Jumat, 21 Maret 2008

TATAP

TATAP
Tiada Apoteker Tiada Pelayanan


TATAP atau gerakan Tiada Apoteker Tiada Pelayanan yang dicanangkan ISFI sebagai induk organisasi para apoteker sebagai bentuk kepedulian ISFI terhadap masyarakat dan eksistensi profesi belum mencerminkan bentuk pelayanan kefarmasian yang ideal. Karena gerakan tersebut belum memperhitungkan factor-faktor pelayanan yang mempengaruhi kualitas pelayanan dan hanya sekedar apoteker ada di apotek.
Seharusnya ISFI dan HIFARMA membuat SOP standart pelayanan kefarmasian yang lebih memihak masyarakat. Sebagai profesi yang terhormat sudah sepantasnya bila ISFI dan HISFARMA mulai memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kualitas pelayanan sebagai dasar dari SOP di apotek, bukan hanya kuantitas pelayanan. Benar memang suatu usaha harus laba, tetapi bukan dengan mengeruk laba yang sebesar-besarnya dan melupakan hak-hak pasien. Hak pasien atas informasi obat dan lain-lain juga harus dipenuhi.
Bila pada gerakan TATAP ini hanya mengharuskan keberadaan apoteker tanpa dilengkapi standart pelayanan yang jelas bisa jadi apotek tetap akan seperti tempo dulu, apoteker hanya menjadi hiasan tembok apotek. Selain apoteker harus ada diapotek apoteker harus melakukan pelayanan kefarmasian terutama pada saat penyerahan obat, karena tak satupun yang berkompeten memberi informasi selain apoteker.
Memang tantangannya banyak bila kita mengharuskan dibelakukan TATAP, meski TATAP yang paling sederhana sekalipun seperti yang dicanangkan ISFI, karena para investor apotek akan merasa dirugikan dengan naiknya biaya opersional Meskipun dampak TATAP kemasyarakat akan jauh lebih baik dan lebih manusiawi. Memang biaya keanusiaan adalah mahal akan tetapi masyarakat tetap akan keapotek karena pelayanan yang lebih bagus, lebih nyaman dan lebih manusiawi, tetapi bila apotek sudah mahal dan layanannya tetap jelek dan tak standart sunguh kasihanlah masyarakat yang sudah jatuh ketimpa tangga pula.
Sebenarnya bila kita menghitung dengan benar bisa jadi apotek dengan pelayanan standar (TATAP) justru lebih murah karena keamanan pelayanan lebih terjamin, lebih aman dan cepat sembuh (aman, efektif dan efisien). Banyak hal memang yang harus dibenahi dalam penerapan TATAP tetapi ini sudah menjadi tanggung jawab ISFI dan HISFARMA untuk menunjukan perannya dalam membangun kesehatan bangsa. Hal demikian juga menjadi tanggung jawab semua elemen bangsa.
Selain tantangan dari investor, dilemma lain adalah belum sadarnya masyarakat akan kebutuhan konseling dan PIO (pelayanan informasi obat) dari apoteker. Sebagian masyarakat kita lebih memilih harga murah dan murah sekali, tetapi tak menyadari bahayanya penggunaan obat. Ketidak sadaran masyarakat akan pentingnya PIO seperti jaman dulu, yang mana masyarakat penggendara sepeda motor tak menyadari akan pentingnya penggunaan helm standart sampai aturan tersebut ditegakan oleh pemerintah. Meski mahal, karena pentingnya helm standart bagi pengendara sepeda motor, maka diwajibkan juga oleh pemerintah, mungkin untuk TATAP masyarakat masih harus menunggu kebijakan pemerintah yang memihak masyarakat tersebut.
Kesimpulan saya, meski penerapan TATAP akan memakan biaya dan akan banyak tantangan, tetapi mengingat pentingnya TATAP, maka TATAP tetap harus diperlakukan. Mengingat TATAP akan menjadikan pelayanan lebih manusiawi dan meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Dan saya rasa semua elemen bangsa bila memahami pentingnya TATAP akan mendukung, termasuk para investor yang masuk dalam GPFI (Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia) pun. Mereka akan malu bila dirinya dikatakan hanya pengeruk uang rakyat yang tidak bertanggung jawab atas keselamatan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar