Rabu, 18 Juni 2008

POLISI MENGGEREBEK APOTEK

POLISI MENGGEREBEK SEBUAH APOTEK
(tulisan ini menanggapi yang di forum ISFI dan www.apotekerindonesia.blogspot.com)


"Apotek ini diduga digunakan untuk memproduksi obat kecantikan serta tidak mempunyai izin"
Dimanakah pernyataan ini yang salah? Apotek pada mulanya didirikan memang untuk memproduksi obat untuk kebutuhan resep dari dokter. Sekarang pada perkembangannya apotek lebih banyak yang berfungsi hanya mendistribusikan obat saja, sedangkan fungsi memproduksi hampir hilang. Menurut aku polisi ini tentu polisi yang tak mengerti dunia kesehatan sama sekali terutama pada bidang kefarmasian, sehingga terjadi penggerebekan. Secara teori alat produksi apa saja boleh ada didalam apotek untuk membantu meracik atau memproduksi obat. Polisi ini menurut saya juga mempunyai pedidikan kesehatan yang termasuk rendah, karena tak mengerti fungsi apotek dengan benar.
Suatu hal yang patut untuk disayangkan bila masyarakat sekelas polisipun mempunyai pendidikan kesehatan yang rendah pada bidang kesehaan khususnya kefarmasian. Dimanakah kesalahannya? bisa saja terjadi pada semua pihak. Bisa jadi yang polisi tidak pernah sakit sehinga tidak pernah ketemu apoteker untuk berkonsultasi tentang obat atau dunia kefarmasian. Bisa jadi karena apotekernya hanya menjual harga diri saja, seperti dalam kasus ini adalah RP800.000;- saja. Bisa jadi karena menteri kita hanya menganggap apoteker adalah pelengkap saja dalam dunia kesehatan, atau hanya pantes-pantesan saja, karena dinegara lain juga ada apoteker.
Suatu hal yang manusiawi bila anggota masyarakat seperti polisi menjadi tidak mengerti posisi apotek didalam dunia kesehatan dan hukum. Karena memang apotek adalah sarana kesehatan yang umumnya tidak pernah dilibatkan dalam program pemerintah sehingga masyarakat hanya mengerti apotek hanya sebatas penjual obat saja, meski dalam bahasanya kita tak mau dikatakan sebagai penjual obat. karena kita memang bukan penjual obat. Beda dengan posyandu yang selalu diikutkan dalam program pemerintah meskipun tenaga trampil disana sedikit memadai. Apotek tidak pernah disentuh atau dilibatkan secara langsung meskipun diisi oleh orang-orang yang berkompeten dibidangnya. semoga kedepan peran apoeker lebih dilibatkan oleh pemerintah agar apoteker lebih merasa dihargai meskipun gajinya hanya kecil.
Suatu kesalahan yang sering dilakukan oleh para apoeker adalah hanya menjual harga diri dengan menerima gaji, tanpa ada pekerjaan kefarmasian yang jelas yang harus dilakukan. Memang sekilas sepertinya mudah menjadi pelayan kesehatan diapotek, tetapi sebenarnya hal tersebut sangat sulit dan komplek. Sepertinya mudah bila seseorang membeli obat flu apalagi iklan obat jenis tersebut sangat banyak, tinggal kasih saja. Tetapi sebenarnya sulit untuk melakukan edukasi yang benar, meskipun obat bebas terbatas. Karena tidak semua orang boleh menggunakan obat flu jenis tertentu, disinilah tugas apoteker pada swamedikasi. Banyak kesalahan orang minum obat bebas terbatas yang celaka karena menjadi korban iklan yang lebih celaka lagi pada saat membeli obat diapotek tidak dikonseling dengan konseling yang memadai. Semoga kedepan semua apotek akan melakukan TATAP. Dan seandainya TATAP diterapkan saat penggerebekan yang mana apoteker ada diapotek saat pengerebekan, mungkin polisi akan memahami bila memang tugas apoteker diapotek salah satunya memang "memproduksi obat".
Kadang saya juga heran dengan menteri kita, karena jarang ada dinas kesehatan yang mempunyai apoteker yang cukup. Cari apoteker di dinas kadang-kadang juga sulit karena jumlahnya tidak memadai. Mungkin apoteker memang untuk pantes-pantesan saja, karena seperti di negara lain ada apoteker dan akhirnya hanya sekedar ada. Mungkin kita menganggap bila suatu negara mempunyai tenaga kesehatan yang lengkap akan kelihatan lebih gagah dan maju meskipun sebenarnya hanya pajangan saja tanpa pernah diberi suatu keterlibatan yang khusus dalam membangun kesehatan bangsa. Karena apoteker dianggap tidak penting, tanpa apotekerpun dinas kesehatan dapat berjalan dan tak ada masalah. Apoteker tak perlu dilibatkan dalam program kesehatan pemerintah, dalam penanganan bencana dan dalam hal-hal lain karena apoteker hanya pelengkap, mungkin inilah anggapan kebenyakan pejabat kita. Suatu hal yang disayangkan, seharusnya kasus semacam ini tak perlu terjadi. Seandainya sampai terjadi seperti saat ini (penggerebekan apotek), maka menteri kesehatan juga harus bertanggung jawab karena sebagai pihak yang mengeluarkan ijin sekaligus sebagai pembina apotek. Termasuk juga menteri harus bertanggung jawab atas kekurangan jumlah apoteker yang bekerja di kedinasan.
Kesimpulan saya, hal tersebut adalah kesalahan kita semua sebagai manusia. Yang mana kedepan kita harus memperbaiki dengan memikirkan kepentingan rakyat secara utuh. Apoteker juga rakyat seperti masyarakat lain yang menggunakan jasa apoteker. Apoteker juga membutuhkan perlindungan terhadap hukum juga terhadap kesewenang-wenangan. Hampir 12 tahun saya mengabdi sebagai pendidik kesehatan masyarakat dengan berusaha praktek profesi secara penuh dengan penuh dedikasi, tetapi kadang saya merasa tidak ada penghargaan terhadap jerih payah saya. Saya telah mengajari masyarakat tentang kesehatan yang utamanya masalah kefarmasian. Meski tak ada penghargaan dan umumnya mereka hanya menganggap saya sebagai pedagang obatpun saya tidak ambil pusing, karena yang terpenting adalah dedikasi saya untuk mengangkat derajat kesehatan masyarakat sekitar saya.
Sebagai tambahan, meskipun tanpa penghargaan saya merasakan profesi apoteker adalah sangat mulia, setara dengan dokter atau guru. Saya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat sekitar saya yang telah mendukung upaya saya berpraktek profesi dengan penuh dedikasi. mendukung dengan memanfaatkan edukasi, konseling, informasi dan layanan kefarmasian yang lain. Terima kasih Tuhan, Terima kasih karena engkau telah memberiku kekuatan selama ini, meskipun saya hampir tidak pernah bersilaturahmi ketetangga aku meski hanya sebatas tahlil, bahkan untuk merayakan idul fitripun aku kesulitan. Terima kasih Tuhan kau ciptakan dalam diri aku rasa kasihan kepada masyarakat disekitar aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar