Minggu, 30 Maret 2008

MARI MEMBUAT BLOG DISKUSI UNTUK MEMBERI MASUKAN BUAT ISFI DAN HISFARMA

MARI MEMBUAT BLOG DISKUSI UNTUK MEMBERI MASUKAN BUAT
ISFI DAN HISFARMA


Pada postingan kali ini saya mengharapkan dari para pengunjung blog ini untuk memberi masukan. Blog ini sifatnya umum, untuk siapa saja yang peduli terhadap dunia kesehatan utamanya bidang kefarmasian. Dari manapun anda, boleh memberi masukan yang membangun demi kebaikan pembangunan kesehatan bangsa, yang menjadi bagian kesehatan dunia. Selanjutnya dengan masukan buat blog ini bisa menjadi diskusi blog yang cukup menarik. Sekali lagi saya mengharapkan terjadi diskusi blog yang menarik.
Seperti kita ketahui, apoteker adalah salah satu tenaga kesehatan, yang perannya sangat penting bagi pembangunan kesehatan bangsa. Meskipun saat ini belum optimal. Belum optimalnya salah satunya adalah belum meratanya apotek diseluruh pelosok negeri dan sering kali apoteker hanya dianggap sebagai pelengkap saja dalam pelayanan kesehatan, atau dianggap sebagai yang kurang penting.
Melihat kompetensi apoteker sebagai satu-satunya tenaga kesehatan yang paling berkompeten dalam pebekalan farmasi, seharusnya apoteker menjadi salah satu pilar dalam pembangunan kesehatan bangsa. Tanpa pilar apoteker mungkin saja pembangunan akan berjalan pincang. Bila pembangunanerjalan pincang dan tertatih-tatih, maka masyarakatlah sebagai pihak yang sangat dirugikan. Mungkin kerugian tak terjadi langsung atau tak diketahui karena masyarakat memang belum tahu kalau dirugikan. Tetapi bila sesuatu hal telah tejadi, penyesalan akanlah terjadi.
Saya mengharapkan ada masukan demi perkembangan para pahlawan kesehatan bangsa bidang kefarmasian ini. Masukan yang saya harapkan bisa meliputi ilmu sosial, ekonomi, psikologi, komunikasi dan lain-lain. Yang mana masukan ini diharapkan akan berguna dalam pengembangan SDM apoteker. Atau masukan bisa berupa link-link yang berguna dalam pengembangan dunia farmasi secara umum.
Silahkan anda memberikan masukan, masukan anda bisa berupa apa saja. Mungkin masukan anda bisa berupa blog seperti ini. Bila masukan anda terhadap pelayanan kefarmasian berupa blog maka saya akan melink blog anda di blog saya. Selanjutnya mungkin kita bisa berdiskusi tentang farmasi dan perkembangannya lewat blog kita. Saya adalah pemula dalam blog, tetapi saya cukup peduli tehadap dunia farmasi. saya mengharapkan, dengan blog ini kepedulian saya terhadap dunia farmasi tersalurkan.
Demikian dulu tulisan saya semoga ada dari para pengunjung yang memberi masukan apa saja tentang dunia farmasi masyarakat. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih. Dan mari kita buat diskusi blog yang menarik.

Jumat, 28 Maret 2008

SEBAGIAN BESAR APOTEK TAK SIAPKAN OBAT GENERIK

SEBAGIAN BESAR APOTEK TAK SIAPKAN OBAT GENERIK

Antara http://www.antara.co.id/arc/2008/3/4/menkes-sebagian-besar-apotek-tak-sediakan-obat-generik/ , kenapa?
Generik berlogo adalah obat yang baik dan murah, bahkan sebagian sangat-sangat murah. Karena sangat murahnya ini yang membuat obat generik berlogo dianggap tidak menguntungkan dari sisi bisnis oleh para pemilik apotek. Mungkin kita akan berpikir bila obat murah akan banyak yang membeli dan apotek menjadi ramai pembeli dan apotek akan untung besar.
Tetapi kenyataannya apotek pada umumnya enggan untuk menyediakan generik berolgo, apalagi menawarkan obat generik berlogo tersebut. Suatu yang sangat rasional dalam sisi bisnis bila kita enggan menawarkan obat generik berlogo karena dari sisi biaya operasional apotek jual obat generik jelas-jelas merugikan. Coba kita hitung bila HET parasetamol tablet per strip kurang dari Rp900;- maka laba maksimal tentu saja kurang dari pada Rp180;-. Padahal biaya operasional yang dibutuhkan dalam pelayanan apotek perjam hanya untuk gaji apotekernya saja sekitar Rp10.000;- per jam.
Suatu pilihan yang sangat sulit bagi sebagian apotek bila harus menyediakan obat generik berlogo di apotek. Satu kali pelayanan untuk resep membutuhkan waktu sekitar 10 menit dan non resep 3menit. Bila hal tersebut ditambah konseling bisa menjadi dan PIO atau KIE tambah lama dan lama sekali bila pasien menanyakan hal-hal lain masalah kesehatan.
Dari gambaran diatas cobalah anda hitung berapa kerugian apotek bila hanya mengandalkan obat benerik berlogo dalam setiap pelayanannya. Dan anda juga bisa menghitung berapa kerugian apotek bila kita menghitung kerugian terhadap total biaya operasional apotek. Apotek yang sederhana saja yang didirikan oleh PSA di kota kecamatan biaya operasional per bulan bisa mencapai Rp4.000.000;-. Bila biaya dibagi 25 hari kerja dan dihitung per jam nya, maka penjualan obat generik berlogo yang murah tentu akan merugikan apotek. Inilah salah satu alasan mengapa obat generik berlogo dianggap tak menguntungkan dari sisi bisnis perapotekan.
Hal tersebut belum lagi dihitung dari biaya pendirian dan biaya investasi. Oleh karena itu seharusnya dibuatlah kebijakan-kebijakan dari pemerintah, agar apotek setidaknya tidak rugi bila menyediakan obat generik berlogo. Dilema memang, keinginan menyediakan obat murah, tetapi biaya operasional apotek cukup mahal.
Akan sangat baik bila pemerintah dan organisasi profesi kesehatan terkait melakukan penhitungan biaya-biaya operasional apotek yang rasional dan menkaji lebih jauh agar kepentingan semua pihak dapat terakomodasi. kepentingan semua pihak adalah kepentingan rakyat, pemerintah, profesi kesehatan, pemilik modal apotek, industri farmasi dan lain-lain termasuk pengguna jasa asuransi kesehatan. Tidaklah mungkin kita membuat kebijakan yang hanya mementingkan salah satu pihak saja.
Seperti kita ketahui, masyarakat ingin obat murah dan industri farmasi ingin untung, dan seterusnya. Solusi cerdas terhadap masalah diatas seharusnya menjadi suatu salah satu prioritas utama bila kita ingin membangun kesehatn bangsa secara utuh. Dan marilah kita berpikir dengan baik apa yang seharusnya kita lakukan bila kita ada pada posisi-posisi diatas.
Bagaimana bila kita berandai-andai, pertama pendidikan kesehatan digratiskan alias dibayar pemerintah secara penuh. Kedua, tenaga kesehatan dibayar pemerintah meskipun kerja diswata. Ketiga, tenaga kesehatan diberikan kebebasan dari biaya pengobatan meskipun kerja diswasta. Keempat, dan seterusnya. Bisakah andai andai tersebut menurunkan biaya kesehatan dan atau harga obat? Bisakah apotek menjadi untung dengan menjual obat generic?
Andai-andai diatas adalah salah satu dari suatu solusi yang belum tentu bisa menurunkan biaya operasional apotek secara bermakna. Bila kita ingin menurunkan biaya tersebut secara bermakna, kita harus melakukan penghitungan-penghitungan secara menyeluruh dan melibatkan banyak pihak. Penghitungan saja mungkin juga tak cukup, kita perlu pula data-data.
Dan akhir dari tulisan saya ini adalah, bila kita semua menghendaki tersedianya obat murah, atau agar semua apotek menyediakan obat generik berlogo, kita harus melakukan pengkajian yang mendalam yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak. dan sudah sewajarnya bila ISFI dan HISFARMA membantu pemerintah dalam membuat kebijaksanaan yang mana kebijaksanaan itu harus didasarkan pada data-data ilmiah dan rasional sehingga penerapannya menjadi lebih mudah.

Rabu, 26 Maret 2008

PEMBERANTASAN TB CUKUP 5 TAHUN

PEMBERANTASAN TB CUKUP LIMA TAHUN


Pemberantasan TB cukup lima tahun, hal ini bisa saja tercapai bila proses pemberantasannya dilakukan dengan baik. Pada postingan saya sebelumnya jumlah pasien TB pada peserta askes menghilang setelah 5-6 tahun.
Dengan pelanyanan kesehatan yang standart, maka diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal. Hasil optimal tak akan didapatkan bila kita hanya berpangku tangan tanpa usaha yang keras. Usaha keras dengan saling menghargai dari semua profesi kesehatan sangat diperlukan dalam pemberantasan baik pada tahap prekuentif dan kuratif.
Pelayanan kesehatan atau kefarmasian diapotek bisa dua-duanya, maksudnya prekuentif dan kuratif. Kuratif maksudnya dengan obat dan prekuentif dengan konseling yang diikuti penyuluhan. Dan hasil dari penyuluhan adalah pendidikan kesehatan, dengan pendidikan kesehatan yang memadai, maka diharapkan masyarakat dapat mencegah atau mengambil tindakan yang tepat bila kasus penyakit menular atau TB sampai terjadi.

Pendidikan Kesehatan di Apotek
Diapotek, apoteker dapat pula berperan sebagai seorang tutor kesehatan yang siap memberikan penyuluhan atau masukan kepada masyarakat tentang hal-hal yang terkait kesehatan secara privat dan gratis. Suatu hal yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh pemerintah yaitu perang penting dari apoteker dalam membangun kesehatan bangsa dengan ikut berperan dalam pendistribusian perbekalan farmasi dan penyuluhan.
Secara umum apoteker mampu memberi penyuluhan kesehatan untuk tujuan pencegahan penyakit menular sesuai porsinya. Maksudnya disini apoteker bisa ikut memberikan perannya dengan konseling, PIO dan penyuluhan kesehatan lainnya.
Selanjutnya didapatkan masyarakat yang cerdas didalam bidang kesehatan yang diikuti dengan naiknya produktifitas, tingkat ekonomi dan hasil akhirnya adalah Negara yang kuat.

Konsep Pemberantasan TB 5 Tahun

  1. Konseling, adalah upaya pendampingan agar masyarakat memahami permasalahannya sendiri. Saat masyarakat datang keapotek, belum tentu masyarakat paham dengan permasalahannya, baik yang terkait obat, kesehatan atau mungkin masalah manajemen penyakitnya. Oleh karena itu pemdampingan untuk konseling harus dilakukan setiap kali kunjungan pasien ke apotek. Banyak hal yang dipantau disini, kalau perlu kita bisa melakukan pencatatan tentang hasil konseling. Missal pada awal kunjungan, pasien umumnya patuh minum obat karena gejala penyakit masih mengganggu, saat inilah konseling awal harus dilakukan. Umumnya pasien belum menyadari bila penyakitnya akan sembuh dalam waktu lama, bila kita salah dalam konseling bisa jadi pasien akan putus obat setelah gejala mereda. Dan masih banyak masalah lain terkait TB ini, mungkin suatu saat mungkin dapat kita bahas lebih jauh. Bila kita sudah memberikan penilaian dari hasil konseling kita teruskan dengan PIO.
  2. PIO, Pelayanan Informasi Obat. PIO bisa jadi sebagai salah satu tehnik konseling. PIO diharapkan bisa membantu masyarakat dalam mengambil keputusan yang tepat. Tepat pengobatannya, lama pengobatannya dan pilihan obatnya. Kadang kala dalam memberikan informasi, kita juga harus memberikan informasi obat dan harga obatnya. Kadang kita perlu mengajari masyarakat untuk menghitung biaya pengobatan bila tuntas, putus obat dan harus mengobati ulang, atau mungkin pada pasien yang tak pernah mau berobat tuntas. Masyarakat butuh semua informasi itu agar dapat mengambil keputusan, yang diharapkan adalah masyarakat mampu mengambil keputusan untuk sembuh. Salah satu kesulitan dalam memberantas penyakit menular TB adalah putus obat. Putus obat disebabkan karena masyarakat tidak mampu mengambil keputusan untuk sembuh. Keputusan untuk sembuh adalah hak sepenuhnya dari pasien dan kita tak bisa memaksa orang minum obat, meskipun orang tidak minum obat bisa dikategorikan criminal karena membahayakan orang lain. Disinilah tugas berat apoteker dalam memberikan layanan yang terkait tehnik informasi, karena merubah perilaku agar masyarakat dapat mengambil keputusan tepat yaitu sembuh. Selain PIO adalah penyuluhan kesehatan lain, misalkan penyakitnya, bahaya penyakit buat dirinya sendiri dan orang lain, kesehatan lingkungan dan lain sebagainya.
  3. Penyuluhan kesehatan lain, apoteker harus mampu meski ini mungkin sudah dilakukan oleh tenaga lain, tetapi sering kali masyarakat masih bertanya karena ingin mendapatkan second opinion dari tenaga kesehatan lain. Disini peran kita justru bisa mempertegas penyuluhan tenaga kesehatan lain dan akan menambah semangat dari pasien untuk sembuh dan enghindarkan keluarganya dan lingkungannya dari bahaya penyakit.

    Peran yang lain sebenarnya bisa lebih banyak lagi, tetapi inilah yang paling menonjol dari peran apoteker dalam ikut serta dalam pemberantasan TB. Menurut aku TB cukup 5 tahun bila kita menggunakan metoda pemberantasan yang tepat. Semoga apoteker juga dimasukan dalam jajaran pendidik kesehatan masyarakat yang berbasis masyarakat pula, sukur-sukur kalau dapat pula dari dana pendidikan dari APBN.

Senin, 24 Maret 2008

PERAN APOTEKER DALAM PEMBERANTASAN TB

PERAN APOTEKER DALAM PEMBERANTASAN TB


Penyakit TB sulit diberantas meski banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah. Sulit bukan berarti tak bisa, tetapi memang membutuhkan biaya yang cukup besar dan strategi yang tepat.
Dari pengalaman menjadi konselor pasien TB di apotek, saya akan berbagi bagaimana letak peran serta apoteker dalam pemberantasan penyakit menular, utamanya TB. Bukan tugas ringan tetapi akan sangat mulia. Beratnya jadi konselor TB diapotek, karena salah satunya kita harus mengikuti perkebangan penyakit dan metode pengobatannya, padahal kita sering kali tidak terlalu diperhatikan dalam peran kita untuk ikut memberantas penyakit menular. Hal lainnya salah satunya adalah tidak ada biaya khusus atau jasa khusus yang diterimakan kepada kita akibat jerih payah kita, semoga Tuhan melapangkan rejeki yang banyak kepada kita.

Peluang Apotek Disertakan Dalam Program Pemberantasan Penyakit Menular
Apotek merupakan sarana kesehatan yang diisi oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dibidangnya. Sehingga apoteker diapotek tentu saja mempunyai peran yang cukup signifikan dalam pemberantasan penyakit menular yang membutuhkan obat sebagai salah satu metoda pemberantasannya. Peran yang diberikan tidak hanya karena penyerahan obatnya yang dijamin bagus oleh apoteker, tetapi juga pelayanan PIO dan konseling. Karena PIO dan konseling akan menjadikan pemahaman penyakit dan obat dari masyarakat atau pasien berkembang, dan tujuan pengobatan tercapai.
Langkah pemberantasan penyakit menular umumnya adalah kuratif dan prekuentif. Kuratif dengan mengobati dan prekuentif dengan penyuluhan, PIO dan konseling. Kelebihan dari peran serta apoteker dalam penyuluhan adalah dilakukan secara privat sehingga hasilnya lebih mudah dimengerti dan dipantau.

Strategi
Strategi yang dilakukan dalam pemberantasan penyakit menular TB dibagi menjadi dua, kuratif dan prekuentif.
1. kuratif adalah pemberian obat kepada pasien atas dasar resep dengan pemberian konseling yang cukup sesuai kondisi pasien.
2. prekuentif, adalah mencegah timbulnya penyakit atau penyebaran penyakit. Prekuentif dapat dilakukan antara lain dengan Konseling secara menyeluruh kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit dan bahayanya, meningkatkan pendidikan kesehatan masyarakat sekitar apotek dengan PIO.

Target
Yang menjadi target adalah anggota masyarakat sekitar apotek, diharapkan masyarakat memahami: manajemen penyakit, bahaya penyakit bagi dirinya sendiri dan orang lain, bahaya pemakaian obat dan lain sebagainya. Yang selanjutnya akan diikuti tidak berkembangnya penyakit TB baik ulangan atau baru dan bila ada kasus baru masyarakat akan cepat tanggap dalam mengambil tindakan.


Evaluasi
Evaluasi sederhana dan murah adalah dengan memantau kunjungan ke apotek yang menjadi salah satu indikator kepatuhan pasien meminum obat.

Ilustrasi
Sebelas tahun lalu saat awal saya buka apotek, sangat banyak pasien TB yang berkunjung termasuk dari pasien peserta ASKES. Sejak lima atau enam tahun lalu pasien TB dari peserta ASKES menghilang. Dari analisa saya adalah kesembuhan permanen yang dikarenakan pelayanan di apotek saya untuk penderita TB dilengkapi PIO dan konseling.
Untuk peserta non ASKES berkurang sangat banyak dikarenakan hampir semua pasien meminum obat dengan benar dan tuntas. Mengapa demikian? tentu karena peran semua pihak yang salah satunya adalah peran apoteker.

Tehnik Konseling Yang Sering Dilakukan Pada Kasus TB
Tehnik konselin yang sering dilakukan pada kasus TB saat penyerahan resep adalan pertanyaan terbuka yang antara lain sebagai berikut :
1. pertanyaan terbuka, kapan sakitnya?
2. pertanyaan terbuka, apakah dulu pernah sakit TB?
3. pertanyaan terbuka, bagaimana cara minum obatnya?
4. pertanyaan terbuka, kata dokter berapa lama penyakit sembuh?
5. pertanyaan terbuka, apakah minum obatnya rutin?
6. dsb.

Dari pertanyaan terbuka diatas dapat diambil tindakan yang berupa tehnik informasi al:
1. PIO apa yang kurang dari pasien dan apa yang harus diberikan?
2. bagaimana pemahaman penyakit dan bahaya penyakit, dan informasi apa yang harus ditambahkan?
3. berapa biaya total penyembuhan dan berapa biaya bila putus obat?
4. dll

Tehnik konseling pertanyaan terbuka inilah yang paling sering saya gunakan pada saat penyerahan resep TB, karena pertanyaan terbuka akan membuat pasien atau keluarga pasien memberikan informasi atau data yang sangat banyak yang kita perlukan untuk mengawali PIO. Kita tidak bisa asal memberikan informasi baik obat atau penyakit kepada pasien atau keluarga pasien, karena setiap pasien mempunyai latar belakang yang berbeda, oleh karena itu sebaikya kita juga memahami siapa pasien kita,
Yang diharapkan dengan peran serta apoteker dalam pemberantasan penyakit menular TB adalah INDONESIA BEBAS TB

Sabtu, 22 Maret 2008

TATAP YANG IDEAL HARUS SEGERA DIWUJUDKAN

TATAP YANG IDEAL


Tatap yang ideal adalah yang mana keberadaan apoteker untuk melakukan pelayanan kefarmasian secara penuh jadi tidak hanya sekedar dibelakag meja. Karena saat ini banyak apoteker yang hanya ada dibelakang meja untuk urusan administrasia atau manajemen,bahkan ada pula yang hanya untuk pantes-pentesan saja.
Kenapa hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah belum mampunya ISFI dalam menterjemahkan profesi secara mendasar dan menyeluruh. Maksudnya ISFI saat ini belum pernah melakukan penelitian-penelitian ilmiah tekait profesi. Kita tahu apa pentingnya bidang farmasi dalam pembangunan kesehatan bangsa, tetapi data ilmiah tentang pentingnya hal tersebut kita tak memiliki.
Oleh karena itu HISFARMA dibentuk, da salah satutugas HISAFARMA kedepan adalah membentuk TATAP yang ideal. Dengan melakukan kajian-kajian ilmiah dan penelitian-penelitian demi pembangunan kesehatan banga yan utuh.

HISFARMA Adalah Jawaban Untuk Pengembangan Profesi Farmasi Masyarakat.
HISFARMA, diharapkan mampu menjadi jawaban pengembangan profesi yang ideal, mengingat tugas hisfarma adalah menembangkan profesi. HISFARMA dibentuk oleh ISFI dengan harapan mampu menjawab setiap perkembangan profesi disepanjang jaman dengan ilmiah. Karena dalam setiap langkah HISFARMA harus selalu didasarkan pada data-data ilmiah yan dikembangkan sedemikian rupa demi perkembangan profesi dan pembangunan bangsa.
Harapan bila profesi apoteker berkembang adalah akan memberikan sinergi pada pembangunan kesehatan bangsa. Yang mana kesehatan bangsa akan menjadi lebih baik dan lebih optimal. Oleh sebab itu data-data ilmiah akan sangat penting dan kita kedepan tidak lagi hanya berdebat kusir hanya untuk membahas hal-hal sepele, karena kita mempunyai bukti-bukt ilmiah.
Untuk mendapatkan bukti-bukti ilmiah tentu saja kita harus melakukan penelitian-penelitian baik secara mandiri ataupun lintas sektoral. Dengan penelitian lintas sekotoral diharapkan data-data akan mendukung setiap langkah kita dalam mengembangkan profesi yang berbasis pelayanan masyarakat. Kita sadar bahwa masyarakat pada peayanan kesehatan adalah ada pada bagiaan yang terlemah, oleh karena itu sebagai profesional yang terhormat, apoteker lewat ISFI dan HISFARMA harus mengembangkan profesi yang lebih terhormat pula.
Karena lemahnya posisi masyarakat inilah, maka meskipun profesi tidak atau kurang profesionalpun, maka tetap dibutuhkan masyarakat karena memang tidak ada pilihan lain. Dan ketidak pahaman masyarakat akan pentingnya profesi yang dalam keselamatan penggunaan jasanya akan memperparah keadaan ini. Oleh karena itu profesi juga harus mampu mencerdaskan bangsa, cerdas dalam bidang kesehatan. Tidak jarang pula ada pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja melakukan pembodohan-pembodohan masyarakat hanya demi mengeruk keuntungan semata dan dampaknya akan sangat luar biasa bila pembodohan ini sampai berkembang kesetiap anggota masyarakat.
Salah satu bentuk pembodohan adalah dengan mendatangi masyarakat dan menjanjikan penyembuhan-penyembuhan yang spektakuler. Sering kali pada masyarakat awam akan termakan oleh janji-janji tersebut, dan masih banyak bentuk pembodohan-pembodohan lain. Semoga hal tersebut dapat diatasi oleh para apoteker yang tergabung dalam ISFI dan HISFARMA.
Disini saya tak tertarik membahas pembodohan-pembodohan, tetapi saya tertarik untuk membahas bagaimana agar pembodohan-pembodohan tak terjadi dalam profesi kita. Harapannya adalah masyarakat yang cerdas terhadap permasalahan-permasalahan kesehatannya sendiri. Dampak selanjutnya adalah turunnya biaya kuratif dan berpindah ke prekuentif. Sudah saatnya kia lebih banyak berperan pada masalah-masalah prekuentif pada bidang kesehatan, dan untuk peran itu diharapkan HISFARMA mampu membentuk profesi yang ideal yang berbasis pelayanan masyarakat yang akan diwujudkan dalam program TATAP yang ideal.
Beda mendasar dalam prekuentif dan kuratif adalah kualitas hidup masyarakat saat membutukan layanan kesehatan. Secara umum prekuentif dibutuhkan masyarakat pada saat masyarakat dalam keadaan sehat dan produktif, yang mana harga pelayanan justru tidak menjadi masalah. Beda dengan kuratif yang mana masyarakat umumnya sudah dalam keadaan tak produktif dan seringkali harga pelayanan justru menjadi kendala untuk sehat. Memang lebih baik mencegah dari pada mengobati termasuk dengan profesi kita.

Kesimpulan
Profesi apoteker yang ideal adalah profesi apoteker yang dikembangkan secara ilmiah dan berbasis pelayanan masyarakat yang tidak meninggalkan kepentingan-kepentingan berbagai pihak dan secara umum justru akan memberikan dampak luar biasa dalam pembangunan kesehatan bangsa. Karena sangat luar biasanya dampak pelayanan yang berbasis pelayanan masyarakat ini maka TATAP yang ideal harus segera diwujudkan.

DAMPAK TATAP PADA PABRIK OBAT

DAMPAK TATAP PADA PABRIK OBAT


Penerapan TATAP (Tiada Apoteker Tiada Pelayanan) justru akan memudahkan pabrik obat atau industri farmasi dalam menjelaskan produknya kepada masyarakat, baik pada swamedikasi ataupun pada saat penebusan resep. Karena keberadaan apoteker justru akan mempermudah perusahaan dalam memperkenalkan produk dengan lebih jujur dan rasional kepada masyarakat. Dengan informasi yang lebih jujur dan rasional dari tenaga kesehatan yang berkompeten, maka masyarakat justru akan lebih mempercayai informasi tersebut. Sehingga dampaknya justru akan menurunkan biaya iklan obat baik dari media masa maupun dari iklan yang lain, dan lebih mendidik. Karena lebih memdidik, maka pendidikan kesehatan masyarakat akan terselesaikan sebagian dan program pemerintah untuk mencerdaskan bangsa bidang kesehatan akan terbantu.
Sudah seharusnya bila fungsi pendidikan kesehatan juga menjadi tangung jawab dari pabrik obat untuk meminimalkan resiko penggunaan obat itu sendiri, sehinga akan menurunkan resiko-resiko lain baik resiko terhadap perusahaan obat, tenaga farmasi, sarana kesehatan dan masyarakat. Dengan penerapan TATAP resiko akan turun karena penggunaan obat juga akan lebih rasional.
Dampak positif terhadap pabrik obat yang terjadi pada akibat dari penerapan TATAP antara lain adalah hal-hal sebagai berikut :
1. Pengurangan jumlah sales promotion, karena apoteker dapat menggantitan sales promotion yang biasanyadisediakan perusahaan-perusahaan yang dipasangkan pada sarana-sarana kesehatan untuk memperkenalkan produk. Bahkan secara penguasaan sainnya, apoteker justru lebih kompeten dan tidak perlu mengikutkan pelatihan-pelatihan, tak perlu digaji karena sudah digaji oleh apotek. Biasanya penggunaan sales promotion girl digunakan untuk menjaring pasien-pasien swamedikasi yang mana pasien umumnya sebelumnya belum mempunyai pilihan sediaan yan mau dibeli dan dipasangkan pada apotek apotek yang hanya sekedar menjual obat tanpa ada pelayanan kefarmasian pelengkap serta lebih mengutamakan laba semata.
2. Penguragan jumlah detailer, karena fungsi inipun sebagian dan bukan semuanyabisa digantikan atau dibantu oleh apoteker. Bahkan pada banyak sisi dalam penjelasan produk apoteker lebih berkompeten dari kebanyakan para detailer. Dampak positif selanjutnya adalah tidak perlu mengadakan pelatihan-pelatihan kepada banyak detailer dan tak perlu menggaji banyak detailer sehingga terjadi penghematan-penghematan disemua lini. Kenyataannya saat ini satu perusahaan mempunyai banyak detailer karena mempunyai banyak divisi yang mana setiap divisi hanya memegang beberapa produk, padahal apoteker menguasai semua produk itu.
3. Dampak selanjutnya adalah dapat menurukan harga tanpa merugikan perusahaan bahkan akan meningkatkan laba perusahaan. Mengapa terjadi demikian tentu saja karena saat ini kebanyakan detailer hanya bisa membicarakan masalah diskon tanpa banyak mengerti obat yang dipegang atau dipasarkan dengan alasan dokter dan apotekernya sudah lebih pinter. Hanya mementingkan omset dan komisi, karena detailer mempunyai komisi dan gaji yang umumnya dapat dipakai untuk menggaji lebih dari satu apoteker. Dengan demikian penghematan penghematan dalam pemasaran akan menjadi lebih mudah.
4. Mengurangi atau bahkan akan menghentikan peredaran obat palsu yang telah merugikan masyarakat, pemerintah dan pabrik obat sendiri. Dengan penerapan TATAP harga obat mungkin justru bias diturunkan juga karena berhentinya peredaran obat palsu. Dengan berhentinya peredaran obat palsu maka laba perusahaan akan bias menurunkan harga dan laba mungkin justru akan meningkat. Mungkin anda ragu bila TATAP akan mampu menurunkan peredaran obat-obat palsu, tetapi bila anda mengetahui apotek yang pelayananannya hampir ideal selalu mengajarkan pendidikan kesehatan kemasyarakat untuk selalu waspada akan bahayanya obat palsu dan membiasakan mereka untuk berkonsultasi obat secara GRATIS.
5. Menyederhanakan system distribusi obat, kenyataan saat ini banyak detailer atau sales promotion yang hanya melempar-lempar produk kedaerah-daerah non wilayahnya untuk mengejar taerget yang sebenarnya justru akan merugikan perusahaan sendiri karena target marketing sulit dipantau atau data marketing akan bias. Karena dengan TATAP distribusi obat mau tak mau akan berjalan lebih baik dan memihak perusahaan.
6. Menurunkan biaya pembuatan alat-alat promosi lain, seperti seperti brosur spanduk dan lain-lain
7. Menaikan citra pabrik obat.

Mengingat banyak dampak positif dari penerapan TATAP bagi industri obat dan industri farmasi lain, maka menurut pendapat saya akan sangat banyak pihak-pihak yang mendukung penerapan TATAP. Bahkan industri farmasi sendiripun juga sangat berkepentingan dengan penerapan TATAP ini, oleh karena itu sudah sewajanya bla pemerintah membelakukan TATAP dengan TATAP yang lebih ideal.

Jumat, 21 Maret 2008

TATAP

TATAP
Tiada Apoteker Tiada Pelayanan


TATAP atau gerakan Tiada Apoteker Tiada Pelayanan yang dicanangkan ISFI sebagai induk organisasi para apoteker sebagai bentuk kepedulian ISFI terhadap masyarakat dan eksistensi profesi belum mencerminkan bentuk pelayanan kefarmasian yang ideal. Karena gerakan tersebut belum memperhitungkan factor-faktor pelayanan yang mempengaruhi kualitas pelayanan dan hanya sekedar apoteker ada di apotek.
Seharusnya ISFI dan HIFARMA membuat SOP standart pelayanan kefarmasian yang lebih memihak masyarakat. Sebagai profesi yang terhormat sudah sepantasnya bila ISFI dan HISFARMA mulai memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kualitas pelayanan sebagai dasar dari SOP di apotek, bukan hanya kuantitas pelayanan. Benar memang suatu usaha harus laba, tetapi bukan dengan mengeruk laba yang sebesar-besarnya dan melupakan hak-hak pasien. Hak pasien atas informasi obat dan lain-lain juga harus dipenuhi.
Bila pada gerakan TATAP ini hanya mengharuskan keberadaan apoteker tanpa dilengkapi standart pelayanan yang jelas bisa jadi apotek tetap akan seperti tempo dulu, apoteker hanya menjadi hiasan tembok apotek. Selain apoteker harus ada diapotek apoteker harus melakukan pelayanan kefarmasian terutama pada saat penyerahan obat, karena tak satupun yang berkompeten memberi informasi selain apoteker.
Memang tantangannya banyak bila kita mengharuskan dibelakukan TATAP, meski TATAP yang paling sederhana sekalipun seperti yang dicanangkan ISFI, karena para investor apotek akan merasa dirugikan dengan naiknya biaya opersional Meskipun dampak TATAP kemasyarakat akan jauh lebih baik dan lebih manusiawi. Memang biaya keanusiaan adalah mahal akan tetapi masyarakat tetap akan keapotek karena pelayanan yang lebih bagus, lebih nyaman dan lebih manusiawi, tetapi bila apotek sudah mahal dan layanannya tetap jelek dan tak standart sunguh kasihanlah masyarakat yang sudah jatuh ketimpa tangga pula.
Sebenarnya bila kita menghitung dengan benar bisa jadi apotek dengan pelayanan standar (TATAP) justru lebih murah karena keamanan pelayanan lebih terjamin, lebih aman dan cepat sembuh (aman, efektif dan efisien). Banyak hal memang yang harus dibenahi dalam penerapan TATAP tetapi ini sudah menjadi tanggung jawab ISFI dan HISFARMA untuk menunjukan perannya dalam membangun kesehatan bangsa. Hal demikian juga menjadi tanggung jawab semua elemen bangsa.
Selain tantangan dari investor, dilemma lain adalah belum sadarnya masyarakat akan kebutuhan konseling dan PIO (pelayanan informasi obat) dari apoteker. Sebagian masyarakat kita lebih memilih harga murah dan murah sekali, tetapi tak menyadari bahayanya penggunaan obat. Ketidak sadaran masyarakat akan pentingnya PIO seperti jaman dulu, yang mana masyarakat penggendara sepeda motor tak menyadari akan pentingnya penggunaan helm standart sampai aturan tersebut ditegakan oleh pemerintah. Meski mahal, karena pentingnya helm standart bagi pengendara sepeda motor, maka diwajibkan juga oleh pemerintah, mungkin untuk TATAP masyarakat masih harus menunggu kebijakan pemerintah yang memihak masyarakat tersebut.
Kesimpulan saya, meski penerapan TATAP akan memakan biaya dan akan banyak tantangan, tetapi mengingat pentingnya TATAP, maka TATAP tetap harus diperlakukan. Mengingat TATAP akan menjadikan pelayanan lebih manusiawi dan meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Dan saya rasa semua elemen bangsa bila memahami pentingnya TATAP akan mendukung, termasuk para investor yang masuk dalam GPFI (Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia) pun. Mereka akan malu bila dirinya dikatakan hanya pengeruk uang rakyat yang tidak bertanggung jawab atas keselamatan masyarakat.

Selasa, 18 Maret 2008

HISFARMA

HISFARMA
Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat


HISFARMA, himpunan seminat farmasi masyarakat adalah komunitas para apoteker yang aktif di dunia perapotekan dan para apoteker yang pekerjaannya berhunbungan langsung dengan masyarakat. Karena pekerjaan yang bersinggungan dengan masyarakat secara langsung inilah, maka pekerjaan apoteker tidak lagi hanya berhubungan dengan pekerjaan laboratorium tetapi juga berhubungan dengan ilmu sosial.

Latar belakang
Latar belakang pendiriran HISFARMA atau Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat adalah untuk membatu ISFI dalam menterjemahkan pekerjaan-pekerjaan apoteker yang tak lepas dari bidang kefarmasian khususnya yang berkaitan lansung dengan masyarakat. Apalagi sekarang sangat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat akan pentinganya profesi apoteker di masyarakat.
Latar belakang nama. Mengapa memilih seminat farmasi masyarakat sebagai nama himpunan dan bukan yang lain adalah untuk mempertegas pekerjaan apoteker di apotek atau di masyarakat yaitu bidang minat farmasi masyarakat. Dengan memilih nama pekerjaannya atau bidang minat diharapkan tangung jawab sebagai apoteker akan lebih mudah dipahami.

Tujuan
1. Menjawab setiap tantangan profesi apoteker dalam menjalankan tugasnya dimasyarakat atau diapotek.
2. Mengembangkan profesi apoteker sesuai tuntutan jaman
3. Mengamankan masyarakat dari bahaya akibat sediaan farmasi dengan mengebangkan pemahaman kesehatan masyarakat dibidang kefarmasian dengan memberikan pendidikan kesehatan secara langsung lewat apotek atau tempat tempat lain yang mungkin.
4. Membantu memanajemen kesehatan masyarakat
5. Melakukan penelitian terkait pekerjaan farmasi masyarakat

Ruang lingup kerja HISFARMA
1 meredefinisi Pekerjaan apoteker di masyarakat
Saat ini kebutuhan masyarakat akan pekerjaan kefarmasiaan berkembang sangat pesat, dan perkembangan itu harus diantisipasi secara baik oleh ISFI dan HISFARMA secara bersama-sama. Dalam mengatisipasi perkembangan pekerjaan kefarmasian inilah maka diperlukan redefinisi pekerjaan kefarmasian yang berkembang saat ini dan yang akan berkembang. Redifinisi bukan berarti berarti merubah definisi tetapi memperluas dan mempertegas sesuai tuntutan jaman baik tututan jaman ini atau masa depan.
Tak mudah memang meramalakan apa yang akan terjadi dengan perkembangan profesi terutama bagi yang tak mengikuti perkembangan tehnologi dan ilmu pengetahuan serta perkembangan peraturan peraturan yang berkembang diseluruh dunia.
Dalam melakukan redefinisi pekerjaan apoteker HISFARMA harus memperhatikan :
a. Undang-undang yang berlaku, peraturan pemerintah, permenkes, SKN, perda dan peraturan-peraturan lain yang terkait dengan pekerjaan apoteker baik secara langsung atau tidak langsung
b. Keberadaan atau kondisi praktek apoteker saat ini dan saat datang
c. Kebutuhan masyarakat akan praktek apoteker saat ini dan saat datang
d. Perkembangan iptek yang terkait farmasi baik secara langsung atau tidak langsung
e. Pekerjaan tenaga kesehatan atau professional kesehatan lain

Oleh karena itu HISFARMA harus mampu menjawab setiap perkembangan profesi baik yang disebabkan perkembangan iptek, ekonomi, sosial, budaya maupun perturan peraturan. Untuk dapat menjawab hal tersebut tidaklah cukup apoteker hanya berpangku tangan menunggu, tetapi harus aktif dalam penelitian penelitian yang terkait profesi dan selanjutnya diimplementasikan.
Pada tahapan selanjutnya hasil dari redefinisi ini dijadikan landasan untuk mengembangkan profesi apoteker.

2 Mengembangkan profesi
pengembangan profesi adalah upaya menjadikan profesi untuk lebih menjadi lebih berkembang mengikuti perkembangan dan tuntutan jaman jaman. Dengan mengembangkan pengetahuan anggota agar menjadi lebih baik, dengan pelatihan-pelatihan, pendidikan berkelanjutan, membentuk team work kefarmasian dan lain sebagainya.
Dalam pengembangan profesi HISFARMA sebagai organisasi para praktisi farmasi masyarakat harus mengembangkan profesi yang berbasis masyarakat. Dan hal-hal yang dikembangkan meliputi :
a. Mengembangkan standart pelayanan minimal dan ideal yang berbasis masyarakat dan profesi
b. Mengembangkan parameter-parameter pelayanan, sehingga dalam menjalankan profesi menjadi lebih jelas dan lebih aman
c. Membuat rencana penelitian dan melakukan penelitian profesi secara berkesinambungan
d. Menggali semua ilmu yang terkait farmasi masyarakat termasuk ekonomi, social, budaya, komunikasi, psikologi, lingkungan dan lain sebagainya
Karena dalam mengembangkan profesi harus didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang terkait kefarmasian. Maka HISFARMA juga harus mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang terkait kefarmasian yang berbasis mayarakat dan profesi.

3 Mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang terkait pekerjaan kefarmasian
Semua apoteker anggota HISFARMA harus berperan serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang kerkait pekerjaan kefarmasian diapotek atau dimasyarakat, yang mana pengembangan ilmu pengetahuan itu tidak hanya ilmu kefarmasian saja tetapi juga ilmu ekonomi, sosial dan budaya. Dan hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dapakai untuk mengembangkan profesi. Jadi semuanya menjadi sangat terkait dan saling mempengaruhi.
Salah satu peran serta dalam mengembangkan ilmu pengetahuan adalah peran serta apoteker dalam pencatatan, pelaporan dan sebagainya yang mana datanya akan digunakan untuk penelitian. Jadi tak harus apoteker melakukan penelitian sendiri-sendiri tetapi cukup dengan ikut mendukung dengan menyediakan data.
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan HISFARMA, sebaiknya HISFARMA juga melibatkan banyak pihak seperti profesi lain, perguruan tinggi, pemerintah msyarakat dan lain-lain.

Anggota HISFARMA
Adalah semua anggota ISFI yang dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan masyarakat seperti apotek, penyuluh (baik yang di dinas atau yang lain) dan lain-lain. Dan ada baiknya bila kedepan anggota HISFARMA ditambah anggota kehormatan yang terdiri dari para ahli non apoteker yang ikut memajukan profesi, baik dari pemerintahan, dosen, swasta dan lain-lain.

Kewajiban anggota
1. Berperan aktif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan mengabdikan diri kepada masyarakat dan bangsa dengan penuh dedikasi.
2. Membawa citra baik ISFI dan HISFARMA, baik dalam lingkungan profesi ataupun diluar lingkungan profesi.
3. selalu mengikuti pelatihan-pelatihan dan pendidikan berkelanjutan

Sabtu, 15 Maret 2008

HISFARMA, Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat adalah komunitas para apoteker yang bekerja pada bidang minat farmasi masyarakat, semisal apotek. Tujuan diadakan HISFARMA pada mulanya adalah untuk mewadahi semua permasalahan yang bekerja di bidang perapotekan. Permaslahan-permasalahan perapotekan berkembang sangat pesat, sepesat perkembangan IPTEK. Permasalahan yang berkembang dari hanya peracikan ke penambahan masalah komunitas yang komplek.
Sedangkan anggota HISFARMA adalah anggota ISFI yang bekerja dikomunitas seperti apotek dan penyuluh kesehatan baik pemerintah dan swasta. Untuk lebih jauh tunggu di postingan berikutnya. Blog ini sengaja aku dedikasikan buat ISFI ku yang amat kucintai.