Rabu, 26 Maret 2008

PEMBERANTASAN TB CUKUP 5 TAHUN

PEMBERANTASAN TB CUKUP LIMA TAHUN


Pemberantasan TB cukup lima tahun, hal ini bisa saja tercapai bila proses pemberantasannya dilakukan dengan baik. Pada postingan saya sebelumnya jumlah pasien TB pada peserta askes menghilang setelah 5-6 tahun.
Dengan pelanyanan kesehatan yang standart, maka diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal. Hasil optimal tak akan didapatkan bila kita hanya berpangku tangan tanpa usaha yang keras. Usaha keras dengan saling menghargai dari semua profesi kesehatan sangat diperlukan dalam pemberantasan baik pada tahap prekuentif dan kuratif.
Pelayanan kesehatan atau kefarmasian diapotek bisa dua-duanya, maksudnya prekuentif dan kuratif. Kuratif maksudnya dengan obat dan prekuentif dengan konseling yang diikuti penyuluhan. Dan hasil dari penyuluhan adalah pendidikan kesehatan, dengan pendidikan kesehatan yang memadai, maka diharapkan masyarakat dapat mencegah atau mengambil tindakan yang tepat bila kasus penyakit menular atau TB sampai terjadi.

Pendidikan Kesehatan di Apotek
Diapotek, apoteker dapat pula berperan sebagai seorang tutor kesehatan yang siap memberikan penyuluhan atau masukan kepada masyarakat tentang hal-hal yang terkait kesehatan secara privat dan gratis. Suatu hal yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh pemerintah yaitu perang penting dari apoteker dalam membangun kesehatan bangsa dengan ikut berperan dalam pendistribusian perbekalan farmasi dan penyuluhan.
Secara umum apoteker mampu memberi penyuluhan kesehatan untuk tujuan pencegahan penyakit menular sesuai porsinya. Maksudnya disini apoteker bisa ikut memberikan perannya dengan konseling, PIO dan penyuluhan kesehatan lainnya.
Selanjutnya didapatkan masyarakat yang cerdas didalam bidang kesehatan yang diikuti dengan naiknya produktifitas, tingkat ekonomi dan hasil akhirnya adalah Negara yang kuat.

Konsep Pemberantasan TB 5 Tahun

  1. Konseling, adalah upaya pendampingan agar masyarakat memahami permasalahannya sendiri. Saat masyarakat datang keapotek, belum tentu masyarakat paham dengan permasalahannya, baik yang terkait obat, kesehatan atau mungkin masalah manajemen penyakitnya. Oleh karena itu pemdampingan untuk konseling harus dilakukan setiap kali kunjungan pasien ke apotek. Banyak hal yang dipantau disini, kalau perlu kita bisa melakukan pencatatan tentang hasil konseling. Missal pada awal kunjungan, pasien umumnya patuh minum obat karena gejala penyakit masih mengganggu, saat inilah konseling awal harus dilakukan. Umumnya pasien belum menyadari bila penyakitnya akan sembuh dalam waktu lama, bila kita salah dalam konseling bisa jadi pasien akan putus obat setelah gejala mereda. Dan masih banyak masalah lain terkait TB ini, mungkin suatu saat mungkin dapat kita bahas lebih jauh. Bila kita sudah memberikan penilaian dari hasil konseling kita teruskan dengan PIO.
  2. PIO, Pelayanan Informasi Obat. PIO bisa jadi sebagai salah satu tehnik konseling. PIO diharapkan bisa membantu masyarakat dalam mengambil keputusan yang tepat. Tepat pengobatannya, lama pengobatannya dan pilihan obatnya. Kadang kala dalam memberikan informasi, kita juga harus memberikan informasi obat dan harga obatnya. Kadang kita perlu mengajari masyarakat untuk menghitung biaya pengobatan bila tuntas, putus obat dan harus mengobati ulang, atau mungkin pada pasien yang tak pernah mau berobat tuntas. Masyarakat butuh semua informasi itu agar dapat mengambil keputusan, yang diharapkan adalah masyarakat mampu mengambil keputusan untuk sembuh. Salah satu kesulitan dalam memberantas penyakit menular TB adalah putus obat. Putus obat disebabkan karena masyarakat tidak mampu mengambil keputusan untuk sembuh. Keputusan untuk sembuh adalah hak sepenuhnya dari pasien dan kita tak bisa memaksa orang minum obat, meskipun orang tidak minum obat bisa dikategorikan criminal karena membahayakan orang lain. Disinilah tugas berat apoteker dalam memberikan layanan yang terkait tehnik informasi, karena merubah perilaku agar masyarakat dapat mengambil keputusan tepat yaitu sembuh. Selain PIO adalah penyuluhan kesehatan lain, misalkan penyakitnya, bahaya penyakit buat dirinya sendiri dan orang lain, kesehatan lingkungan dan lain sebagainya.
  3. Penyuluhan kesehatan lain, apoteker harus mampu meski ini mungkin sudah dilakukan oleh tenaga lain, tetapi sering kali masyarakat masih bertanya karena ingin mendapatkan second opinion dari tenaga kesehatan lain. Disini peran kita justru bisa mempertegas penyuluhan tenaga kesehatan lain dan akan menambah semangat dari pasien untuk sembuh dan enghindarkan keluarganya dan lingkungannya dari bahaya penyakit.

    Peran yang lain sebenarnya bisa lebih banyak lagi, tetapi inilah yang paling menonjol dari peran apoteker dalam ikut serta dalam pemberantasan TB. Menurut aku TB cukup 5 tahun bila kita menggunakan metoda pemberantasan yang tepat. Semoga apoteker juga dimasukan dalam jajaran pendidik kesehatan masyarakat yang berbasis masyarakat pula, sukur-sukur kalau dapat pula dari dana pendidikan dari APBN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar