila analisanya tepat. Ruginya pasien tidak akan mendapat edukasi yang memadai dan apotek hanya mendapat margin laba kotor yang kecil, dan apotek akhirnya hanya mengejar target penjualan yang sangat besar.
    Mengapa edukasi tak memadai, karena biaya gaji saja untuk sebuah apotek kecil berkisar 10% dan untuk apotek besar berkisar 5%. Bila margin apotek hanya 7%, maka apotek hanya akan berusaha menekan biaya gaji sampai 3% dan hal ini sangat sulit. Bila biaya gaji hanya 3%, maka volume pekerjaan per karyawan apotek akan sangat besar, karena volume pekerjaan besar maka tak mungkin ada waktu untuk edukasi dan pelayanan sosial lain..
    Saya pernah berusaha menekan biaya gaji sampai 3% dari penjualan dan berhasil, dengan memberikan volume pekerjaan yang tinggi pada karyawan dengan kompensasi gaji sedikit lebih banyak. Tetapi hal ini sangat sulit dipenuhi bila kita juga menerapkan edukasi yang sering kali juga menyita banyak waktu. Maka menurut pendapat saya bila kita ingin menekan harga sangat murah akan ada korban yaitu masyarakat yang tidak akan mendapatka edukasi yang memadai.
    Pada apotek yang mengambil margin laba 7% ini umumnya bila ada masyarakat yang berkonsultasi akan dijawab dengan jawaban yang sangat singkat dan umumnya berupa jawaban ya dan tidak. Bila masyarakat tidak menanyakan obatnya, maka masyarakat dianggap sudah tahu dan dianggap tidak perlu konsultasi, meskipun kenyataannya banyak masyarakat yang tidak tahu bila dirinya tidak paham dengan obat yang dibelinya.

    Harga yang wajar
    Menurut saya sebaiknya apotek menjual obat dengan harga yang wajar saja. Tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Dan sebaiknya kompetisi tidak diharga obat, tetapi dipelayanan, mengingat mencerdaskan kehidupan bangsa dibidang kesehatan adalah sangat mulia. Buat apa murah bila hasilnya seperti maskapai penerbangan yang tutup beberapa waktu lalu?
    Buat masyarakat sebaiknya memilih apotek yang harganya wajar dan pelayanan oleh apotekernya memuaskan. Menghemat biaya kesehatan dengan memilih harga murah bukan satu-satunya, bahkan sering kali justru membuat kita boros. Seharusnya standar pelayananlah yang dibeli, bukan hanya sekedar obat yang murah.
    Dan kenyataannya banyak apotek yang berkembang justru karena pelayanannya, meski harga standar atau sedikt lebih mahal. Harga murah, tetapi hak-hak pasien yang berupa PIO dan KIE rendah tak banyak pula manfaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar